Tamat dalam Kebahagiaan

49K 2.2K 92
                                    

Ini part terakhirnya 👏👏👏👏👏

Sedih?

Jangan yaaa

Semangat untuk story baru

Tetap setia jadi readers setia author yang banyak kekurangan ini yaaaa 😍😍😘😘😘

***

1 bulan kemudian

Sarah berjalan perlahan dengan kondisi mata tertutup dan di tuntun oleh Gio menuju suatu tempat.

"Kamu tidak berniat memberikan hadiah mobil, makan malam romantis, atau sejenisnya kan?" tanya Sarah memastikan.

Jarang-jarang Gio bersikap romantis layaknya pangeran dari negeri dongeng. Romantisnya Gio hanya pada ucapan, kalau tindakannya selalu mesum.

"Lebih dari itu sayang, sabar saja, kamu pasti suka," ujar Gio masih menuntun Sarah menuju sebuah tempat sempit.

Sampainya di ruangan sempit itu. Gio menghentikan langkahnya, membuat langkah Sarah juga ikut berhenti.

"Kita sudah sampai? Kenapa suasananya terasa pengap seperti ini?" tanya Sarah yang merasa udara di sekitarnya tidak bersih.

"Sabar sayang," Gio membuka penutup mata Sarah dengan perlahan.

Sarah mengerjabkan mata berkali-kali untuk menyesuaikan penglihatannya dengan suasana di ruangan sempit itu.

Saat Sarah sudah melihat dengan jelas, tatapan Sarah langsung tertuju pada keempat sosok pria yang penampilannya sudah begitu menyedihkan.

Keempat pria itu duduk bersujud dihadapan Sarah.

"Sarah, maafkan aku, ampuni aku Sarah," ujar Janu yang sudah kehilangan tangan kanannya dan penglihatannya.

"Maafkan aku juga Sarah, aku mohon ampun!" ujar Rama yang kedua tangannya sudah tidak ada.

"Ampuni kami Sarah, ampuni kami," isak Kisan begitu memilukan. Kisan sudah kehilangan dua kakinya.

Sementara Dani yang kehilangan kaki kiri dan pendengarannya, hanya bisa menangis terisak, meratapi nasib malangnya.

Sarah tertegun, seberapa pun besar rasa benci dihati Sarah untuk keempat pria itu, tapi melihat kondisi keempat pria itu yang tidak berdaya dan menyedihkan, membuat ada sedikit rasa iba dihatinya.
Sarah tidak tega melihat penampilan keempat pria yang pernah menghancurkan hidupnya itu.

"Sebenarnya, sudah sejak lama aku ingin mengajak kamu ketempat ini, sayangnya kamu sedang hamil waktu itu, jadi aku baru bisa membawa mu untuk melihat mereka sekarang," ujar Gio sambil merangkul pinggang istrinya dengan begitu mesra.

Kedua bola mata Sarah berkaca-kaca, sekuat apapun Sarah, dirinya hanyalah seorang wanita yang terselip sedikit rasa iba dihatinya.

"Kamu masih bisa mengasihani mereka? Padahal mereka yang pernah membuat kamu nyaris ingin bunuh diri berkali-kali," ujar Gio tidak habis pikir.

Sarah mengangguk. "Aku memang benci mereka, tapi melihat mereka seperti ini, aku merasa kasian juga."

Gio menatap Sarah penuh cinta. "Itu karena kamu seorang manusia."

"Aku akan melepaskan mereka jika kamu yang meminta, jika kamu merasa siksaan mereka ini sudah cukup, aku akan membebaskan mereka, tapi jika bagi kamu penderitaan mereka masih kurang, aku dengan senang hati memberikan mereka hukuman yang jauh lebih memyakitkan dari pada ini," ujar Gio.

"Cukup," ujar Sarah cepat. "Aku sudah merasa puas melihat penderitaan mereka, jadi sudahi saja sampai disini."

Gio menatap Sarah dengan tatapan intens. "Kamu yakin, sayang?"

Sarah mengangguk yakin. "Ya, aku yakin, mulai sekarang aku ingin hidup berbahagia bersama kamu tanpa dibayang-bayangi masa lalu lagi."

Gio tersenyum lebar. "Oke!"

Gio menoleh ke arah Zafar. "Masukan saja mereka ke tahanan biasa, tugasmu sekarang sudah selesai."

Zafar mengangguk pelan. "Jika kamu memerlukan bantuanku lagi, aku tidak keberatan"

Gio terkekeh. "Tentu, jika aku memerlukan bantuan, orang pertama yang pasti aku hubungi itu kamu."

"Oh ya, jangan lupakan janjimu," ujar Zafar membuat Gio terkekeh.

"Tentu, aku pasti menepati janjiku, jika aku memiliki anak perempuan, aku pasti akan menjodohkannya denganmu," ujar Gio bercanda

Tapi tidak dengan Sarah, Sarah mengangakan mulutnya kaget. "Apa? Kamu sudah gila ya? Bagaimana kamu bisa punya pikiran untuk menjodohkan anak perempuab kita pada pria itu? Jika kita punya anak perempuan dan sudah remaja, pastinya pria itu sudah begitu tua, tidak cocok jika mereka bersanding sebagai sepasang kekasih!" protes Sarah tidak terima.

Gio terkekeh. "Aku hanya bercanda sayang, tidak mungkin aku menjanjikan hal seperti itu, meskipun Zafar teman baikku, aku juga tidak mau memiliki menantu seperti Zafar."

Zafar terkekeh. "Tenang saja nyonya Sarah, janji yang aku dan Gio lakukan tidak ada sangkut pautnya dengan rumah tangga kalian."

Gio terkekeh pelan. "Kamu bisa mendengar sendirikan sayang, sekarang, mari kita pulang."

Sarah menganguk patuh.

Sarah dan Gio pun membalikkan tubuh mereka, melangkah pergi meninggalkan tempat sempit itu.

Sarah dan Gio sudah berada di samping mobil Gio.

"Gio," panggil Sarah saat Gio hendak membuka pintu mobil untuk Sarah.

"Ya," jawab Gio

Sarah langsung memeluk Gio erat, membuat Gio tersenyum lebar.

"Kenapa kamu tiba-tiba memelukku sayang? Kamu tau kan sekarang kita sedang di area parkir gedung penjara,bukannya rumah," ujar Gio sambil membalas pelukan sang istri.

"Terima kasih," ujar Sarah yang merasa begitu beruntung memiliki suami seperti Gio.

"Aku mencintaimu," ujar Sarah mengungkapkan perasaan yang sering ia pendam selama ini.

Gio tersenyum makin lebar. "Aku tau."

Yah, Gio tau dengan jelas kalau mereka berdua saling mencintai. Itu sudah terlihat jelas.

"Hmmm aku senang-senang saja kita berpelukan seperti ini, tapi bagaimana kalau kita melanjutkan adegan berpelukan seperti ini dirumah, kita mulai berusaha untuk memberikan Hamza seorang adik," bisik Gio mesra.
Sarah langsung melepaskan pelukan, menatap Gio jengkel.

"Hamza usianya baru 1 bulan, Gio, kita tidak bisa memberi adik secepat ini!" protes Sarah tidak terima.

Gio terkekeh. "Ya, usia Hamza sudah 1 bulan, mengingatkan aku kalau aku sudah berpuasa selama 5 bulan, bagaimana kalau malam ini, Hamza kita titipkan pada ibu dan ayah, agar kita bisa bernostalgia berdua,"

Sarah mendengus pelan. "Dasar mesum."

Gio terkekeh. "Hanya padamu, istriku tercinta," ujar Gio penuh kasih sayang.
Gio meraih pinggang Sarah, memeluknya erat.

"Dengar, kamu sudah memberikan aku miliyaran kebahagian, karena itu aku juga akan memberikan kamu dan anak miliyaran kasih sayang, aku tidak bisa berjanji untuk tidak membuatmu menangis, tapi aku akan berjanji untuk selalu bersamamu, mendampingimu, dan mendukungmu," ujar Gio mantap, membuat Sarah makin terharu.

"Ck! Pria ini mulai membuat aku tergila-gila," ujar Sarah yang tidak bisa menutupi rasa bahagianya.

"Tapi aku sudah sejak lama tergila-gila pada wanita ini," ujar Gio membalas perkataan Sarah.

Keduanya tertawa pelan, saling menyalurkan perasaan mereka. Menikmati indahnya momen kebersamaan dengan miliyaran rasa cinta dan kasih sayang.

End

Cinta 5 MiliyarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang