***
Begitu Lisa pergi dari rumahnya, Jiyong melangkah masuk ke dalam ruang pribadinya. Bukan kamarnya, apalagi ruang tidurnya, pria itu melangkah masuk ke dalam salah satu ruangan di rumahnya yang selama ini ia jaga dengan kunci khusus– sidik jarinya. Pria itu berdiri di dekat pintu ruang pribadinya sembari menunggu pintu yang ia abaikan perlahan-lahan tertutup dengan sendirinya. Begitu lampu ruangan itu dinyalakan, Jiyong memutar matanya, mengelilingi ruangan itu dan memandangi semua benda yang ada disana. Sudah menjadi kebiasaannya untuk melihat serta mengamati apapun yang ada disekitarnya.
Ruang pribadi milik seorang Kwon Jiyong terlihat cukup terang dengan lampu putih 12 watt yang menerangi ruang seluas 4x4 meter itu. Pada salah satu dindingnya, Jiyong rekatkan beberapa berkas kasus– mulai dari foto korban sampai foto tersangka, mulai dari foto lokasi kejadian sampai foto mayat korban, mulai dari laporan penyelidikan sampai potongan berita yang ditulis reporter surat kabar. Seperangkat komputer, buku-buku psikologi kriminal serta berbagai sumber informasi lainnya juga tersusun rapi di ruang pribadi itu.
Berada di ruangan itu, membuat Jiyong teringat pada sebuah kasus, bukan kasus yang harus ia pecahkan namun justru sebuah kasus yang membuatnya menjadi tersangka. Sembari duduk di kursinya– di tengah ruang pribadinya– Jiyong pandangi wajah gadis yang fotonya ia tempel di satu sisi dindingnya– foto Sandara Park. Tiga tahun lalu, Jiyong berkenalan dengannya melalui jejaring sosial.
Saat itu Jiyong sedang senggang, ia hanya perlu menyelesaikan sebuah kasus bersama ketua timnya. "Setelah kasus ini berakhir, aku akan membawamu naik ke Kantor Polisi Pusat di ibu kota," janji Detektif Yang yang tentu tidak dapat Jiyong tolak. Naik pangkat dan bekerja di ibu kota adalah salah satu mimpi Jiyong.
Akan tetapi, mimpi itu harus tersendat karena sebuah kejahatan yang menimpa temannya. Tiga tahun lalu, tepatnya pada bulan November, Jiyong dituduh sebagai pelaku dari tewasnya seorang gadis bernama Sandara Park.
Pada bulan November itu, Jiyong tengah bertugas seperti biasanya. Ia pergi kesana kemari, mengelilingi Pocheon demi setitik bukti untuk kasus tenggelamnya Roseanne Park. Penyelidikan sudah dilakukan selama berbulan-bulan, dan secara ajaib kasusnya bahkan sudah ditutup dan disimpulkan sebagai kasus perampokan biasa, namun saat itu Jiyong belum menyerah– karena janji yang Detektif Yang buat. Di tengah-tengah kesibukannya mencari bukti, Jiyong berkenalan dengan seorang gadis sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk bertemu, di Pocheon pada hari ulangtahun gadis itu.
Malam itu, di hari ulangtahunnya, Sandara meminta Jiyong untuk datang ke hotel tempatnya menginap. Tanpa banyak berfikir, tentu saja Jiyong datang kesana– dengan perasaan yang luar biasa senang. Jiyong merasa begitu antusias karena akan bertemu dengan gadis yang selama ini hanya bisa memperhatikannya lewat telepon dan pesan-pesan singkat. Malam itu Jiyong datang ke tempat yang sudah mereka sepakati kemudian bertemu dengan tiga orang teman Sandara.
Jiyong sempat kecewa karena kehadiran tiga orang teman Sandara itu– Chaerin, Bom dan Minzy. Jiyong pikir mereka akan pergi berdua, makan malam seperti pasangan kencan buta lainnya. Akan tetapi Jiyong tidak bisa mengatakan apapun dan tetap menikmati makan malam berlima itu. Selepas makan malam di dalam hotel, Jiyong mengajak Sandara untuk pergi berjalan-jalan di sekitaran hotel. Ada sebuah sungai berbatu di depan hotel itu dan mereka berjalan-jalan menyusuri tepian sungainya.
Sudah 8 bulan lamanya Jiyong dan Sandara dekat– sebagai teman menelpon atau berkirim pesan– dan akhirnya hari ini mereka bertemu, berjalan bersama di tepian sungai sembari bergandengan tangan. Namun di tengah-tengah nuansa romantis itu, Sandara merusak segalanya dengan mengakui kebohongannya. Sandara pikir, Jiyong sudah benar-benar mencintainya, karena itu ia memberanikan diri mengakui kebohongannya. "Sudah lama aku ingin mengatakannya padamu, tapi aku takut kau akan meninggalkanku. Tapi sekarang, aku akan mengatakannya. Aku tahu kau tidak akan meninggalkanku karena kau mau datang kesini bahkan sudi makan malam bersama teman-temanku," ucap Sandara, masih sembari memegangi tangan Jiyong dengan senyum cantik di wajahnya. "Sebenarnya aku bekerja di kasino, aku dekat dengan seorang pria dan kekasih pria itu menuntutku," ungkap Sandara, yang pada akhirnya membuat Jiyong merasa baru saja di tipu.
Sandara yang selama ini berhubungan dengannya, yang selama ini dekat dengannya mengaku sebagai seorang wanita yang menjual pakaian. Gadis itu mengaku kalau ia punya sebuah toko di tengah ibu kota dan menjual pakaian disana. Rasanya Jiyong akan tetap bisa menerima gadis itu kalau ia bilang tokonya bangkrut, atau Sandara mengaku baru saja tertipu. Namun kenyataan kalau Sandara bekerja di kasino, sampai menjajakan tubuhnya pada pria-pria lapar kasih sayang, membuat Jiyong amat sangat kecewa. Jiyong meninggalkan Sandara malam itu, dengan sangat tegas Jiyong memutuskan hubungan mereka saat itu juga. Si angkuh Kwon Jiyong, menunjukan sisi terburuknya pada Sandara malam itu. "Aku tidak ingin berhubungan dengan pelacur," ucap Jiyong yang menutup hubungan mereka pada malam itu, sebelum kemudian ia meninggalkan Sandara sendirian disana.
Sayangnya, keesokan harinya, tepatnya pada pukul 8 malam, seorang rekan kerja menghubungi Jiyong dan memberitahu Jiyong kalau Sandara tewas di sungai. Pada saat itu, penyelidikan dilakukan dan berkat kesaksian dari tiga teman Sandara, Jiyong dijadikan salah satu tersangka.
"Kami makan malam bersama tapi wajah pria itu tidak terlihat terlalu senang," ucap Lee Chaerin dalam kesaksiannya.
"Dia terlihat seperti sedang marah," tambah Minzy dalam kesaksiannya. Sedang Park Bom memberitahu pihak penyidik kalau ia melihat Jiyong pergi lebih dulu, "mereka berpamitan untuk pergi berdua, Dara bilang mereka akan berjalan-jalan disekitar hotel, namun setelah satu jam, aku sedang melihat keluar jendela dan saat itu aku melihat Detektif Kwon bertengkar dengan Dara lalu pergi meninggalkan Dara," jelas Bom dalam kesaksiannya dan ucapan Bom inilah yang sukses menjadikan Jiyong tersangka utamanya.
Untungnya tidak ada bukti kalau Jiyong kembali lagi kesana setelah meninggalkan Sandara sendirian di tepi sungai. Untungnya, Jiyong kembali ke kantor polisi tepat setelah ia meninggalkan Sandara dan Jiyong punya alibi untuk membantah tuduhan yang diajukan terhadap dirinya– walau alibi itu baru diakui setelah ia hampir dipecat karenanya.
"Sebenarnya siapa yang membunuhmu?" tanya Jiyong, kepada foto Sandara yang ia tempel di dinding ruangannya. Ucapan Lisa tidak masuk akal bagi Jiyong, namun ucapan gadis itu memberi Jiyong sedikit cahaya dalam labirin rumit penyelidikan pribadinya. "Kalau benar titik di kakimu adalah tanda dari pembunuh berantai, semuanya akan jadi lebih mudah. Kau sudah menipuku mengenai pekerjaanmu dan sekarang kau akan menipuku lagi dengan kematianmu? Kau benar-benar penipu ulung,"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Zodiac
FanfictionHai, dapatkah kamu menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam setiap kasus ini? Apa kamu cukup pintar untuk menebak siapa aku? -Zodiac Ps. Terinspirasi dari kasus pembunuhan berantai di California "Zodiac Killer" dan pembunuh berantai lainnya.