06 - her

273 46 6
                                    

Hai, saya kembali💜
Jangan lupa vote & comment 💜



.

.

.


Namjoon saat ini tengah duduk bersama keluarganya untuk menyantap sarapan pagi. Suasana Rumah terasa ramai, entah karena apa yang pasti pagi ini terasa berbeda.

"Kau kenapa?" Namjoon menatap Jin sedikit kaget.

"Aku? Aku kenapa memangnya?"

"Kau sedari tadi hanya menghela nafasmu, kau sedang meresahkan apa?" Namjoon menggeleng, Ibunya yang peka itu langsung menengahi obrolan.

"Kau memikirkan perkataan ibu semalam?" Semua mata kini tertuju pada sang Ibu, Namjoon meletakkan sendoknya pelan.

"Ibu, apa kau punya kriteria wanita secara spesifik? Apa akan bermasalah jika wanita yang ku kencani bukan kalangan keluarga yang kaya?" Ibunya itu tertawa, lalu menyesap teh hijau di cangkir yang sangat cantik berwarna putih.

"Tidak, ibu tidak akan memandang dari sudut manapun apalagi harus dari keluarga berada. Ibu sudah pernah katakan, yang penting dia wanita baik hati dan perilakunya, bisa 'akur' terhadap saudara kita dengan baik itu sudah cukup." Namjoon hanya diam.

"Yah, tapi jika kau tidak bisa menemukan wanita dengan caramu sendiri, mau tidak mau ibu akan menjodohkan mu dengan anak teman ibu. Dia gadis yang manis, baru pulang dari Amerika untuk menempuh studinya,"

Sekali lagi, Namjoon sangat muak mendengar kalimat 'perjodohan' di telinganya sejak kemarin, ia menyambar jas yang tersampir di belakangnya lalu berpamit dengan perasaan jengkel.

Sampai di kantornya, perasaan jengkel itupun bahkan tidak bisa hilang. Ia memutuskan pergi ke ruangan Jian, yang kini telah disibukkan oleh tugas untuk memberi nilai anak yang sedang melakukan Magang di kantor Namjoon. Namjoon memeluk Jian tiba-tiba, membuat Jian bingung. Niatannya bertanya pada Namjoon apa yang terjadi dengannya itu diurungkan Jian. Dirinya lebih memilih membalas pelukan Namjoon dalam diam, sesekali mengusap punggung Namjoon pelan.

"Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi denganmu, tapi ku harap kau bisa melaluinya dengan baik. Kau pasti bisa," Namjoon masih diam sambil mengangguk, setidaknya rasa kesal Namjoon sedikit terobati karena Jian.

"Ji, aku mencintaimu. Jangan sampai kau pergi," Jian mengernyit, "kenapa kau bilang seperti ini. Kau selingkuh?" Namjoon menarik dirinya lalu menatap Jian yang sedang mengernyit kebingungan.

"Apa-apaan itu? Tidak! Aku tidak selingkuh, kau bisa lihat isi ponselku,"

"Lalu kenapa kau mengatakan kalimat seperti itu? yang ku ketahui, jika seorang lelaki mengatakan kalimat memohon seperti itu biasanya ada seorang wanita di belakangnya," Jian mencerocos, Namjoon menggeleng pelan.

"Bukan.. bukan begitu Ji! Aku hanya takut kau tiba-tiba pergi meninggalkanku karena tidak bisa menjalani hubungan Back street seperti ini," Jian menghela, lalu memegang lengan atas Namjoon seraya meyakinkan kekasihnya itu.

"Joonie, jika aku tidak bisa menerima ini semua, bukan seharusnya aku sudah mengakhiri sejak lama? Aku mencintaimu dengan tulus!" Namjoon tersenyum.

Ketukan suara ruangan Jian terdengar, membuat mereka saling mereka menjauhkan diri. Minhyun masuk dengan sebuah kertas di tangannya. Dirinya sempat kebingungan karena hadirnya Namjoon di ruangan Jian.

BRULER - KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang