Debia POV
Setelah aku menyelesaikan kuliahku aku berniat untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Saat aku bilang seperti itu pada Daffa dia sempat menolak, dia bilang mencari nafkah itu urusan laki-laki.
Namun aku membantahnya, aku akan jenuh jika di rumah sendirian tanpa ada kegiatan. Dia bahkan pernah mengajakku agar tinggal bersamanya disana sampai kuliahnya selesai, namun aku menolaknya aku rasa disana pun aku sama saja akan jenuh dikarenakan Daffa yang selalu sibuk, dan diapun mengalah, dia menyetujui pernyataanku tentangnya yang teramat sibuk.
Selang beberapa minggu akupun mendapat pekerjaan di salah satu perusahaan. Jo pernah berkata padaku kenapa aku tidak bekerja di perusahaannya Daffa saja, toh usaha Daffa pun sudah berkembang disini. Aku menjawabnya bahwa statusku adalah istrinya bukan pegawainya.
Enam bulan berlalu dan akupun mendapat kabar gembira yang telah aku tunggu-tunggu selama ini. Daffa akan wisuda dan para keluarga disini akan terbang ke Australia begitupun denganku.
Aku menggunakan dress yang indah untuk menghadiri Wisuda suamiku. Tak lupa dengan make up natural di wajahku. Aku ikalkan rambutku dan kubawa semuanya ke arah kanan.
“jangan kebanyakan dandan nanti banyak yang naksir” ujar Daffa dari balik pintu kamarnya. Ya, kami semua baru sampai tadi malam di aparteman milik Daffa.
aku sudah bisa melihat Daffa dengan gagahnya memakai jas berwarna abu yang pas di badannya. Aku sudah tidak bisa mendeskripsikan lagi betapa kerennya suamiku dengan kostum seperti itu.
“tapikan aku dandannya buat kamu bukan buat orang lain” jawabku, aku bisa lihat senyuman Daffa saat mendengar perkataanku. akupun menghampirinya.
“aku belum beli hadiah buat kamu. Buket bungapun aku belum beli” ucapku terus terang.
“aku gak butuh buket, buat apa nanti juga kebuang” jawabnya. Seketika dia mendekatkan mulutnya pada telingaku dan membisikkan sesuatu yang membuatku pipiku seketika menjadi merah merona.
Uhh. Rasanya aku menemukan Daffaku yang dulu.
“ck, kalian berdua dicari malah masih ada di kamar, ayo buruan berangkat, mobil yang kita sewa udah dateng” ujar mama Rosa dengan terburu-buru. “kamu pake blush on nya kayaknya kebanyakan deh Bi, mama liatnya merah banget” sambung mama Rosa. Aku yang mendengar itu sedikit terkejut sambil mengalihkan pandanganku ke arah cermin, seingatku aku hanya memoleskan sedikit blush on di pipiku.
“kayaknya bukan merah blush on deh itu” entah kenapa jantungku seperti orang yang sedang kasmaran mendengar ucapan Daffa tadi. Aku tau dia sedang menggodaku.
...
Acara wisuda Daffa berjalan dengan lancar, karena aku ikut aku jadi bisa mengenal beberapa teman Daffa seperti lois, barry dan juno.
Ternyata mereka sangat Frendly, mereka menyapaku seperti menyapa orang yang mereka kenal bukan orang asing, dan ternyata mereka sudah tau bahwa aku ini istrinya Daffa, lois bilang Daffa sering sekali menceritakan aku pada teman-temannya bahkan dia selalu membanggakan kecantikanku. Mendengar itu aku sangat senang. Jika aku punya sayap mungkin aku sudah terbang ke langit ke tujuh.
Dan tak sedikit dari mereka yang memujiku. Entahlah menurutku aku biasa saja di bandingkan cewe bule yang berkeliaran di kampus mereka.
Usai dari acara Daffa kita semua langsung meluncur ke salah satu restoran. Kita memboking tempat vip untuk keluarga kami. Pasalnya jumlah kami banyak ditambah dengan kedua baby sister yang di bawa kak sherly untuk menjaga Nayna dan
Juga Sella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dini?
Teen Fiction18++ Nikah Dini? Bagaimana kedua manusia yang di jodohkan oleh para orang tuanya bisa menjalankan pernikahan di usianya yang masih muda? Bisakah Debia Meisie Maheswari memerankan tugasnya sebagai seorang istri sekaligus seorang pelajar? Dan bisaka...