Dengan segenap hati aku mulai untuk mencoba tes ini. Dengan bibirku yang terus berdoa agar hasilnya bisa sesuai dengan yang aku harapkan.
Setelah beberapa saat akupun mendapatkan hasilnya. Tidak pernah aku sebahagia ini sebelumnya. Air mataku mengalir, rasanya masih belum percaya.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu telah datang. Sebentar lagi rumah ini akan diramaikan oleh seorang bayi.
Aku menatap perutku lalu mengelusnya lembut.
...
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Daffa benar-benar pulang larut hari ini. Sedari tadi aku menunggunya pulang untuk memberi tau kabar ini.
Tak lama aku bisa mendengar suara mobil yang masuk. Aku menunggunya didalam kamar dengan perasaan yang begitu bahagia.
Pintu kamarpun terbuka. "Loh, Kamu belum tidur?" tanyanya.
Aku tersenyum lebar lalu berjalan mendekatinya.
"Cantik banget si" puji Daffa sembari menyelipkan anak rambutku kebelakang telinga.
Aku menatap matanya lekat-lekat, diapun begitu, setelah tau pandangan kita terkunci barulah aku mengatakannya. "Aku hamil"
Seketika raut wajah Daffa berubah, seperti terkejut, bingung dan tidak percaya. "K-kamu serius?"
Aku mengangguk sambil tersenyum senang. Ku tunjukkan hasil tes tadi pada Daffa. "Makasih sayangggg" Daffa menghamburkan pelukannya padaku.
Akhirnya yang kami tunggu-tunggu telah hadir. tidak sabar rasanya ingin menggendong darah dagingku nanti.
Daffa memelukku sangat erat. Ini bukti bahwa dia sangat senang mendengar kabar ini.
"Hallo anak papa. Baik-baik disana ya" Daffa berbicara di depan perutku, dia mengelus lalu mengecupnya.
...
Pagi hari.
kabar bahagia ini harus segera di umumkan pada semua keluarga. Aku sudah menelpon mamaku dan betapa bahagianya dia saat anaknya tengah mengandung cucu pertamanya.
Tapi dibalik bahagianya itu terselip kesedihan. Mama tidak bisa berada di sampingku saat aku tengah mengandung.
Aku berusaha meyakinkan mama bahwa itu tidak masalah bagiku. Mama mertuaku senantiasa menengokku kemari setiap minggunya.
Keluarga Daffapun sama senangnya, menantikan cucu pertama dari anak bungsunya.
Setelah mengabari para keluarga. Daffa mengajakku periksa ke dokter kandungan. Dan ternyata ini adalah dokter langganan kak Sherly dan juga teman karib ayahnya Daffa alias papa mertuaku.
"Selamat ya Daf Atas kehamilan istri kamu. Setelah di periksa kondisinya sehat. Tapi saran saya aktivitasnya dikurangin biar gak terlalu lelah" ucap pria paruh baya itu.
"iya dok. Terima kasih"
"Salam ke papamu ya" ujarnya saat kami akan pamit pulang. Daffapun dengan ramah meng iya kannya.
Setelah di pikir dengan sangat matang aku memutuskan untuk berhenti bekerja. Sekarang fokusku hanya pada Daffa dan baby kita.
Seperti kebanyakan ibu hamil aku mengalami muntah-muntah di setiap paginya. Dan kadar makananku semakin hari semakin bertambah. Rasanya aku ingin terus-terusan memasukan sesuatu ke dalam mulutku.
Mama Rosapun setiap hari selalu membawakan berbagai macam masakan, dan aku tidak bisa menyia-nyiakan itu.
"Nih minum susunya" ujar mama Rosa yang tengah berada di rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dini?
Teen Fiction18++ Nikah Dini? Bagaimana kedua manusia yang di jodohkan oleh para orang tuanya bisa menjalankan pernikahan di usianya yang masih muda? Bisakah Debia Meisie Maheswari memerankan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus seorang pelajar? Dan bisaka...