20. Only One

1.9K 196 38
                                    

"Lili, kau terluka lagi?" Sosok jangkung mendekati sosok Lili berusia 16 tahun.

"Ini hanya luka ringan. Tidak perlu heboh," balas Lili dengan tak acuh pada luka lebam di pipinya.

Mendengus tidak senang Irene menarik tangan Lili.

"Sudah ku bilang ini hanya luka ringan. Kenapa kau bersikeras!" sentak Lili.

"Jika kau tidak mau, maka Rose harus mendapatkan luka yang sama sepertimu," ujar Irene mulai mengambil langkah penuh amarah.

"RENE!" seru Lili keras, tidak menyukai tindakan yang hendak Irene ambil. Terutama menyakiti saudari kembarnya.

"APA?!" seru Irene balik.

"Jangan ikut campur. Apa pun masalah di antara aku dan Rose, tidak boleh ada yang terlibat!" tegas Lili dengan keyakinan yang keras.

Gigi Irene bergemeletuk menahan amarah yang menggebu-gebu.

"Kau! Kau membiarkan bocah lemah sialan itu menghajarmu saat kau bahkan tidak melakukan kesalahan apa pun. Apakah di matanya kekuasaan dan kekuatan lebih besar dari pada hubungan sedarah yang dia miliki bersamamu!"

Tepat setelah ucapan terakhir Irene, Lili melayangkan tendangan ke perut Irene. Gadis yang lebih tua dari Lili itu menghantam tembok salah satu rumah anggota pack.

"Jangan pernah menjelekkan Rose di depanku lagi, IRENE!" peringat Lisa tajam dan dingin.

Dada Lili naik-turun diikuti warna matanya yang berganti-ganti oleh warna mata Limario. Setelah tenang, sedikit rasa bersalah muncul saat melihat setitik darah di sudut bibir Irene.

Namun, egonya terlalu tinggi dan masih ada sedikit amarah dalam diri Lili, jadi tanpa mengatakan apa pun lagi, dia segera pergi meninggalkan Irene yang terduduk bersandar pada tembok.

Sudut mata Irene memperhatikan punggung Lili yang terus menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangannya. Setelah benar-benar tahu bahwa Lili sama sekali tidak ada niat untuk membalikkan punggungnya, Irene merasakan sedikit kekecewaan.

Sorot matanya berubah menjadi tajam dan dingin, lebih dari apa yang ditampilkan Lisa tadi. Bibirnya membisikkan sesuatu dan perlahan cahaya ungu sedikit menyinari tubuhnya. Rasa sakit dan luka yang diberikan Lili lenyap sepenuhnya.

"Yang Mulia!" bisikan khawatir terdengar di antara siulan angin.

"Jangan pernah berani menyentuhnya!" desis Irene dingin.

Bisikan itu tidak terdengar lagi.

*****

Mengenang masa lalu, hm.

Irene menyipitkan mata mendengar ucapan Limario.

Auramu menjadi lebih gelap.

Senyum tipis terbentuk, "Kau menjadi lebih banyak bersuara, Lim."

Bisakah kau mundur?

Bahu Irene sedikit tersentak. "Lagi? Apa hanya itu permintaan yang kau inginkan setelah kembali dari alam baka?"

Kau tahu betul apa yang ku maksud. Semakin kau berhasrat, semakin semua akan pergi menjauh darimu.

"Huh, lupakan, Limario. Ini bukan hasrat, tapi kewajiban dan takdir yang harus di penuhi."

Limario terdiam sebentar sebelum helaan napas berat terdengar.

Takdir? Kewajiban? Kesalahan itu memang tidak bisa kami tebus, tapi yang kau sebut takdir dan kewajiban itu sudah berakhir. Tepat saat kami mati.

Lolongan menyakitkan bergema dalam ruangan. Geraman dan lolongan pilu beradu memenuhi ruangan. 

Tawa jahat dan aneh yang berasal dari Irene ikut memenuhi ruangan. "LIMARIO! Kau tidak perlu mengingatkanku. Tidak ada satu pun di antara kita bertiga yang sangat mengingat dengan jelas hari-hari dulu, selain DIRIKU! Dan tidak ada yang tersakiti karena takdir itu, selain DIRIKU! Tidak ada yang memperjuangkan takdir itu, selain DIRIKU!"

Tawa Irene menjadi semakin gila. "Ah, ah, Lili, Limario. Kalian bahkan berani menentang Dewi Bulan. Tidak hanya bergaul dengan para penghisap darah, kalian bahkan jatuh cinta pada salah satu penerus klan mereka. Kalian bahkan rela memberikan segalanya, termasuk nyawa seluruh klan packmu. Tapi tetap saja kalian tidak pernah bisa menyakiti gadis lemah sialan itu."

I.R.E.N.E

"Lihat? Bahkan di tengah rasa sakitmu, kau masih menegurku. Selalu seperti itu."

Irene menaikkan tekanannya pada jiwa Limario. Langkahnya mendekati tubuh Lili yang setia tidur di atas ranjang berwarna merah.

"Jika kalian terus melawan takdir, maka aku hanya harus memaksa kalian. Dan takdir memang mengikat kita, jika tidak, maka tidak mungkin bagi Lili untuk dilahirkan kembali saat aku masih hidup. Dan tidak mungkin aku bisa berhasil menarikmu dari alam baka."

Limario hanya bisa melolong sedih di antara rasa sakitnya.

"Ah, sepertinya memang tidak baik mengulur waktu begitu lama." Irene menatap bulan dari balik jendela kecil. "Sudah waktunya bersatu kembali."

*****





It's been a long time than the predict 😓 Sorry reader reader ku



See you again




20 Oct 2020

I SEE YOU SEE ME [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang