Chapter 14 - Ibukota

1.5K 115 9
                                    

Bersamaan dengan chapter ini, cerita ini Hiatus dulu ya.
Lagi sibuk di kehidupan pribadi, mulai aktif upload lagi mungkin bulan depan.

Terima Kasih

ーーーーーーーーーーーーーーーー

Karena perjalanan dari Kota Zaran menuju Ibukota tidak terburu-buru, jadi waktu yang kami tempuh hingga menuju Ibukota adalah 2 hari, dan selama dua hari perjalanan itu aku banyak mendengar soal Ibukota dan Akademi Arcadia.
Seperti nama Ibukota Kerajaan Zestiria adalah Frans, nama ini diambil dari Raja Zestiria pertama, lalu total populasi Kerajaan Zestiria mencapai 36 juta penduduk dengan personil militer sebanyak 800.000. Menurutku jumlah personil mereka lumayan banyak.
Lalu Akademi Arcadia berdiri pertama kali saat Kerajaan Zestiria di perintah oleh anak dari Raja pertama, jadi akademi ini bisa dibilang akademi lama namun karena beberapa kali di renovasi agar tidak ketinggalan jaman, akademi ini nampak indah, dan untuk mempertahankan nilai sejarah akademi ini, keluarga kerajaan memperintahkan renovasi tidak menyeluruh. Karena itu dalam kawasan akademi ini masih terdapat beberapa bangunan kuno

Setelah perjalanan 2 hari 2 malam, kami akhirnya melihat Ibukota di depan, Ibukota di lindungi dengan tembok tinggi, dan dari luar aku bisa mendengar suara keramaian di kota.
Seperti yang diharapkan dari ibukota kerajaan dengan 36 juta penduduk.

Saat kami sampai di depan gerbang, para penjaga yang piket memberi hormat pada Jendral Hamilton.
Setelah memberi hormat, mereka melihatku yang berada di rombongan Jendral.

"Permisi Jendral, siapa anak ini?" Tanya salah seorang penjaga

"Dia? Dia adalah orang yang akan kurekomendasikan untuk masuk ke Akademi" kata Jendral

"Lalu apa dia memiliki identitas?" Tanya penjaga itu lagi

"Tenang saja, dia seorang petualang. Tentu saja dia punya, Oi nak, perlihatkan mereka kartu identitas mu" kata Jendral

Akupun memberikan penjaga itu kartu identitasku, dan setelah penjaga itu melihat kartuku, penjaga itu nampak terkejut dan mengembalikam kartu identitasku

"Baiklah, dia bisa lewat. Dan juga selamat datang di Frans" kata penjaga itu

Kami pun memasuki kota, dan benar saja kota ini sangat ramai. Wajar saja suara keramaian sampai terdengar diluar gerbang.
Sambil melihat-lihat pemandang yang baru, Jendral Hamilton tiba-tiba bicara padaku.

"Baiklah nak Haruki, kita sekarang akan menghadap Raja untuk melaporkan yang terjadi dan juga meminta kenaikan tingkatmu"

"Eh? Bertemu dengan raja, apa ini tidak terlalu cepat?"

Siapa sangka kalau Jendral Hamilton tiba-tiba mengajakku menemui Raja saat aku baru sampai di ibukota. Ditengah-tengah kebingunganku tiba-tiba aku mendengar suara dari Masamune dan Muramasa

'Tuan, lebih baik anda bertemu dengan Raja. Dengan begitu peluang anda untuk menjadi Jendral di Kerajaan ini semakin besar'

'Itu benar, dengan kau menjadi Jendral, kau bisa memimpin pasukanmu untuk menguasai dunia ini'

'Kalian benar, tapi bukankah lebih baik memiliki negara sendiri untuk melakukan itu?' Tanyaku dengan mengirim telepati

'Tuan, sebelum anda memiliki negara sendiri. Anda harus mencari beberapa koneksi pemimpin negara untuk mengakui kedaulatan negara anda nanti'

'Benar, dan saat ini kau memiliki peluang. Dengan kau bertemu dengan Raja Negara ini kau sudah melangkahkan kakimu untuk membuat Negara sendiri'

'Benar kata Muramasa, sebuah Negara yang tidak diakui Negara lain di sekitarnya bukanlah Negara'

Benar juga, lalu sudah kuputuskan

"Baiklah Jendral, ayo bertemu Raja" kataku dengan antusias

"Hahaha, itu baru namanya semangat" kata jendral sambil menepuk punggungku

Kamipun berangkat menuju Istana. Sesampainya disana, aku melihat sebuah bangunan tinggi nan megah, jika dibandingkan dengan kediaman Earl Hauser. Tentu saja tidak bisa dibandingkan. Aku dan Jendral berjalan menuju penjaga gerbang istana, saat penjaga gerbang istana melihat kami. Mereka langsung memberi hormat, tentu saja mereka memberi hormat pada Jendral.
Tapi seorang penjaga, tetaplah penjaga. Penjaga itu memeriksa identitasku terlebih dahulu sama seperti penjaga gerbang ibukota, setelah memastikan identitasku, penjaga itu memperbolehkanku masuk

Setelah melewati gerbang, aku melihat kiri kanan banyak pohon indah, dan ditengah-tengah jalan terdapat air mancur dengan patung ditengah-tengahnya. Sambil menikmati pemandangan di sekitar istana, kami sudah sampai didepan pintu masuk istana. Disana juga terdapat penjaga lain dengan armor memberi hormat lalu membuka pintu istana.

"Ternyata banyak prajurit lain yang menghormati anda"
Kataku saat kami telah memasuki istana dan setiap prajurit yang melihat kami mereka selalu memberi hormat

"Tentu saja, pangkatku sebagai Jendral bukan hanya sebutan belaka"

Disepanjang jalan menuju ruang tahta, aku memperhatikan pelayan-pelayan wanita disini semuanya cantik dan menarik dan juga dilihat dari postur mereka saat menyapa, pembawaan mereka seperti gadis-gadis bangsawan.

Jendral Hamilton yang memperhatikanku tiba-tiba berbicara

"Pelayan-pelayan yang ada disini semuanya dididik oleh pelayan-pelayan senior sebelum mereka bisa bertugas, mereka di didik untuk etika, memasak, dan mengurus hal-hal lain. Dan ada juga beberapa dari mereka yang merupakan putri bangsawan" jelas Jendral

'Jadi begitu, wajar saja pembawaan mereka sangat anggun' pikirku

'Hoo, apa kau sedang berpikir untuk menjadikan mereka wanitamu?' Kata Muramasa mengolok-olokku

[Apa maksudmu besi mesum] balasku menggunakan telepati

'Oy bocah, sepertinya kau semakin sombong bukan?'

*ting*

Aku menjentikkan jariku pada gagang pedang Muramasa

'Kau bocah sombong, tunggu saja pembalasan tuan ini' kata Muramasa mengancam

[Heh, apa yang bisa kau lakukan padaku besi tua] kataku mengejek

"Ada apa? Kenapa kau tiba-tiba menjentikkan pedangmu"? Tanya Jendral tiba-tiba

"Ohh ini mungkin bisa dibilang kebiasaan saya, karena suara yang dihasilkan lumayan bagus" kataku mencari-cari alasan

"Benarkah?" Kata Jendral Hamilton dan...

*ting*

"Haha, kau benar. Suara yang dihasilkan lumayan bagus"

'Pak tua sialan, beraninya dia menyakitiku' kata Muramasa dengan kesal yang hanya bisa didengar olehku

[Sakit? Apa kau kesakitan hanya karena itu? Ternyata kau cukup lemah]

'Apa yang kau tau, pak tua itu kekuatannya sangat mengerikan, tunggu saja kau pak tua. Aku akan memberimu pelajaran'

'Tuan, ruang tahta sudah dekat'

Saat aku mendengar suara dari Masamune, aku berhenti berbicara dengan Muramasa dan melihat sebuah pintu raksasa. Saat aku masih melihat pintu raksasa itu, Jendral Hamilton berbicara padaku.

"Apa kau siap?" Tanya Jendral

"Tentu saja, mari masuk" kataku dengan yakin

Saat pintu raksasa itu terbuka, aku bisa melihat aula yang besar dan di ujung karpet merah ini terlihat seorang pria berumur sekitar 50an duduk diatas kursi mewah, dan beberapa orang didalam aula.
Kami berjalan menuju ketengah, dan Jendral Hamilton menunduk.

"Salam kepada Yang Mulia Raja, Saya Regal Hamilton telah kembali" kata Jendral Hamilton dengan suara hormat

'Jadi dia Raja' pikirku

Setelah mengangguk sekali pada Jendral Hamilton, lalu dia mengarahkan pandangannya padaku dan tersenyum. Saat Raja tersenyum, ada beberapa orang dalam ruangan yang terlihat marah, dan kemarahannya diarahkan padaku.

Aku yang menyadari tatapan marah mereka hanya bisa bingung

'Apa yang terjadi' pikirku

Transferred to Another World to Become the Ruler of the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang