6. Sweet Lies

1.1K 212 2
                                    

***

"Mengenai kasus-"

"Langsung saja. Siapa pelakunya?" potong Jiyong, enggan berlama-lama mendengarkan basa-basi Lisa. Saat itu tim lima divisi kejahatan dan kekerasan tengah mengadakan meeting pertama mereka– terkait kasus pembunuhan taun Kim.

"Awalnya aku pikir ini kasus perampokan karena keadaan rumah yang sangat berantakan saat kita tiba disana, tapi tidak ada satupun barang berharga yang hilang, tidak ada juga tanda-tanda perampokan seperti pintu rusak atau jendela rusak. Selain itu lantai dua rumah mereka juga bersih, tidak ada tanda-tanda perusakan disana. Semua kejadian terjadi di lantai satu," ucap Lisa menjelaskan apa yang ia dapatkan. "Lalu ku pikir pelakunya adalah nyonya Kim, kesaksiannya terdengar sangat masuk akal. Ibu mana yang bisa diam saja melihat anaknya dipukuli. Tapi nyonya Kim dan putranya memberi kesaksian yang berbeda, kemudian setelah mendengar pendapat Yongbae sunbaenim, kurasa salah satu dari mereka berbohong, jadi aku mengecek tempat kejadian sekali lagi dan dari pemeriksaan kedua, kurasa Kim Bobby lah pelakunya,"

"Kau rasa? Apa kau Tuhan? Kenapa memakai perasaanmu?" sinis Jiyong yang tanpa pria itu sadari telah membuat Lisa gemetar hebat di tempatnya berdiri. Lisa berdiri di depan sebuah meja persegi panjang, sedang kelima detektif senior duduk di depannya, mengelilingi meja tersebut. Dengan gugup gadis itu memegangi tangannya sendiri, meremas tangannya sendiri demi menyembunyikan rasa gugupnya. Ini kali pertama ia memutuskan nasib seseorang dan ia benar-benar gugup karenanya. "Siapa pelakunya? Apa yang terjadi disana? Bukan berdasarkan perasaanmu, tapi berdasarkan bukti yang ada," ulang Jiyong, terus mendesak Lisa si gadis gugup.

"Apa yang kau lihat di lokasi kejadian sampai kau tahu kalau Kim Bobby pelakunya, ini berhubungan dengan darah yang kita bicarakan kemarin," ucap Seunghyun, mencoba membantu Lisa menjawab pertanyaan Jiyong. Empat detektif lain tahu kalau Jiyong hanya sedang mengetes Lisa. Semua orang disana– kecuali Lisa– tahu kalau Jiyong sudah menunjuk Bobby sebagai pelaku sedari awal.

"Uhm... Darah? Ah... Dari hasil autopsi, Tuan Kim di pukul dari belakang? Uhm... Itu- itu diketahui dari darah yang mengenai dinding. Lalu- lalu di lemari kecil dekat tubuh Tuan Kim ada noda darah nyonya Kim, tim forensik bilang nyonya Kim mungkin duduk disana, seperti ini," ucap Lisa yang lantas buru-buru duduk di lantai, mencontohkan kejadian yang di perkirakan tim forensik. "Dia duduk disini, meraih lemari kecil disebelahnya karena Tuan Kim mungkin ingin menyakitinya. Lalu dari belakang, Kim Bobby mendekat dan memukul kepala tuan Kim. Uhm... Bukti kalau Kim Bobby mendekat bisa dilihat dari tetesan darah yang ada di lantai. Kim Bobby berdiri, menginjak genangan darahnya sendiri lalu berjalan mendekati tuan Kim, hal ini- hal ini di buktikan oleh bekas darah yang bentuknya seperti telapak kaki ini," jelas Lisa, dengan sangat cepat seolah ia bicara dalam satu tarikan nafas. Rasa gugup yang terpancar dari aura gadis itu, membuat Seungri serta Daesung tidak kuasa menahan kekehannya.

"Kalau begitu kenapa nyonya Kim berbohong?"

"Karena dia mencintai-"

"Apa kau nyonya Kim? Kenapa kau yang menjawabnya? Tanyakan itu pada nyonya Kim," potong Jiyong yang langsung Lisa iyakan tanpa banyak bertanya lagi.

"Katakan pada mereka, kalau Bobby mengakui kesalahannya, dia bisa mendapatkan keringanan. Kalau mereka berdua mau bekerja sama dengan kita, kita bisa menganggapnya upaya membela diri," ucap Seungri, sekedar memberi petunjuk tentang bagaimana Lisa harus mengajukan pertanyaan dan menulis laporannya nanti.

"Kenapa itu dianggap upaya membela diri?" tanya Jiyong, pria itu memutar kursinya untuk menatap Seungri yang duduk di sebelahnya, namun Seungri hanya menaikan alisnya. Seungri tidak menyangka ia akan di tes juga.

"Karena itu memang upaya membela diri?"

"Heish... Bisa-bisanya kau mengatakan itu di depan anak baru," cibir Jiyong yang lantas bangkit dari duduknya. "Pergi kerumah sakit bersama Lisa, cari tahu kenapa itu disebut upaya membela diri, jangan mempermalukan mentormu," omel Jiyong yang lantas menepuk bahu Lisa, memuji usaha Lisa melawan gugupnya dengan dua buah kata– kerja bagus.

"Ketua Tim Kwon, kau akan mengabulkan permintaanku kan?" tanya Lisa, tepat disaat Jiyong meraih gagang pintu ruang meeting dengan tangannya.

"Nanti, kalau kau sudah menyerahkan laporannya," jawab Jiyong sebelum kemudian ia benar-benar pergi dan meninggalkan Lisa bersama senior-senior yang sekarang ikut memuji hasil kerja gadis itu.

"Kenapa aku disalahkan? Bukankah aku benar? Ini memang upaya membela diri," ucap Seungri di tengah-tengah ucapan selamat dan pujian lain yang Lisa terima.

"Kau menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain. Dia tidak suka itu. Lagi pula bagaimana kau bisa bilang kasus ini memang kasus upaya membela diri, kan? kenapa tidak sekalian kau bilang karena hyung yang bilang begitu? Lalu Jiyong hyung akan memukul kepalamu," jawab Daesung– yang tanpa sadar memberitahu Lisa kalau Jiyong hanya mengerjainya. "Jadi selama ini kalian sudah tahu pelakunya? Kenapa tidak ada yang memberitahuku?" protes Lisa, berkat kata-kata yang Daesung lontarkan tadi.

"Karena kau bekerja disini dengan kekuasaan pamanmu, kau perlu belajar, bukan? Pergilah dengan Seungri ke rumah sakit dan buat laporannya agar kau bisa segera menagih hadiah yang Ketua Tim Kwon janjikan," asal Seunghyun yang tentu saja bergegas pergi dari ruang meeting sebelum Lisa melontarkan protes-protesnya yang lain. Lisa hanya menjadi seorang gadis manis di depan Jiyong yang tengah mengeluarkan aura kejinya.

"Minta dia mentraktir kita juga, kita belum mengadakan pesta selamat datang untukmu," tambah Yongbae yang lantas ikut keluar dari ruang meeting, mengekori Seunghyun. Daesung hendak melakukan hal yang sama– meninggalkan Lisa dan Seungri agar mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka– namun Seungri justru menahan Daesung. "Ya! Kemana kau akan pergi? Kau harus membantuku, aku sudah membantumu mencari teman kencan," tahan Seungri membuat Daesung memutar bola matanya– bisa-bisanya Seungri memakai alasan itu sekarang.

Singkat cerita, kini Lisa sudah berada di rumah sakit untuk menanyai Bobby dan ibunya sekali lagi. Gadis itu ingin menyebut agendanya saat itu sebagai introgasi, namun ia tidak bisa membawa Bobby ke ruang interogasi dengan alasan kesehatan bocah itu.

"Kenapa aku membunuhnya? Detektif Park, apa kau pernah berbaring diatas darahmu sendiri? Lantainya dingin, tapi darah itu terasa sangat hangat, hangat dan kental. Aku tidak bisa bergerak, sekujur tubuhku tidak lagi bertenaga. Aku menutup mataku, ku pikir aku sudah mati. Ah jadi begini akhir dari hidupku... Tapi eomma menangis. Rasanya benar-benar sakit, sampai aku ingin mati saat itu. Tapi tangisan eomma membuatku khawatir. Ini tidak boleh terjadi, kami tidak boleh mati karena pria itu," ucap Bobby, yang tentu melukai perasaan Lisa. Kasus ini membuat dada Lisa terasa begitu sesak, kenapa ada seorang ayah yang tega melukai putranya sampai separah ini? Lisa benar-benar tidak habis pikir.

"Sesali perbuatanmu, atau setidaknya berpura-puralah menyesal... Eommamu akan hancur kalau kau disalahkan atas kejahatan ini, akui kasus ini sebagai upaya membela diri, aku akan membantumu mencarikan pengacara publik," ucap Lisa, menutup obrolan semi introgasi itu. Gadis itu keluar lebih dulu, sedang Seungri dan Daesung masih berusaha meyakinkan nyonya Kim agar membiarkan putranya mengakui pembunuhan itu.

"Lisa-ya? Kau menangis?" tegur Seungri di lorong rumah sakit beberapa menit setelah Lisa keluar dari kamar tempat Bobby di rawat.

***

ZodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang