HEYYYOOOOI WASSUP?!
BTW, ceritanya mau end nih, sad ending aja ya? Apa happy?
Sad apa Happy?Sad
Happy
Dah lah bingung aku:(
Eh, di vote dan comment ya
😠💜😠💜Jimin dan Jian yang sedang tidur itu dibangunkan oleh ibunya, suatu hal yang benar-benar dibenci Jian maupun Jimin. Sang ibu juga meminta mereka berdua untuk mandi terlebih dahulu sebelum diminta turun ke bawah. Jian dan Jimin keluar dari kamarnya dalam waktu bersamaan membuat mereka saling menatap dirinya masing-masing.
"mau kemana?"
"ke bawah, Ibu membangunkan ku tadi untuk mandi dulu sebelum ke bawah." Jimin mengerutkan dahinya, merasa curiga. Begitupun Jian yang baru menyadari sesuatu kejanggalan itu langsung berlari kebawah, di susul Jimin di belakangnya.
Sesampainya di lantai dasar, Jian mencari sosok ibunya. Ia pergi ke arah dapur untuk menemuinya, namun bukanya mendapati ibunya, dirinya malah bertemu Maid yang ada di kediamannya saat ini.
"Jane? Dimana ibu?" Jane yang tengah membuat sebuah minuman itu menoleh ke arah Jian dan Jimin yang baru saja datang dari belakang tubuh Jian.
"Ibu sedang di depan, beliau meminta saya untuk menyusulnya ke ruang tamu."
"huh? Ada tamu ya?" Jian menoleh ke arah Jimin, Jian hanya mengendikan bahunya.
"saya tidak tahu, tapi tadi ibu meminta saya untuk membuatkan minuman. Saya permisi." Pamit Jane sambil membawa minuman tersebut menuju depan.
"mungkin ya ibu ingin bicara, makanya meminta kita bangun awal di waktu liburan ini."
"ya sudah, ayo temui Ibu." Ajak Jimin sambil menggandeng Jian.
Jian dan Jimin berjalan beriringan menuju ruang tamu berada. Tidak ada suara obrolan terdengar membuat Jimin dan Jian yakin bahwa sang Ibu pagi ini mengajaknya bicara. Namun presepsi itu nyatanya salah besar, dua bersaudara itu mendapati Ayah kandung dan keluarganya tengah duduk di sofa ruangan tersebut.
"Oh, Jimin! Jian!" seru seorang lelaki yang kini menjadi ayah sambungnya.
Semua mata menatap ke arah Jian dan Jimin, guratan sneyum terlihat di wajah Ayah kandung Jimin dan Jian. Namun, Jimin makin membenci melihat lelaki itu tengah tersenyum kepada dirinya dan juga kepada Adik perempuanmu.
"Jimin, Jian, duduk dulu."
"Ibu.."
"duduk dulu, sayang." Ucapnya berbisik.
Jimin mampu melihat wajah sang ibu yang sedikit terluka melihat kehadiran Ayahnya tersebut, Jimin makin marah rasanya. Ia hanya mampu memendam emosinya untuk saat ini. Sedangkan Jian, gadis itu hanya diam. Sedikit bingung, marah, dan sedih menjadi satu.
"semalam ketika kalian pergi, kalian bertemu dengan ayah dan langsung pergi ya?"
"langsung pergi? Apa maksudnya? Dia menuduh kita, begitu?" tanya Jimin dengan nada meninggi.
"Jimin, tenang dulu."
"tidak bisa, Papa! Bagaimana aku bisa tenang padahal jelas-jelas semalam kita sempat duduk sebelum aku dan Jian pergi." Ucapnya dengan nada meninggi.
"Jimin, jangan buat Jian takut." Jimin akhirnya memilih mengalah dengan egonya demi Jian, ia memilih duduk dan kembali menggenggam tangan Jian.
"Hwang jimin, Hwang Jian, ayah rindu pada kalian. Boleh ayah memeluk kalian berdua?" Jimin dengan tegas menggeleng, "margaku Park, bukan lagi dan tidak akan pernah berubah menjadi Hwang" sang Ayah menghela nafasnya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRULER - KNJ
Fanfiction[COMPLETED/END] Namjoon itu sempurna, tampan, berwibawa, semuanya tak bisa di deskripsikan melalui kata-kata secara gamblang. Dibalik semua, ada seorang wanita yang membuatnya seperti ini namun tidak bisa ia pamerkan kepada dunia sebab sebuah perat...