8. It's Hurt

3.3K 359 5
                                    


Lisa duduk bersandar di bangku jalan. Bibirnya melengkung ke atas, tersenyum miris.

"Aku menghilangkannya," gumam Lisa setelah menyadari bahwa kameranya tidak ada.

Matanya kembali tertutup ketika merasakan sakit di kepalanya.

"Sebentar lagi. Bertahanlah." Lisa menggertakkan giginya kuat-kuat. Dia membutuhkan sedikit lagi waktu. Selagi ingatannya kembali, dia harus mempertahankannya untuk menebus kesalahannya yang lalu. 

"Lili." Tubuh Lisa menegang mendengar suara lembut yang dulu selalu ia rindukan. Pemiliknya adalah salah satu sebab mengapa ia menyetujui permintaan Jennie untuk membantai keluarganya.

Air mata Lisa kembali mengalir. Kali ini dia menangis karena rasa bersalahnya. Dia ingin sekali melihat wajah cantik itu sekali lagi, tapi ia tidak sanggup. Rasa takut dan penyesalan memenuhi rasa sesak di rongga dadanya.

"Rose...." Pada akhirnya hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Lisa.

"Aku merindukanmu, Lili. Kembalilah."

Rose memeluk tubuh Lisa yang bergetar.

"Maaf... maaf... a-aku--"

"Sssst... jangan di lanjutkan. Semua sudah terjadi di masa lalu. Sejak kamu terlahir kembali, dosa masa lalumu itu juga terhapus. Lagipula kau melakukan itu karena terbutakan oleh cinta... dan juga karena sikapku di masa lalu."

Lisa menggeleng keras dalam dekapan Rose. Tangannya mencengkram erat baju Rose.

"Mimpi burukku adalah karmaku. Warna merah dan tangisan mereka terus mendatangiku. Aku begitu takut... tidak jika aku mengingat masa lalu. Tapi aku tidak menginginkannya. Jika aku mengingat semuanya kembali secara utuh, aku akan membunuh diriku sendiri. Penebusan... harus ada tebusan untuk dosa malam itu." Lisa menjerit di dada Rose.

Air mata Rose turun. Matanya menjadi tajam dan dia menggertakkan gigi diam-diam. 

Semua kesalahan vampir itu. Dia benar-benar sukses menghancurkan Lisa. Bahkan jika Lisa tidak sanggup membunuhnya, bukan berarti aku tidak. Dendam pack kami tertuju pada Lisa, tapi orang yang telah mempengaruhinya.

"Bukan salahmu, Lili. Jangan terus menyalahkan dirimu sendiri." Rose berteriak dengan suara bergetar. Lisa tidak sadar bahwa itu bukan karena tangisannya, tapi kemarahannya yang menggebu-gebu. "Aku pasti akan membunuh vampir sialan itu!"

Lisa langsung menjauhkan diri dari dekapan Rose. Gadis itu memegang pundak Rose dan menggelengkan kepalanya.

"Ku mohon... jangan lagi melibatkan Jennie. Itu adalah salahku yang menyetujui permintaannya."

"YA DAN ITU KARENA DIA MEMPENGARUHIMU. KAU DIBUTAKAN OLEHNYA."

Rose begitu emosi. Dia berdiri dengan marah. Matanya berubah-rubah warna.

"Itu karena aku mencintainya."

Kuku Rose memanjang mendengar penuturan adiknya itu.

"Apa saat ini juga?" Rose bertanya dengan keras. Dia tahu tentang pertemuan mereka di depan hutan, meskipun itu hanya di akhir saja.

Lisa terdiam lama sebelum menjawab. "Aku tidak tahu."

Dada Rose naik-turun. Dia mencoba untuk tenang, tapi entah mengapa dia justru malah semakin ingin berlari ke Jennie dan mencabik-cabik tubuh vampir sialan itu.

Lisa tiba-tiba berdiri dan memeluk tubuh Rose.

"Waktuku sudah habis. Ku harap ingatanku benar-benar tidak akan pulih. Dengan itu tidak ada lagi yang tersakiti... baik aku maupun kalian semua." Lisa tersenyum. "Aku mencintaimu, Rose. Sampai kapanpun kau adalah kakak kembarku. Cukup lihat aku dari jauh, lihat bagaimana aku menjalani hidup dengan kehidupan yang baru ini."

Rose menangkap tubuh Lisa terkulai.

"Kau selalu seenaknya saja."

Tanpa melihat ke belakang, Rose tahu kalau Jennie memperhatikan mereka. Mata merahnya yang penuh ambisi membawa kepekaan.

"Kau dengar itu, vampir sialan!" seru Rose. "Jika kau berani mengusik kehidupan baru Lili, akan ada perang."

Hening malam menyapa tanpa balasan.

Rose mengangkat tubuh Lisa dan menggendong bridal style.  

*****

Di tempat yang jauh, di kedalaman hutan terdalam. Tidak pernah ada manusia normal yang berani menjelajah sampai ke sana. Pernah ada sekelompok manusia nekat untuk mengungkap apa yang berada di balik ke dalaman hutan tersebut, namun mereka tidak pernah kembali.

Sejak saat itu berbagai rumor menyeramkan mulai berhembus dengan cepat. Seperti, adanya makhluk purba sebesar dinosaurus yang membuat sarang di sana. Atau suku asli yang brutal dan tidak mengenal manusia selain sukunya. Ada lagi cerita mengenai para makhluk immortal.

Meskipun berbagai rumor berhembus di mana-mana, hanya satu yang pasti, jika kamu melanggar batas, kamu tidak pernah kembali. Alias mati.

Itu memang tidak salah. Di balik ke dalaman hutan itu adalah tempat tinggal para Wizard atau penyihir. Dahulu kala penyihir dibagi menjadi 2 faksi, penyihir hitam dan putih. Namun, kini semua telah berbeda. Penyihir telah menjadi satu kesatuan. Semua itu berkat pemimpin pendahulu mereka, Raja dan Ratu Wizard. 

Raja Wizard adalah penyihir hitam. Dia jatuh cinta pada Ratu Wizard yang adalah penyihir putih. Hubungan mereka di tentang, bahkan sampai akhir hayat mereka.

Mengapa kemudian para penyihir bersatu?

Jawabannya adalah perang.

Setelah kematian Raja dan Ratu mereka, keberadaan penyihir terekspos oleh manusia dan makhluk immortal lainnya. Kekuatan mereka melemah karena perang saudara. Hal itu menjadi momok bagi kekuatan lain untuk menguasai para penyihir.

Penyihir kalah perang dan mereka yang selamat secara sembunyi-sembunyi mengumpulkan kekuatan serta mencari penerus yang hilang. 

Ya, sebelum Ratu meninggal, dia telah melahirkan, tapi tidak ada yang tahu ke mana bayi itu pergi. Sudah pasti Raja mengantisipasi untuk melarikan anaknya karena takut dibunuh.

Itu kisah lama karena kemudian para penyihir berhasil menemukan penerus, sang Putri Wizard.

Meskipun begitu, mereka tetap harus menjauh dari dunia luar. Semua demi membangun kekuatan para penyihir secara maksimal. Untuk sekali lagi berdiri di bawah matahari dan bulan tanpa rasa takut. Untuk sekali lagi menjadi yang di takuti.

***

"Mereka telah bertemu. Semua pemain telah berkumpul. Akankah permainan ini harus ku mulai?"

Seorang perempuan duduk di bangku taman sambil memegang sebuah kristal berbentuk ketupat. Sekilas terpantul mata merah darah yang penuh hasrat.

"Tidak. Belum waktunya. Aku akan membiarkan kelinciku dimainkan dulu... dan tidak lama setelah itu ia harus kembali pada pemiliknya."

Bibir perempuan itu melengkung ke atas diikuti tawa membahana.

*****




Happy 28th


Sebagai ganti lama update, aku post chapter 7 dan 8 ;)


Selamat menunggu kembali



See you again

I SEE YOU SEE ME [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang