22. Metamorphosis

811 159 2
                                    

***

Jiyong melakukan penyelidikan lain dengan Yongbae, karena sedari awal Jiyong mencurigai Lisa. Malam itu, Jiyong menemui Yongbae secara pribadi. Pria itu datang ke rumah Detektif Dong kemudian menunjukan apa yang ia temukan– tiga tahun lalu Lisa pernah menelpon Detektif Yang Hyunsuk. "Kau mencurigai anak baru?" tanya Yongbae setelah melihat apa yang Jiyong tunjukan. "Dia memang menelpon Detektif Yang, tapi Detektif Yang tidak menjawabnya,"

"Ya, tapi aku tetap curiga. Lalisa, tahu banyak mengenai kasus ini. Dia datang padaku dan bilang kalau kasus ini adalah kasus pembunuhan berantai. Dia bahkan tidak bisa memecahkan kasus Bobby sendirian, bagaimana bisa dia menyebut kasus ini sebagai kasus pembunuhan berantai? Kalau bukan dia pelakunya,"

"Tapi kau tidak punya bukti apapun selain dugaanmu. Dia bilang dia sudah menyelidiki kasus ini selama dua tahun, dia cerdas– walaupun menjadi ahli tetap butuh waktu– jadi mungkin saja kalau hasil penyelidikannya bagus,"

"Tapi apa yang diketahuinya terlalu banyak," ucap Jiyong sembari memijit pelipisnya sendiri. "Kalau dia bukan seorang penggiat astronomi, bagaimana dia bisa tahu kalau titik-titik di kaki korban itu adalah rasi bintang? Kecuali dia memang pembunuhnya."

"Apa maksudmu? Kalau dia bukan penggiat astronomi, bagaimana bisa dia menggambar rasi bintang itu di kaki korban?" balas Yongbae sebelum kemudian Jiyong memutuskan untuk menyelidiki Lisa tanpa sepengetahuan gadis itu. "Bagaimana kau akan menyelidikinya? Kita bertemu setiap hari untuk membahas kasus ini."

"Bukan aku, tapi kau," ucap Jiyong sembari menatap pria yang ada di sebelahnya sekarang. Jiyong mengedarkan pandangannya kemudian menatap ke arah pintu kamar Yongbae dan istrinya, berharap tidak akan ada wanita yang keluar dari sana dan mendengar obrolan mereka. "Aku akan mengeluarkanmu dari tim. Toh kau akan mengundurkan diri karena kau dan istrimu akan pindah ke luar kota-"

"Ya! Apa sekarang kau akan memecatku karena aku akan mengundurkan diri?! Kau keterlaluan!"

"Ya! Kenapa kau berteriak?! Istrimu akan mendengarmu!" balas Jiyong, sedikit khawatir dianggap sebagai ketua tim jahat oleh wanita di dalam kamar Yongbae. "Akan ku carikan posisi di kantor polisi daerah untukmu. Akan ku carikan posisi yang cocok untukmu, agar kau bisa bekerja sembari menjaga orangtuamu. Tapi sebelum itu, bantu aku menyelidiki Lisa dan orang-orang disekitarnya, termasuk orangtua dan dua saksi yang ada di lokasi pembunuhan Rose,"

Itulah yang terjadi sebelum Jiyong marah dan menyingkirkan Yongbae beberapa hari lalu, dan sekarang setelah Jiyong menerima laporan dari Yongbae, ia tatap Lisa dengan tatapan menyelidiknya. "Dimana tuan Ten sekarang?" tanya Jiyong.

"Sekarang kau mencurigai teman-temanku? Sunbaenim, ada apa denganmu? Aku dan teman-temanku adalah saksi dalam kejadian itu!"

Lisa bersikeras, kalau Ten– temannya– tidak mungkin membunuh Rose. Menurut Lisa– yang sudah mengenal Ten sejak mereka masih sama-sama di bangku kuliah– Ten tidak akan mampu membunuh orang lain. Tapi bagi Jiyong– pria yang sudah sangat sering melihat saksi bermetamorfosis menjadi tersangka– Ten sangat cocok menjadi pelaku dari seluruh kejahatan ini. "Ten bahkan tidak bisa membunuh seekor serangga, dia tidak mungkin membunuh orang-orang seperti ini!" ujar Lisa, bersikeras.

"Seseorang mungkin takut pada serangga, tapi itu bukan alasan seseorang tidak bisa membunuh," balas Jiyong, terdengar begitu tenang karena ia memahami bagaimana perasaan gadis itu. Dicurigai sebagai pembunuh, kemudian mengetahui kalau orang yang ada di sekitar mereka bisa jadi seorang pembunuh tidaklah mudah. Mengetahui kalau selama ini ia menghabiskan waktu bersama seseorang yang telah membunuh orang lain, tentu bukan perasaan yang menyenangkan. Orang-orang yang selama hidupnya berharap agar dapat bertemu dengan pembunuh, penjahat bahkan hantu, tidak akan memahami bagaimana perasaan Lisa saat ini. Bagaimana kalau sahabatnya selama ini adalah seorang pembunuh? Membayangkannya saja sudah membuat Lisa merasa sangat ngeri. "Dimana Ten sekarang?"

"Tidak mungkin-"

"Coba kau pikirkan pelan-pelan. Saat Jongin tewas, dimana Ten berada?"

"Gedung kegiatan mahasiswa,"

"Untuk apa seorang wisudawan luar negri pergi ke gedung kegiatan mahasiswa di malam seharusnya ia menemani keluarganya?"

"Keluarganya tidak datang ke acara wisudanya, hanya orangtua Bambam yang datang, saat itu orangtua Ten disini, tapi mereka terlalu sibuk dengan perusahaan jadi mereka tidak datang,"

"Lalu apa yang dia lakukan di gedung kegiatan mahasiswa itu? Ikut menonton pertengkaranmu dengan Jongin?" tanya Jiyong dan Lisa hanya terdiam, gadis itu tengah mengingat-ingat apa yang terjadi pada hari kematian Jongin. "Baik, kita lewati yang ini. Dimana Ten saat Rose tewas?"

"Dia ada disana, terluka saat Rose tenggelam-"

"Kau yakin? Bagaimana kalau dia membunuh Rose, hendak menenggelamkannya namun kau justru muncul dan dia tidak punya pilihan untuk memukulmu? Kepalamu hanya di pukul dengan kayu, seberapa lama kau akan pingsan? Mungkin sekitar 15 menit, mungkinkah waktu untuk membunuh dan menenggelamkan seorang gadis hanya 15 menit? Tapi saat kau bangun dari pingsanmu, Rose sudah tenggelam,"

"Tapi Ten terluka, dia berkelahi dengan pelakunya lalu terluka,"

"Kau melihatnya? Kalau Ten memang berkelahi dengan pelakunya, dan dia melihat pelakunya, mungkinkah pembunuh itu akan membiarkan Ten hidup? Dia pasti akan membunuhnya,"

"Tapi Ten pergi ke Thailand setelah ia sembuh. Aku mengantarnya ke bandara! Sungguh! Aku mengantar Ten dan Bambam ke bandara tepat setelah kasus Rose di tutup dan mereka di izinkan meninggalkan rumah sakit!"

"Tidak ada catatan Ten meninggalkan negeri ini. Ada catatan kepergian Bambam di kantor imigrasi, tapi tidak ada catatan untuk Ten. Kau masih menghubunginya, kalau kau tidak memberitahuku dimana dia berada, kau akan dianggap sebagai kaki tangannya,"

Lisa tidak bisa mempercayai Jiyong, karena itu ia menelpon Bambam– saat itu juga. Lisa bertanya pada Bambam dimana Ten sekarang, namun Bambam hanya memberinya sebuah jawaban semu– "mungkin di Pattaya, atau di pantai lainnya bersama gadis-gadisnya, ada apa?" jawab Bambam, sama sekali tidak membuat Lisa merasa lebih tenang.

"Kapan terakhir kali kau menemuinya?"

"Uhm... Sudah lama, mungkin dua tahun lalu? Tapi kemarin dia mengirimiku pesan kalau dia sedang berada di Pattaya," jawab Bambam tanpa menaruh kecurigaan apapun.

"Setelah kasus Rose ditutup waktu itu, kau pulang bersama Ten, kalian naik pesawat yang sama, bukan begitu?"

"Ah waktu itu? Tidak, sampai ke ruang check in, Ten kembali ke kantor polisi dan aku pulang lebih dulu. Dia bilang dia mengingat sesuatu dan pergi ke kantor polisi, lalu beberapa hari kemudian dia bilang kalau dia sudah ada di Thailand,"

"Kalian bertemu?"

"Tidak, saat itu aku sibuk, aku mulai bekerja di perusahaan ayahku– tunggu, kalau ku pikir-pikir, setelah dia meninggalkanku saat check in waktu itu, kami tidak pernah bertemu lagi," jawab Bambam membuat Lisa segera berterimakasih kemudian mematikan panggilan itu secara sepihak.

"Aku dan Bambam tidak pernah bertemu dengan Ten lagi setelah kasus Rose di tutup," gumam Lisa yang sedikit demi sedikit mulai mempercayai ucapan Jiyong. Namun jauh di hati kecilnya, Lisa amat kebingungan– bagaimana kalau Ten benar-benar pelakunya? Ia selalu membicarakan kasus ini dengan Ten, ia selalu menghubungi Ten, ia beritahu Ten seluruh kemajuan penyelidikannya. Apa yang akan terjadi padanya kalau Ten benar-benar pelakunya? Apa yang harus ia lakukan? Pada siapa ia harus berpihak? Ratusan kekhawatiran sekarang menghujani bagian dalam kepala Lisa. Kilatan-kilatan petir di dalam kepalanya membuat kepalanya terasa seolah akan meledak.

***

ZodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang