Tak Perlu

34.9K 2.2K 150
                                    

Untuk semua readers setia yang udah komen, mohon maaf ya kalau belom bisa balasin komen kalian satu persatu 😂😂😂😂

Story ini bentar lagi tamat 😂😂😂😂

Kalau ditanya kok Janu dkk langsung dipenjara alias kecepatan 😂😂😂 yah author tu gak dapat ide buat jelasin secara detail, jadi langsung aja deh ke i inti 😂😂

Semoga mendekati part-part ending, Story nya nggak mengecewakan 😂😂😂👍

***

PLAK!

Sebuah tamparan dengan cepat melayang dipipi Sarah. Gio langsung menatap ibu Janu dengan tajam.

"Dasar! Wanita murahan! Tukang fitnah!" teriak ibu Janu penuh kemarahan.

Bukannya marah karena ditampar, Sarah malah tersenyum sinis, berbisik ditelinga ibu Janu. "Saya tidak meminta anda untuk bunuh diri, tapi saya menyarankan anda untuk hati-hati, Mika, dia juga perempuan, mungkin saja apa yang pernah saya alami, akan terjadi pada Mika."

Sarah menjauhkan tubuhnya, menatap ibu Janu dengan senyuman penuh kemenangan. Sementara ibu Janu langsung terdiam.

Tanpa memperdulikan wajah pucat dari ibu Janu, Sarah menarik tangan Gio menuju pintu keluar.

Gio tersenyum senang.

"Kenapa?" tanya Sarah heran.

"Senang memiliki pasangan yang seimbang," ujar Gio menggenggam erat jemari Sarah.

Sarah merasa senang, senang sekali, sehingga pandangan matanya seolah perlahan mengabur.

"Kamu kenapa?" tanya Gio panik melihat tingkah istrinya.

"Aku..." belum selesai Sarah melanjutkan kalimatnya, Sarah sudah kehilangan kesadaran. Untung saja Gio langsung dengan cepat menahan tubuh lemas istrinya, sehingga Gio dengan cepat menggendong tubuh sang istri.

***

Dokter pribadi keluarga Gio, baru saja selesai memeriksa keadaan Gio. Dokter itu menghampiri Gio.

"Sudah berapa bulan?" tanya Gio langsung, membuat si dokter tersenyum geli.

"Kamu ini, bukan dokter maupun dukun atau peramal, tapi kenapa tebakkanmu begitu tepat?" tanya si dokter heran.

Gio tidak bisa menyembunyikan senyuman bahagianya. "Tentu saja aku tau, memangnya kenapa aku menyentuhnya kalau bukan karena menginginkan seorang pengikat untuk kami."

Dokter pribadi itu makin terkekeh. "Perhatikan dan rawat istrimu dengan baik, kehamilannya baru memasuki usia 4 minggu, masih rawan, pastikan kesehatan dan kejiwaannya terjaga."

Gio mengangguk mantap. "Pasti."

Si dokter pun pergi meninggalkan ruangan kamar itu.

Gio menghampiri ranjang, menundukkan tubuhnya, mengecup bibir Sarah dengan lembut.

"Aku mencintaimu," bisik Gio tulus.

Setelah itu, Gio berdiri tegak, membalikkan tubuhnya, melangkah menuju balkon kamar.

Sesampainya di balkon kamar, Gio meraih ponselnya, menelpon seseorang.
"Pastikan mereka dimasukkan ke dalam sel penjara khusus, tempat mereka tidak bisa berkutik dan hanya bisa membuat mereka memohon ampunan. Pastikan selama mereka di penjara, buat hidup mereka seperti di neraka, jangan biarkan mereka mati dengan mudah, biarkan mereka tetap hidup sampai dibebaskan. Pastikan saat mereka dibebaskan lagi, mereka tidak lagi bisa bangga dengan harta, jabatan dan rupa mereka, pastikan mereka hidup tanpa memiliki apapun lagi yang patut mereka banggakan, termasuk kesempurnaan tubuh mereka, entah itu penglihatan, pendengaran, suara, kaki atau tangan mereka, buat mereka kehilangan salah satu dari kesempurnaan itu, agar mereka merasakan yang namanya hidup tapi serasa mati," jelas Gio panjang lebar dengan aura yang begitu mengerikan.

Cinta 5 MiliyarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang