Mentari menyapa pagi. Satu lagi hari baru menyapa hidup Lisa. Turun dari tempat tidur, Lisa membuka jendela dan merenggangkan otot-ototnya yang kaku.
"Perkemahan, aku datang!" seru Lisa penuh semangat.
Bersiul pelan, Lisa mengambil handuk di samping tas ransel yang dalam semalam sudah membesar karena penuh dengan barang bawaan Lisa untuk perkemahan pertamanya di tempat yang baru. Tentu saja perkemahan itu merupakan kegiatan rutin yang diadakan di sekolah barunya. Setelah memastikan tidak ada barang yang akan tertinggal, Lisa pergi ke kamar mandi untuk mandi.
Setengah jam kemudian Lisa keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah. Uap mengepul dan air menetes terlihat di sana. Gadis itu keluar dari kamar mandi untuk mengambil pengering rambut sebelum kembali masuk ke kamar mandi.
Hampir setengah jam kemudian, Lisa telah siap. Memakai celana denim hitam dan kaos berwarna cerah, Lisa berkaca sebentar sebelum menyampirkan jaketnya dengan membuat lengan jaket itu melingkari pinggangnya.
"Hm." Lisa mengangguk puas.
"Lisa, cepat turun. Rotimu keburu dingin." Suara sang Mama terdengar dari luar pintu kamar Lisa.
"Ne," balas Lisa.
Ransel besar itu di angkat Lisa, bukan menggembloknya karena itu terlalu berat dan dia saat ini masih di rumah. Di seret juga bisa. Setidaknya jangan menyiksa diri sendiri di waktu yang salah.
"Ah, hampir lupa." Lisa menepuk pelan jidatnya ketika ia hampir saja melupakan topi berwarna hitam dengan tulisan pink berbordir 'Signore'. Yang berarti 'Lord' atau 'Penguasa'.
Lisa memakai topinya dengan terbalik, kemudian keluar kamar dan bergegas menuju meja makan. Di atas meja sudah tersedia roti selai dan coklat panas.
"Pagi, Mom. Pagi, Dad." Lisa mencium sekilas pipi Ibu dan Ayahnya.
"Pagi, sayang."
"Siap untuk berpetualang?" goda Ayah melihat tas besar Lisa.
"Ya, sayangnya tidak ada kamera untuk petualangan kali ini."
Ayahnya tertawa, sedangkan Ibu mengangguk puas karena sekolah melarang membawa benda eletronik selain ponsel. Dan ponsel pun nantinya akan di sita saat sampai di tempat kemah. Hanya saat pulang akan di kembalikan.
Lisa cemberut, tapi tetap semangat sarapan.
"Sudah siap, Lisa?" tanya sang Ayah sambil melipat korannya.
"Ya," balas Lisa.
*****
Kota Brusch memiliki pesona yang sangat indah dan tempat-tempat menarik. Salah satunya adalah Gunung Mawar. Konon katanya gunung itu dinamai berdasarkan nama salah satu anggota keluarga Bruch dahulu kala. Ada juga yang mengatakan bahwa gunung itu dinamakan Gunung Mawar karena terdapat sebuah tempat tersembunyi yang berisikan segala macam jenis bunga Mawar.
Namun, sayangnya kedua pernyataan itu tidak memiliki bukti kebenaran.
Lisa sendiri tidak peduli mau nama gunung itu Mawar, Melati, Kenanga, atau bahkan Bangkai. Baginya pemandangan dan suasana gunung itu lebih menarik perhatiaannya. Lagi pula dia seorang fotografi yang menginginkan hal-hal menakjubkan untuk di abadikan.
"Lisa bukan Lisa tanpa kameranya. Jadi, siapa kau sekarang, hm?" ledek teman sebangkunya, Yeri saat melihat Lisa termenung memandang keluar jendela.
"Masih ada kamera hp," elak Lisa mengakui kalimat yang pernah ia nyatakan.
"Oh, seorang Lisa akhirnya mengetahui kegunaan kamera hp." Yeri kembali meledek.
"Ughh." Lisa tidak berkutik karena sejak awal dia memang berkata bahwa potret yang ia akan abadikan tidak akan pernah lewat kamera hp. Tentu saja kecuali memotret catatan di papan tulis. Hehehe...
Puas meledek Lisa yang semakin bad mood, Yeri tertawa dan menyuapi Lisa sepotong roti.
**
10 menit kemudian mereka telah sampai di lokasi perkemahan. Letaknya tepat di tengah-tengah, tidak terlalu di kaki gunung maupun puncaknya.
Lisa turun dari bus, berjalan sedikit sambil menghirup udara segar pegunungan. Sungguh menggairahkan karena tidak ada polusi. Badannya yang lelah mulai kembali bersemangat.
"Lisa, bantu angkat barang kelompok, lalu kita akan membangun tenda." Yeri dari jauh berteriak, di tangannya terdapat tikar untuk alas kelompoknya tidur.
"Ya, aku ke sana," balas Lisa berteriak.
Sekali lagi merenggangkan badan sembari mengirup udara, Lisa segera pergi ke bus yang khusus mengangkut barang-barang kelompok.
Lisa membantu mengangkat barang-barang kelompok dan membawanya ke tempat di mana letak tenda kelompok mereka di sediakan. Setelah bolak-balik 3 kali bersama yang lain, mereka memeriksa sekali lagi bahwa tidak ada barang-barang kelompok mereka yang kurang. Peralatan memasak, bahan-bahan memasak, tenda, tikar, emergency, juga dekorasi kelompok.
Setelah mengelompokkan barang-barang tersebut, Lisa bersama kelompoknya mulai membangun tenda di bantu kakak pengawas kelompoknya. Tidak butuh waktu lama mendirikan tenda berkat bantuan kakak pengawas. Mereka dengan senang mulai menggelar tikar di dalam tenda sebagai alas. Lalu mulai menyusun barang-barang bawaan di dalam tenda.
Ketika waktu menjelang sore hari, semua kelompok telah selesai mendirikan tenda dan menata barang bawaan mereka. Masing-masing kelompok harus melapor, setelahnya ketika perwakilan kelompok kembali, mereka mulai mendekorasi sekitar tenda kelompok mereka. Tentu saja itu untuk penilaian juga agar mereka merasa nyaman.
Lisa ikut membantu juga membawa hasil potretannya untuk menjadi dekorasi. Di gunakan atau tidaknya, Lisa tidak terlalu bermasalah karena itu demi kenyamannya sendiri. Tapi, ternyata pada akhirnya semua potretan yang ia bawa di pakai untuk di hias di dalam tenda bersama lampu-lampu kecil. Hasil itu membuat mereka semua merasa seperti berada di dalam kamar, bukan di dalam tenda.
Malam pun tiba. Mereka telah berganti baju dan mulai memasak makanan. Akan ada dua menu yang di buat, yang pertama untuk penilaian dan akan di makan oleh para guru. Yang kedua untuk di makan sendiri juga untuk perwakilan kelompok lain yang datang berkunjung.
Pada kegiatan kali ini, Lisa hanya ditugaskan untuk mengambil air dan mencuci piring. Dia tidak di perbolehkan untuk menyentuh lingkup masak-memasak. Tentu saja semua itu bukan tanpa alasan. Dua minggu yang lalu tepatnya, hanya seminggu setelah Lisa menjadi anak baru di kelasnya, dia hampir menghanguskan ruang praktek memasak.
Jangan tanya bagaimana bisa. Atau bahkan mencoba mengajarinya perlahan-lahan. Karena tidak peduli dengan berbagai metode yang digunakan, Lisa tidak bisa memasak apa pun kecuali mie instan. Semua peralatan memasak akan menjadi gosong oleh keahliannya.
Lisa hanya bisa menggeleng konyol melihat ekspresi ketakutan teman sekelompoknya ketika dia mendekat untuk menyerahkan ember berisi air.
Hei, tanganku lebih berharga untuk memotret dibanding mengoseng masakan. Huh!
Dengan itu kelompok mereka menyelesaikan masakan dengan lancar tanpa hambatan. Tentu saja pengorbanan Lisa harus di acungi jempol karena dia bukan hanya tidak mengganggu mereka, tapi juga menghibur mereka dengan lagu yang ia nyanyikan.
Yeri merasa ingin menangis bahagia melihat Lisa yang sangat penurut.
Perkemahan untuk 3 hari 2 malam ini pun di mulai.
*****
Aku lagi UAS, tapi aku sempetin karena besok matkulnya gak terlalu berat hehehe
See you
19 Jan 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/200011881-288-k13663.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I SEE YOU SEE ME [New Version]
FanficREMAKE "Aku memusnahkan klanku untukmu, tapi yang ku dapat adalah pengkhianatanmu. Jika aku bereinkarnasi, aku berharap untuk tidak pernah melihatmu lagi." ~ La Lisa Brusch "Aku menyesal! Kau adalah milikku, Lisa! Baik itu kehidupan yang dulu maupu...