Vote ya, makasih.
"Kenapa kau menerimanya? Jelas-jelas dia telah menghianatimu. Dia bahkan meniduri mantan kekasihnya, dan kau masih menerimanya. Jangan bercanda, Jian!"
Jimin benar-benar menarik Jian selepas gadis itu meletakkan minumam untuk Namjoon, ia menarik Jian menuju kamarnya dan memilih bertengkar di ruangan tersebut.
"Kau masih menyukainya, apa kau sebodoh itu?"
"Ya! Aku memang bodoh, kenapa? Kau tidak suka mempunyai adik bodoh seperti aku?! Terserah! Memang sejak aku dilahirkan, kau sudah membenciku. Bahkan kau mengatakan padaku terang-terangan bahwa aku hanyalah anak yang merepotkan, hanya anak kecil yang bodoh!"
Jian meneriaki Jimin, jelas tanpa ketakutan pada raut wajahnya saat ini. Jian benar-benar marah dan merasa kecewa saat sang kakak menyebut kalimat yang tidak pantas pada Jian. Jian tentu merasa sakit hati.
"Jian! Jimin!" Tegur dang Ayah yang tiba-tiba membuka pintu ruangan tersebut. Jian lalu berlari menghampiri sang Ayah sambungnya itu dan memeluknya.
"Jimin, kita bicarakan baik-baik."
⚘⚘
Sejak kemarin, Jimin dan Jian masih belum akur. Jian sendiri malas mengobrol dengan Jimin karena merasa kecewa. Sedangkan Jimin juga merasa tidak ingin mengobrol dengan Jian karena tidak ada hal yang perlu dibicarakan.
Persiapan untuk acara kedatangan keluarga Kim benar-benar disiapkan secara mendadak membuat keluarga Jian kalang kabut, kecuali Jimin yang memilih mengurung di kamarnya tanpa mau membantu keluarganya. Jian merasa tidak perduli, toh membuang waktu Jian saja. Tanpa Jimin pun semuanya bisa selesai juga.
Jian kini sudah selesai menata makanan di meja makan. Ia menatap jajaran makanan yang dibuatnya bersama sang ibu dan juga neneknya dalam satu hari membuat ia menggeleng tidak percaya.
"Hey! Cepat mandi, bersihkan dirimu. Dua jam lagi mereka akan tiba" Jian mengangguk, ia bergegas pergi menuju kamarnya.
Ia menghabiskan waktunya hampir dua jam demi mempercantik dirinya juga, rasa gugup menyerang Jian membuat dirinya selalu menarik nafasnya. Ia menatap dirinya di pantulan cermin, setelan dress berwarna pink rossy. Ia memilih menggerai rambutnya dan di tata serapi mungkin. Polesan riasan yang tidak terlalu mencolok membuat ia merasa sempurna, ia tersenyum simpul.
Ketukan pintu terdengar, membuat Jian menoleh. Sang ibu membuka pintu kamarnya dan memghampirinya sambil tersenyum.
"Cantiknya anak ibu. Ayo keluar, mereka sudah datang sejak tadi. Kita makan bersama." Jian tersenyum sambil mengangguk.
Ia meremas tangannya sendiri demi menghilangkan kecemasannya. Sekali lagi, ia menarik napasnya panjang saat mendekati meja makan. Jian menunduk memberi salam pada keluarga Kim disana, guratan senyumnya tidak pernah pudar sejak keluar dari kamarnya. Apalagi saat melihat sosok Namjoon yang sudah duduk dengan manis, lelaki itu kini terlihat sangat tampan dimata Jian. Degup jantungnya membuat ia sedikit lemas dan memilih untuk duduk.
Acara makan malam dihiasi banyak mengobrol. Jimin yang ada disana juga hanya sesekali juga menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Jin maupun Taehyung yang kebetulan sudah saling kenal. Jian sendiri hanya banyak diam karena merasa masih gugup, Namjoon yang paham akan keadaan Jian itu hanya menatapnya lalu tersenyum agar membuat Jian sedikit tenang. Namun sepertinya, Namjoon membuat Jian makin berantakan.
Ayah Jian mengajak keluarga Kim berpindah ke ruang tamu kembali, mereka mengobrol sebentar sebelum beralih ke pembicaraan yang lebih intens. Jian menarik nafasnya kembali, ia menggigit bibir bawahnya karena merasa takut bila mana sang kakak menghancurkan semuanya seperti kemarin. Pikirannya kemana-mana hingga tak sadar bila keluarganya kini memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRULER - KNJ
Fanfiction[COMPLETED/END] Namjoon itu sempurna, tampan, berwibawa, semuanya tak bisa di deskripsikan melalui kata-kata secara gamblang. Dibalik semua, ada seorang wanita yang membuatnya seperti ini namun tidak bisa ia pamerkan kepada dunia sebab sebuah perat...