3. Kota Kecil Brusch

3.3K 396 12
                                    

Lisa POV

Mimpi buruk sialan itu benar-benar sukses mengganggu tidur nyenyakku. Seharusnya aku bangun subuh pagi ini untuk mendapatkan momen-momen terbaik di Kota baruku. Bukannya terbangun, aku malah kebablasan sampai matahari sudah sangat tinggi di atas.

Ibu dan Ayah tidak membangunkanku karena memang mereka sudah punya rencana sejak pagi untuk mengurus masalah dokumen-dokumen kepindahan. Jadi, yang sejak bangun ku lakukan adalah berdecak kesal. Saat mencuci muka, menggosok gigi, bahkan sarapan, aku benar-benar kehilangan mood.

Saat ini aku sedang menjelajahi internet dengan ponselku. Yang ku cari masih seputar kota tempat tinggal baruku ini. Sebelum pindah aku memang sudah mencari tahu guna memuaskan rasa hausku akan fotografi. Jujur saja, kota kecil baruku ini sangat menantang.

Oh iya, nama kota kecil ini adalah Brusch. Konon katanya kota kecil ini diberi nama Brusch karena dulu ketika kota ini masih memiliki penduduk asli, mereka dipimpin oleh keluarga Brusch. Berita yang memuat sejarah kota Brusch menuliskan bahwa mengapa tidak adanya penduduk asli beserta keluarga Brusch saat ini adalah karena sebelum pendiri kota menempati kota ini, telah terjadi pembantaian yang menewaskan seluruh penduduk asli juga keluarga Brusch.

Bukannya aku tidak percaya, tapi jika ada fakta yang membenarkan hal itu, mungkin aku akan berduka dan berdoa atas nama mereka semua. Tapi, sampai saat ini kebenaran sejarah itu masih belum jelas.

Berita itu hanya memberikan satu fakta, yaitu sebuah foto pohon besar di tengah hutan yang terdapat ukiran sebuah nama. Ukiran itu sedikit tidak jelas karena termakan usia pohon, tapi orang-orang yang telah melihat pohon itu meyakini bahwa terdapat ukiran 'Brusch' di sana.

Aku tersenyum membaca kembali hal itu. Di berita itu disertakan juga foto pohon tersebut dan kemungkinan ukiran dari nama Brusch.

Gairahku kembali ke puncaknya. Aku ingin sekali pergi ke hutan yang ada di kota ini, termasuk ke pohon tersebut. Kameraku haus dengan momen-momen indah penuh tantangan.

"Yosh!" Aku berseru. "Setelah makan siang mari pergi ke hutan."

Dengan ini aku telah memutuskan untuk pergi ke hutan demi menangkap momen-momen terbaik.

POV End

*****

Seorang gadis berambut merah berdiri mengelus batang pohon terbesar di hutan kota Brusch. Jari-jarinya mengelus ukiran sebuah nama yang tidak jelas.

"Lili," gumamnya dengan nada sedih.

Mata gadis itu berwarna biru laut. Gadis itu menutup matanya ketika air mata yang ditahannya mulai jatuh.

"Maafkan aku. Aku harus melakukannya. Aku mencintainya dan aku akan memenuhi segala permintaannya."

"Aku tidak bisa. Hanya kamu satu-satunya yang tidak bisa ku bunuh dengan tangan ini."

"Ku mohon!"

"BENCILAH AKU! DATANG DAN KEMUDIAN BUNUHLAH AKU!"

"Mulai malam ini aku bukan lagi adikmu dan kau bukan lagi kakakku."

"Brusch? Aku tidak pantas menyandang nama itu lagi. Mulai sekarang hanya ada aku dan kamu. Tidak ada lagi si kembar Brusch."

"Selamat tinggal!"

Gadis itu mengepalkan tangannya dan meninju batang pohon di depannya.

"AKU MEMBENCIMU LILI. AKU INGIN MEMBUNUHMU. AKU INGIN MEMBALASKAN RASA SAKIT SELURUH ANGGOTA PACK. AKU INGIN MENGHUKUMMU. ANAK DURHAKA. ADIK DURHAKA."

"Seharusnya begitu, tapi sama sekali tidak ada perasaan negatif itu."

Gadis itu terduduk. Kepalanya menyandar pada batang pohon. 

"Aku kakak yang bodoh. Seharusnya aku bersikap lebih keras padamu. Kesibukanku mempersiapkan diri menggantikan Ayah membuatku kurang memperhatikanmu."

Ketika gadis itu mendongak, matanya terbakar amarah.

"Vampir sialan itu memanfaatkan hati murni dan polosmu. Kau memberikan segalanya, tapi dia mengkhianati dan membunuhmu. Dendam dan kebencian ini hanya pantas di tujukan padanya."

Mata biru gadis itu mulai berubah-ubah antara biru dan perak. Giginya bergemeletuk dan kuku-kuku jarinya berubah menjadi cakar.

"Luna!"

Gadis itu dengan cepat menetralkan diri saat seorang warrior berlutut di belakangnya.

"Ada apa?" tanyanya dengan nada tegas. 

"Alpha telah selesai dari urusannya dan beliau akan sampai untuk menunggu anda di luar hutan ini. Tuan muda dan Nona muda juga telah sampai di kota ini bersama Nona Jung."

Senyum gadis itu tercetak ketika mendengar bahwa keluarganya akan berkumpul di kota ini. Setiap tahun mereka memang akan berkumpul di kota ini selama seminggu. Alasan utamanya adalah karena gadis berambut merah terus berdoa di kota ini untuk kembalinya sang Adik. Juga alasan lain bahwa ia masih mengharapkan kehadiran sang vampir yang telah membutakan adiknya dengan cinta.

"Luna!" Warrior itu mengambil posisi di hadapan si gadis berambut merah. Mereka dalam keadaan siaga.

Gadis berambut merah itu juga cukup terkejut. Dia benar-benar tidak menyadari bahwa ada makhluk asing yang datang ke arahnya.

"Oh, ada orang lain rupanya."

Mata gadis berambut merah itu membelakak. Entah mengapa air matanya turun. Hidungnya mulai mengendus tajam. Saat itu juga aroma lama yang tidak pernah terlupakan dalam benaknya menyeruak.

"Oh, Dewi Bulan...."

*****



Aku berharap kalian menyukai cerita ini ;)



See you



02 Nov 2019

I SEE YOU SEE ME [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang