20. How It's Done

776 179 12
                                    

***

Setelah hampir 90 menit Lisa berada di dalam rumah si Aries, gadis itu kembali ke mobil dan melihat Jiyong tengah menelpon. Saat Lisa datang, Jiyong sudah mematikan panggilannya, namun pria itu justru duduk di kursi pengemudi. Jiyong bilang, ia yang akan menyetir karena khawatir Lisa kelelahan setelah menyetir saat berangkat tadi. Mendapat perlakuan penuh perhatian dari Jiyong seperti itu, jantung Lisa berdegup, ia sedikit gugup namun juga senang– sebab semakin hari, Jiyong bersikap semakin baik terhadapnya. Perubahan Jiyong yang sedikit demi sedikit itu membuat Lisa merasa diterima, sedikit demi sedikit.

"Mulailah laporanmu," suruh Jiyong, sembari mengemudikan mobilnya menjauhi rumah Byun Aurora dan neneknya.

"Ku pikir dia di perkosa, tapi ternyata tidak," ucap Lisa memulai laporannya. "Sulit untuk menanyainya karena zodiak adalah pengalaman yang mengerikan baginya. Korban bilang pelakunya pria, ada seorang pria yang datang menemuinya di supermarket, dia tidak ingat bagaimana kelanjutannya tapi saat ia membuka matanya ia sudah terikat di kursi rumahnya dan zodiak memukulinya,"

"Dia ingat seperti apa zodiak itu?"

"Tidak, dia hanya tahu kalau zodiak itu pria dengan tinggi sekitar 170 sentimeter. Korban bilang rambut orang itu panjang, ia sempat salah sangka. Ia mengira orang yang memukilinya seorang wanita tapi dia yakin kalau suara orang itu suara pria. Dia bilang pria itu menyebutnya jalang berisik, pria itu menyuruhnya diam sembari memukulinya. Ia kemudian mentato kaki Aurora dengan rasi bintang yang sudah ia siapkan, tanpa bius, dengan kesadaran penuh dan pasti benar-benar menyakitkan. Aku bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya. Di pukuli kemudian di tato, ku dengar beberapa tulangnya patah karena pukulan-pukulan itu, belum lagi rasa mual karena di paksa memakan daging-daging busuk itu-"

"Busuk?"

"Ya, korban bilang sup daging yang ia makan di video itu sudah sebagian basi, rasanya asam dan benar-benar mengerikan," jawab Lisa sembari menganggukan kepalanya, namun tidak terlihat mual sama sekali. Tidak semua orang mual hanya karena mendengar hal-hal menjijikan seperti itu– pikir Jiyong, mencoba memaklumi.

"Apa ada keterangan itu di berkas kasusnya?"

"Tidak ada, korban tidak melaporkan apapun. Tidak pernah ada penyelidikan apapun. Ia menghilang dan tidak ada yang mencarinya," jawab Lisa, dan sekali lagi Jiyong menganggukan kepalanya.

Mereka membicarakan kasus Byun Aurora itu hampir selama satu jam perjalanan, sampai pada titik tertentu, Jiyong mengajukan sebuah pertanyaan sulit untuk Lisa. "Apa kau senang orangtuamu menikah lagi?"

"Ya? Kenapa sunbaenim menanyakan itu?"

"Hanya penasaran kenapa kau berusaha sangat keras untuk mencari pembunuh saudara tirimu, kau pasti sangat menyayanginya," tutur Jiyong, sengaja mengurangi kecepatan mobilnya untuk memulai pembicaraan yang lebih serius. "Kau tidak menyukainya?" tambah Jiyong, karena Lisa hanya menundukan kepalanya, seolah ia enggan menjawab pertanyaan Jiyong.

"Tidak begitu, dia temanku, tentu aku menyukainya. Hanya saja... Kami terlalu berbeda? Ayah kandungku seorang pebisnis, setelah ia meninggal ibuku yang melanjutkan bisnis itu, tidak besar tapi memalukan. Mereka mengelola sebuah bar. Alkohol, pria-pria hidung belang yang mabuk, gadis-gadis seksi, para perayu, stoking jaring- pokoknya bukan kehidupan yang baik. Lalu kemudian ibuku bilang dia akan menikah dengan salah satu pelanggannya. Wanita itu bilang dia akan menikah dengan seorang guru beranak satu. Menurutmu guru seperti apa yang akan menikah dengan wanita bar? Guru itu pasti sudah gila, begitu pendapatku saat itu. Tapi ternyata guru itu adalah ayah Rose dan ia adalah guru olahraga di sekolahku. Setelah pernikahan itu kurasa semuanya membaik, hidupku, hidup ibuku, walaupun rasanya sangat canggung, tapi kurasa keluarga baru kami baik-baik saja. Ibuku menjual barnya, menjual rumah lama kami, membeli sebuah rumah baru untukku-"

"Kau tidak tinggal bersama keluarga barumu?"

"Tidak," jawab Lisa sembari memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Tadi sunbaenim bertanya kenapa aku berusaha keras mencari zodiak, kenapa aku melakukannya? Kurasa itu karena aku merasa bersalah. Tuan Park tidak begitu menyukaiku, dia membesarkan putrinya dengan sangat baik, dia tidak suka aku– anak yang tumbuh di bar– dekat dengan putrinya. Dia mengirimku kuliah ke luar kota, agar aku tidak berada di dekat putrinya. Rose merasa bersalah karena itu, karena ayahnya membuatku merasa diasingkan. Lalu di hari kelulusanku, dia datang bersama ibuku ke acara wisudaku, jadi aku mengajaknya berlibur bersamaku ke Pocheon. Aku bilang padanya kalau aku akan pergi berkemah dengan tiga orang pria dan dia tidak keberatan dengan itu. Tapi saat itu, salah seorang temanku justru tewas, jadi kami menunda acara liburannya,"

"Kim Jongin?" tanya Jiyong dan Lisa langsung menoleh ke arahnya, ia tatap Jiyong dengan tatapan curiga sampai Jiyong kembali berucap– "dia capricorn, pembunuhan pertama zodiak," tambah Jiyong.

Lisa meminta Jiyong menepikan mobilnya dan begitu Jiyong menuruti permintaannya, gadis itu keluar dari mobil. Lisa berdiri di tepi jalan, sedikit membungkuk, berusaha memuntahkan isi perutnya namun usahanya sia-sia, tidak ada apapun yang keluar selain ludahnya sendiri. Jiyong ikut keluar, ia hampiri Lisa kemudian menepuk-nepuk bahu gadis itu.

"Dimana kau saat kekasihmu tewas?" ucap Jiyong, tanpa berbasa-basi, bahkan tidak menunggu Lisa merasa lebih baik.

"Sunbaenim, kau mencurigaiku sekarang?" balas Lisa, tentu terkejut dengan ucapan Jiyong. Seharusnya Jiyong meminta maaf karena telah mengungkit hal yang sangat ingin Lisa lupakan. Seharusnya Jiyong meminta maaf karena telah mengungkit hal yang melukai lawan bicaranya, atau setidaknya Jiyong harus menunjukan sedikit empatinya dengan mencoba menenangkan Lisa– tapi apa ini? Jiyong justru mengintrogasi Lisa.

"Bagaimana mungkin tidak? Sehari sebelum kematian Kim Jongin semua orang melihatnya bertengkar dengan kekasihnya, kau,"

"Apa karena aku bertengkar dengannya lalu aku boleh membunuhnya? Kenapa kau menganggapku serendah itu?!" bentak Lisa, tidak lagi peduli dengan sosok dan pengaruh pria di hadapannya.

Bagi Lisa, semua ucapan Jiyong terdengar seperti suara ledakan peluru yang berulangkali menembus jantungnya. Di mulai dengan kisah orangtuanya yang jadi ledakan pertama sampai tuduhan kalau Lisa adalah Zodiak membuat jantung Lisa rasanya akan meledak– saking sesaknya.

"Kau bertengkar dengan Jongin karena dia bilang dia menyukai saudarimu, Rose, bukan begitu? Apa Jongin memberitahumu kalau mereka sudah pernah bertemu sebelumnya? Mereka pernah pergi berdua sebelumnya, bukankah Jongin mengatakan itu? Kemana mereka pergi? Motel? Kenapa Rose yang di pisahkan jauh darimu tiba-tiba datang ke acara wisudamu? Kau tidak penasaran? Benarkah dia datang untukmu? Atau untuk kekasihnya? Yang sialnya juga kekasihmu?" desak Jiyong menggetarkan garis-garis peredaran darah yang mengalir di tubuh Lisa.

"Tidak! Aku tidak mungkin membunuh seseorang hanya karena masalah itu!"

"Dimalam kelulusan yang seharusnya kau gunakan untuk menyiapkan peralatan kemahmu, kau justru bertemu dengan Jongin, bertengkar di depan gedung kegiatan mahasiswa, di tonton belasan aktivis kampusmu. Kau pasti malu, menjadi bahan tontonan, karena itu kau mengajaknya pergi ke atap dan mendorongnya-"

"Tidak! Aku tidak melakukan itu!"

"Seseorang bisa saja melakukan kesalahan, seseorang bisa saja gegabah. Berpura-pura menjadi orang paling ingin zodiak ditemukan tidak akan membuatmu bisa mengendalikan penyelidikan. Apa benar zodiak itu pria? Rambut tergelung dengan topi juga bisa membuatmu jadi pria... beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi disana, akui kesalahanmu atau-"

"Aku tidak membunuh Jongin! Aku tidak mendorongnya dari atap!" jerit Lisa sekali lagi, kali ini dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Mendengar teriakan Lisa, Jiyong sempat terdiam. Seseorang bisa saja melakukan kesalahan dan tidak menyadarinya, Lisa bisa saja melakukan kesalahan dan tidak menyadarinya– pikir Jiyong. Namun apapun yang ia pikirkan, Lisa tetaplah anak buahnya, jadi Jiyong ulurkan tangannya, ia usap bahu Lisa kemudian berucap– "akui kesalahanmu sekarang, serahkan dirimu, atau buktikan kalau kau tidak bersalah," tutur lembut Ketua Tim Kwon sembari mengusap-usap bahu gadis yang menangis itu.

***

ZodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang