***
Lisa mengemudikan mobilnya menjauhi pusat kota, sedang Jiyong yang duduk di sebelahnya masih sibuk dengan handphonenya, mungkin mengabari keluarganya atau sekedar memberi laporan pada Kepala Kang. "Seberapa jauh perjalanannya?" tanya Jiyong, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphonenya.
"Sekitar 3 jam, dari informasi yang ku dapat, ia tinggal di pinggir kota, bersama saudara tiri neneknya. Tidak ada yang tahu kalau neneknya punya seorang saudara tiri, jadi keberadaannya sulit di temukan,"
"Bagaimana kau bisa menemukannya? Tanpa perintah dariku? Tanpa memberitahu dan meminta izinku?" tanya Jiyong, membuat Lisa merasa bersalah namun nada bicara pria itu sama sekali tidak menunjukkan intonasi marah. Jiyong terdengar begitu tenang bahkan cenderung tidak peduli.
"Uhm... Aku rasa ada sesuatu dibalik kasus hilangnya Byun Aurora itu. Dia tidak punya keluarga jadi tidak ada yang mencarinya, jadi aku-"
"Meminta bantuan pamanmu? Kepala Kang?" potong Jiyong dan Lisa mengigit bibirnya disusul anggukan kecil untuk mengiyakan pertanyaan Jiyong tersebut.
"Maaf, aku hanya ingin memastikan kalau Byun Aurora bukan salah satu dari korban zodiak. Aku tidak akan mengulanginya lagi, maaf karena tidak memberitahumu sebelumnya ketua tim Kwon," sesal Lisa namun Jiyong hanya menganggukan kepalanya, menunjukan kalau ia mengerti dan memahami alasan Lisa. "Ketua- sunbaenim tidak marah? Hanya karena aku keponakan Kepala Kang, bukan berarti sunbaenim tidak bisa memarahi-"
"Aku akan menunda surat peringatan untukmu sampai kita kembali sehabis menemui Byun Aurora," potong Jiyong, menyadarkan Lisa kalau Jiyong hanya menunda hukumannya– bukan memperlakukannya secara spesial. "Walaupun kau keponakan Kepala Kang, orang-orang tetap akan bergunjing kalau kau tidak mengikuti hirarki disini. Tidak pernah ada kasus anggota tim dipecat karena timnya gagal, tapi pemecatan ketua tim karena timnya gagal selalu terjadi,"
"Maaf seharusnya aku memikirkan itu sebelum membuat keputusan. Aku seharusnya bertanya padamu lebih dulu sunbaenim, maaf. Kau dan keluargamu pasti akan-"
"Aku tidak punya keluarga," potong Jiyong yang akhirnya mengangkat kepalanya dan melihat kearah gadis yang tengah mengemudi di sebelahnya. "Kau dan Rose benar-benar bersaudara? Kau terlihat seperti anak tunggal di mataku. Sedikit kasar dan mengatakan semua yang ingin kau katakan tanpa memikirkan perasaan orang lain,"
"Ibuku– adik Ketua Kang– menikah dengan ayah Rose, karena itu kami bersaudara, saudara tiri dan itu hanya berlangsung selama beberapa tahun– sebelum Rose meninggal. Sebelumnya kami hanya berteman,"
"Ah... Kau benar-benar anak tunggal, lalu bagaimana keadaan keluargamu sekarang?"
"Ibuku bercerai dengan ayah Rose, ayah Rose kecewa karena aku yang selamat, bukan putrinya,"
Jiyong tidak berkomentar, ia tidak tahu bagaimana caranya menghibur Lisa karena itu ia hanya diam di kursinya, menatap keluar seolah tengah menikmati pemandangan disana. Namun Lisa tidak bisa menutup mulutnya sekarang, karena itu ia kembali berucap, "tapi aku tidak menyalahkannya, siapapun akan marah kalau mengetahui bagaimana putrinya tewas. Aku baik-baik saja, aku hanya ingin pelaku yang membunuh Rose bisa di hukum,"
"Hm... Kita akan mendapatkannya dan membuatnya di hukum," jawab Jiyong.
Obrolan diantara mereka tidak berlangsung cukup lama, karena di tengah perjalanan Jiyong memilih untuk tidur barang beberapa menit. Lisa mengemudi dan Jiyong terlelap sampai akhirnya di sore hari yang cerah mereka tiba di sebuah rumah tua yang terlihat kumuh. Rumput-rumput di pekarangan rumah itu sudah mulai meninggi, namun wanita tua yang tinggal disana tentu tidak punya banyak tenaga untuk memikirkan rerumputan itu. Lisa mengetuk pintu gerbang yang berbahan lembaran besi tua tipis di depan rumah itu, sedang Jiyong mengucapkan salam– mencari keluarga Byun si pemilik rumah.
"Oh dia datang," ucap Jiyong disaat ia melihat seorang wanita yang belum setua nenek-nenek paruh baya datang menghampiri mereka.
"Nona Byun- whoa!" niatan Lisa untuk menyapa si pemilik rumah yang ia yakini sebagai Byun Aurora baru saja menguap karena wanita yang membukakan pintu untuk mereka tiba-tiba saja melempar semangkuk air serta segenggam garam ke wajah Jiyong.
"Pergi dari sini setan jahat!" teriak wanita itu, yang tidak hanya mengejutkan Jiyong tapi harus membuat Jiyong melangkah mundur karena sebuah kayu penumbuk di arahkan padanya.
Byun Aurora terlihat marah, tangannya gemetar ketika ia berusaha memukul Jiyong dan mengusir pergi pria itu, sedang melihat Lisa yang kesulitan menahan wanita itu membuat Jiyong memutuskan untuk berjalan menjauh– menghilang dari pandangan wanita itu. Jiyong menjauh, masuk ke dalam mobilnya, sedang seorang wanita paruh baya berlari mendekati mereka, menenangkan cucunya dan membawanya masuk. Lisa ikut membantu nenek tua itu, ikut masuk kedalam rumah itu dan berada disana selama beberapa menit sampai kemudian ia kembali ke mobil.
"Byun Aurora mengalami trauma berat kepada pria, ada beberapa titik di kakinya, sepertinya tato, tapi aku akan memastikannya lebih dulu. Sunbaenim tunggu saja disini, aku akan merekam pembicaraan kami dan melaporkannya padamu," tutur Lisa begitu ia kembali ke mobil untuk memberitahu Jiyong bagaimana rencananya. Lisa tidak ingin melakukan kesalahan yang sama– mengabaikan jabatan kerja mereka dan membuat keputusan tanpa mendengar pendapat ketua timnya.
"Ya, bicaralah padanya, tidak perlu terburu-buru, aku akan menunggumu disini," jawab Jiyong, menyetujui rencana yang Lisa buat. Kalau saksi hidup yang mereka cari memang takut padanya, Jiyong tidak punya pilihan lain selain membiarkan Lisa yang bicara padanya. "Pastikan kau mendapatkan informasi mengenai zodiak dan identitasnya," pesan Jiyong sebelum Lisa benar-benar kembali ke dalam rumah Byun Aurora bersama neneknya itu.
Baru sekitar tiga puluh menit Jiyong menunggu di dalam mobil dinasnya, pria itu menunggu dengan tenang sembari memejamkan matanya. Menunggu benar-benar membosankan, namun untungnya Seunghyun menelpon dan menghapus seluruh rasa bosan itu.
"Aku menemukan capricorn," ucap Seunghyun begitu Jiyong menjawab panggilannya. Sebuah informasi sepenting ini tentu sebanding dengan rasa kantuk yang baru saja pergi. "Tapi aku tidak bisa memberitahumu sekarang, aku akan memberitahumu begitu kita berdua bertemu,"
"Kenapa? Ini kabar baik atau kabar buruk?"
"Bagaimana bisa kematian seseorang menjadi kabar baik? Aku tidak bisa memberitahu Lisa tentang capricorn,"
"Tidak ada Lisa disini, dia sedang bicara pada Byun Aurora, wanita itu punya tato aries di kakinya,"
"Capricorn adalah Kim Jongin, tewas pada 14 Januari, jatuh dari ketinggian dan kurasa ini benar-benar pembunuhan pertama zodiak. Tidak ada tanda-tanda pembunuhan, ia jatuh dari atap, di duga bunuh diri tapi ada zodiak capricorn di kakinya, seperti korban lainnya,"
"Dengan tato?"
"Bukan, hanya spidol permanen, karena itu aku menyebutnya sebagai pembunuhan pertama zodiak,"
"Lalu kenapa kau tidak bisa memberitahu Lisa?"
"Kim Jongin dan Rose berkencan-" ucap Seunghyun, sengaja menggantung ucapannya. "Dibelakang Lisa. Lisa berkencan dengan Kim Jongin, tapi Jongin berselingkuh dengan Rose, saudara tiri Lisa-"
"Darimana kau dapat informasi ini? Ini bisa di percaya?"
"Sepupu Rose, Park Chanyeol. Pria itu juga berteman dengan Kim Jongin, ia juga mengenal Lisa dan sekarang ia bekerja sebagai polisi lalu lintas daerah Pocheon," jelas Seunghyun. "Park Chanyeol juga mengatakan sebuah hal yang mengangguku,"
"Apa?"
"Dia bilang Lisa berubah setelah ibunya menikah dengan ayah Rose. Semua orang di kampus tahu Rose menyukai Jongin, tapi beberapa hari setelah ibunya menikah lagi, Lisa berkencan dengan Jongin, seolah ia ingin melukai ayah Rose dengan menyakiti putrinya,"
"Hubungannya dengan ayah Rose tidak baik?"
"Kurasa sangat buruk. Keduanya berselisih karena Lisa tidak menyetujui pernikahan orangtuanya,"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Zodiac
FanfictionHai, dapatkah kamu menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam setiap kasus ini? Apa kamu cukup pintar untuk menebak siapa aku? -Zodiac Ps. Terinspirasi dari kasus pembunuhan berantai di California "Zodiac Killer" dan pembunuh berantai lainnya.