***
Masih di malam yang sama, kini Jiyong tengah duduk di sofanya, membaca beberapa berkas lama terkait kasus Rose, Tzuyu, Taeyong, Sandara sampai kasus yang menimpa Detektif Yang. Sedang Lisa justru tengah berdiri di balkon, menelpon seorang temannya yang sekarang ada di Thailand– Bambam.
"Dimana kau sekarang?" tanya Lisa begitu pria yang ia telpon menjawab panggilannya.
"Perjalanan pulang, ada apa?"
"Kau baru selesai bekerja?"
"Ya, bagaimana denganmu?"
"Aku? Aku masih bekerja," jawab Lisa sembari melirik Jiyong yang tengah membaca ulang berkas-berkas penyelidikan. Lisa tidak pernah bisa mengakses berkas-berkas itu selama ini, namun begitu kesempatannya datang, Lisa justru tidak ingin melihatnya. "Kau sudah bertemu dengan Ten?"
"Belum, tapi aku bertemu dengan orangtuanya dan mereka bilang Ten sedang berlibur ke Pattaya. Kau tahu kan kalau anak sialan itu tidak pernah berhenti berlibur? Di saat kita harus bekerja untuk makan, dia justru menghambur-hamburkan uang orangtuanya,"
"Berlibur jauh lebih cocok untuk Ten dibanding mencoba bunuh diri seperti tiga tahun lalu, ku harap dia baik-baik saja sekarang... Aku tahu dia menyukai Rose, aku juga tahu dia sangat terpukul karena kejadian tiga tahun lalu, tapi Bambam, apa menurutmu Ten sudah lebih baik sekarang?"
"Apa maksudmu? Kenapa kau membicarakan kejadian itu lagi? Kau menemukan sesuatu?"
"Tidak- maksudku ya, ya... aku menemukan sesuatu. Tapi ini sedikit sulit dipercaya. Aku menemukan akun judi online milik Rose,"
"Aku tidak pernah dengar soal itu, tidak mungkin Rose berjudi!" seru Bambam, persis seperti reaksi Lisa beberapa menit lalu. Tidak ada seorang pun yang akan percaya kalau Rose pernah berjudi, Ketua tim Kwon pasti salah– pikir Lisa disaat ia mendengar reaksi Bambam.
"Aku tahu ini tidak mungkin, tapi nomor rekening Rose terdaftar di akun judi itu. Karena itu aku menelponmu, Ten pasti tahu sesuatu tentang ini. Aku ingin menelpon dan bertanya padanya, bagaimana menurutmu? Apa Ten akan baik-baik saja kalau aku bertanya padanya tentang Rose? Aku khawatir dia akan mencoba bunuh diri seperti saat di rumah sakit waktu itu,"
Bambam melarang Lisa, pria itu melarang Lisa menghubungi Ten hanya untuk membicarakan Rose. Bambam melarang Lisa menyinggung tentang Rose di depan Ten karena kekhawatiran yang sama. Selepas selesai bicara dengan Bambam dan meyakinkan dirinya sendiri kalau Jiyong mungkin salah, Lisa kembali masuk ke dalam rumah Jiyong. Gadis itu berjalan mendekati Jiyong di ruang tengah dengan perasaan campur aduk sampai kemudian Jiyong menaruh dua lembar kertas di atas meja. "Rose dan Tzuyu pernah tinggal di lingkungan yang sama," ucap Jiyong sembari menunjukan dua alamat yang ada di kertas-kertas itu– yang sudah ia tandai dengan pulpen merah.
"Ini sebelum kami bertemu," jawab Lisa. "Rose tinggal di alamat ini sebelum ayahnya dan ibuku menikah, tapi itu sudah sangat lama," jelas gadis itu disusul anggukan mengerti dari Jiyong. "Aku tidak pernah melihat Rose bertemu dengan Tzuyu,"
"Apa kau bersama dengan Rose 24 jam sehari? Tujuh hari dalam seminggu?" tanya Jiyong, yang lama kelamaan kesal karena tanggapan Lisa– pasalnya gadis itu selalu membantah dugaannya. "Tidak ada seorang pun yang benar-benar mengenal orang lain. Aku mengerti dia saudarimu dan kau menyayanginya. Tapi kalau kau melibatkan terlalu banyak perasaanmu dalam kasus ini, kau tidak akan menemukan apapun. Benarkah orang-orang di sekitarmu selalu berkata jujur padamu? Kita tidak bisa bertanya pada seseorang yang sudah mati, karena itu kita harus mencari semua buktinya, apapun itu,"
"Maafkan aku," gumam Lisa, gadis itu sedikit merasa bersalah karena ia yang lebih dulu meminta Jiyong untuk menyelidiki kasus itu. Lisa yang lebih dulu meminta bantuan Jiyong, namun kini ia juga yang menolak semua informasi dari Jiyong. Kini ia justru tidak ingin mempercayai potongan-potongan puzzle yang telah Jiyong temukan.
"Pulang dan beristirahatlah, kau harus benar-benar sehat untuk menyelidiki kasus ini," suruh Jiyong, yang lagi-lagi kembali fokus pada bahan bacaannya. "Mungkin zodiac sudah mati karena ia tidak membunuh siapapun selama dua tahun terakhir ini," gumam Jiyong, yang sayangnya saat itu tidak bisa Lisa dengar.
"Tidak, aku akan membantumu disini, aku hanya harus ke toilet sebentar, dimana toiletnya?"
Lisa pergi ke kamar mandi yang ada di dekat dapur. Gadis itu berniat untuk membasuh wajahnya disana, sedang Jiyong masih sibuk dengan isi kepalanya sendiri. Begitu Lisa menghilang dibalik pintu toilet, Jiyong membaringkan tubuhnya di sofa kemudian membaca ulang berkas-berkasnya, mencari sesuatu yang mungkin ia lewatkan sebelumnya.
"Roseanne Park, Lalisa Park, Bambam dan Ten sedang berkemah di danau, mereka tidur di dua tenda berbeda, Rose dengan Lisa dan Bambam dengan Ten. Setelah mereka terlelap, seseorang datang, masuk ke tenda para gadis-"
"Aku tidak berada di tenda yang sama dengan Rose," ucap Lisa, memotong kisah yang tengah Jiyong ceritakan pada dirinya sendiri. "Malam itu aku berbagi tenda dengan Bambam, sedang Rose berbagi tenda dengan Ten. Saat itu kami tidak bisa mengakuinya karena pengacara kami bilang itu akan berdampak pada perusahaan Ten,"
"Kalian memberi kesaksian palsu?"
"Tidak, bukan begitu," seru Lisa, yang bergegas menghampiri Jiyong demi mencegah sang ketua tim berubah pikiran dan berhenti menyelidiki ulang kasusnya. "Kami tidak merubah apapun, kami memang berbohong mengenai teman tidur tapi kami tidak berbohong mengenai apa yang terjadi disana. Rose sudah tidur lebih dulu, aku dan Ten bertukar tempat setelah Rose tidur. Ten terpaksa bertukar tenda denganku karena aku ingin berbincang dengan Bambam. Setelah 30 menit berbincang, kami mengintip ke tenda Rose dan Ten untuk memastikan mereka sudah tidur-"
"Tidak seorang pun yang menyinggung tentang mengintip ini di kesaksiannya," potong Jiyong, membuat Lisa meremas tangannya sendiri dengan semakin kuat. Jiyong masih duduk di sofa, sedang Lisa duduk diatas karpet dengan kepala menengadah menatap Jiyong yang berposisi lebih tinggi darinya.
"Saat itu kami tidak bisa memberitahu Detektif Yang kalau kami sengaja mengintip agar bisa bercinta tanpa sepengetahuan Rose dan Ten. Kami baru saja di wisuda untuk gelar sarjana kami, dan kami terlalu malu untuk mengakuinya. Aku tahu kalau itu salah, aku siap dihukum karena memberi kesaksian palsu, tapi tolong tunda-"
"Ya ya ya, lalu apa yang terjadi saat kau bercinta dengan temanmu? Zodiac datang dan memukulmu? Atau dia menusuk Bambam?"
"Tidak ada yang terjadi sampai kami tertidur. Lalu sekitar lewat tengah malam, aku keluar dari tenda Bambam, berencana untuk kembali ke tendaku sendiri sebelum Rose bangun. Tapi baru saja aku keluar dari tendaku, seseorang tiba-tiba saja memukul tengkukku dari belakang. Aku jatuh, aku tidak bisa menggerakan tubuhku, tapi kemudian aku mendengar suara Bambam memekik kesakitan, disusul suara Ten dan juga Rose. Setelah itu, aku tidak mendengar apapun, aku tidak bisa melihat dan mendengar apapun. Kemudian saat aku bangun, aku sudah melihat Bambam dan Ten berbaring di tanah dengan perut berdarah. Bambam terluka di dekat tendanya, tidak seberapa jauh dari posisiku. Sedangkan Ten ada di dekat danau. Diantara kami bertiga, Ten yang paling banyak terluka, dia bilang dia sempat melihat orang yang menusuknya, tapi malam itu sangat gelap dan trauma membuatnya kesulitan mendeskripsikan orang itu. Ten benar-benar kesulitan setelah kejadian ini, dia mencoba bunuh diri karena merasa bersalah sebab tidak bisa menjaga kami. Ten yang paling tua diantara kami, dia merasa dia seharusnya bisa menjaga kami. Kurasa dia juga sudah berusaha menjaga kami, tapi dia tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri karena apa yang terjadi pada Rose."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Zodiac
FanfictionHai, dapatkah kamu menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam setiap kasus ini? Apa kamu cukup pintar untuk menebak siapa aku? -Zodiac Ps. Terinspirasi dari kasus pembunuhan berantai di California "Zodiac Killer" dan pembunuh berantai lainnya.