Hari ini aku kembali merasa kehilangan. Papa dan Mamaku memutuskan untuk pindah ke aceh. Apa lagi alasannya kalau bukan karena pekerjaan papah.
Aku tidak tau sampai kapan mereka disana. Rasanya kali ini sangat berat dibandingkan waktu itu. Pergi ke Libanon hanya enam bulan, tapi ini? Huft.. Kemungkinan akan sangat lama.
"Kamu tenang aja, aku pasti bakal bawa kamu ke aceh sedikitnya dua kali setahun" ujar Daffa yang senantiasa berada di sampingku.
"Bener ya?"
"Iya sayang, aku juga harus terus ngejalin hubungan sama mertua aku dong"
"Makasih udah ngertiin aku"
"Gak usah bilang makasih. Itu udah jadi tanggung jawab aku" Cup. Daffa mengecup keningku.
"Beruntung banget si aku punya suami kaya kamu" ujarku sambil tersenyum menatapnya.
"Iyalah siapa dulu. Daffaa" aku mengerling ketika kesombongannya mulai muncul.
"Gak jadi!" aku beranjak lalu pergi menuju kamar. Terdengar Daffa yang tertawa ditempatnya.
"Jangan ngambek dong yang"
...
Hari sudah sore dan kita tengah dalam perjalanan menuju rumah mama Rosa. Kak Sherly melahirkan bayi ketiganya. Dan sekarang mereka tengah menetap di rumah mama Rosa.
"Assalamualaikum" salamku.
"Waalaikumsalam. Sini masuk sayang" jawab Mama Rosa.
"Aunty Biaaaa" teriak Nayna yang sudah tumbuh besar sekarang.
"Hai sayang. Apa kabar? Mana Sella?" tanyaku pada Nayna. Sella adalah adiknya yang pertama, sekarang dia menginjak umur tiga tahun.
"Kabar Nayna baik ka. Sella ada di dalem kamar sama dede bayi" jawab Nayna.
"Nay gak kangen om Daffa ya?" ujar Daffa yang tengah sibuk memakan cemilan yang tersedia di atas meja.
"Engga. Nay kangennya sama aunty Bia doang" ujarnya ketus. Akupun tertawa mendengarnya.
"Rasain" ujar mama Rosa yang tengah berjalan menuju kamar yang di tempati kak Sherly.
"Awas ya kalo minta jajan. Yang dikasih cuma Sella sama dede bayi doang" ancam Daffa.
"Biarin, Nay mintanya mau sama aunty Bia" aku hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka.
"sayang, Aunty mau liat adik kamu dong"
"Boleh. Ayooo" ujarnya sembari menuntunku masuk kedalam kamar. Daffapun ikut dibelakangku.
Semerbak bau bayi memenuhi indra penciumanku, disana sudah ada kak Sherly yang tengah menimang anak ketiganya.
"Aunty Biaa" teriak Sella yang tengah berada di atas kasur. Akupun menghampirinya lalu mengecupnya.
"Ciee punya adikk" godaku.
"Iyaa hehe"
"Gimana lahirannya ka? Lancar?" tanyaku sambil memperhatikan bayi yang digendongnya.
"Alhamdulillah. Udah biasa lahiran jadi udah familiar sama rasanya haha" ujar kak Sherly sambil terkekeh.
"Cewe lagi ka?" tanya Daffa. Kak Sherly mengangguk menjawabnya.
Tak lama Bang Rifan datang menghampiri kami. Dia sepertinya baru pulang dari rumah sakit.
"Udah selesai semuanya?" tanya kak Sherly pada suaminya.
"Udah ko, kamu istirahat ya biar cepet pulihnya" ujar Bang Rifan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dini?
Teen Fiction18++ Nikah Dini? Bagaimana kedua manusia yang di jodohkan oleh para orang tuanya bisa menjalankan pernikahan di usianya yang masih muda? Bisakah Debia Meisie Maheswari memerankan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus seorang pelajar? Dan bisaka...