☠☠☠
☠
Sepelesat logam bermata runcing tiba-tiba saja menukik di antara larikan halimun. Angin mendesut selayaknya entakkan kencang dari sebilah anak panah. Bukan suara yang nyaring memang, tetapi sanggup membuat rengkahan lebar pada palang magi yang dilukis dari goresan kapur tulis. Satu petik jari membuat rengkahan menyebar, lalu hancur.
Sosok Topi Tinggi bersulam sutra menjulang, perawakannya berdiri umpama gagak pada genting menara suar.
Mata elangnya menelanjangi setiap ceruk labirin belukar, menimbang rute mana yang akan ia ambil. Seraya terjun dengan gaya salto, ia sembur kuat-kuat kepulan dari lintingan tembakau bercampur kemenyan. Lantas halimun tersingkirkan. Segera kemudian kaki menderap di tanah becek, seirama pergerakan liar pada labirin.
Gegap langkah memacu napas terus melaju. Semua detak waktu Topi Tinggi pertaruhkan untuk menemukan pencuri hibat-nya. Sebelum si tersangka kabur melalui lukisan kapur tulis selaku penghubung alam lain. Ia bersumpah akan menjebloskan ke dalam kurungan tak berujung.
Diyakini tengah melompati akar yang menyembul dari tanah, tetapi justru sejulai sulur gantung menjerat kepalanya. Nyaris saja tercekik kalau ia tak segera memotongnya dengan menarik paksa hingga putus.
Kali ini si pencuri memilih alam yang asing. Namun, dikira si Topi Tinggi akan bertekuk lutut begitu saja? Jangan bergurau!
Topi Tinggi tersenyum mencong ketika mata jelaganya menangkap siluet pencuri hibat-nya. Layaknya kilat yang menyambar-nyambar, ia berlarian hampir melampaui pergerakan incaran.
Dengan pandangan runcing melalui sudut mata, ia menatap ngeri pada Topi Tinggi kian mendekat. Lantas ia kayuh laju kakinya lebih cepat.
Genangan air semakin riuh bergejolak—memercikkan endapan lumpur—sehingga dekapan kabut semakin berserakan masai. Bergulat dan menguarkan aroma belerang yang mampu menjepit lubang hidung sekaligus membuyarkan navigasi pengejar.
Ini tidak ada habisnya. Sialnya, labirin itu hidup sekaligus tak bertuan, pun tak memihak pada siapa pun. Sebentar lagi belukar akan berganti. Akhirnya, si pencuri memutuskan untuk melesak ke belokan sempit, alih-alih memilih pada persimpangan panjang.
Si Topi Tinggi mendengkus. Ia hafal tabiat si pencuri yang akan mengambil kesempitan ketika terdesak dan pola selanjutnya pasti hendak melukis portal dengan kapur tulis magisnya.
Namun, ia tidak tinggal diam. Sebelum seluruh tubuh si incaran meresap ke dalam sekeluk denyaran magi, bersama satu loncatan secepat elang menerkam ikan laut, ditariknya tangan berbalut mantel bulu domba itu.
Si tersangka meronta-ronta. Jeritannya memekikkan telinga, nyaris terlepas dari cengkeraman si Topi Tinggi.
Sekali sentak tubuh pencuri ia kurung di rongga-rongga akar yang menyeruak ke permukaan tanah. Melihat gelagat si pencuri hendak mengambil sesuatu dari tas jinjingnya, si Topi Tinggi lekas merampas kantong segenggam tangan. Ia balik untuk mengeluarkan berbatang-batang kapur tulis.
"Apa yang kaulakukan?" Si pencuri berusaha mencegah meski dirinya masih terjebak bebatan akar, tetapi si Topi Tinggi terlampau jauh dari cakupannya.
"Melakukan ini," sahut si Topi Tinggi, sejurus menginjak-injak habis batangan kapur itu hingga renyek bercampur dengan tanah.
"Tidak! Apa yang kaulakukaaan!? Aku tidak bisa pulang kalau begini akhirnya! Teganya kau!"
"Siapa suruh main kabur-kaburan." Sekoyong-konyong, si Topi Tinggi telah menodongkan moncong pistol tepat mengenai dahi.
Pekikan itu seketika bungkam begitu mendengar suara derit pelatuk ditarik. Sebuah detus menyalak ke udara. Namun, kesunyian mengambang penuh keganjilan mulai dirasa oleh si Pencuri Hibat-nya Topi Tinggi.
Perlahan kelopak matanya terbuka, ia terbeliak kala melihat setangkai lili muncul dari lubang moncong pistol. Ia pun beralih menatap penuh kebingungan ke arah Topi Tinggi.
"A-Apa maksudnya?" Si Pencuri Hibat kontan menangkup setangkai lili yang terjatuh setelah pistol kembali masuk ke balik saku si Topi Tinggi.
"Justru aku yang seharusnya bertanya, apa maksudmu kabur dariku setelah menerima kadoku?" Sebelah alis si Topi Tinggi terangkat kesal. "Apa kau tidak suka, kalau aku memberimu kado ulang tahun? Baguslah aku masih ingat kapan kau terlahir ke dunia."
"Dasar tidak peka!" Si Pencuri Hibat mendebas lirih. Bibirnya mencebik. Serta-merta ia tonjok perut si Topi Tinggi yang tidak siap. Tak sampai di situ, ia jegal kakinya hingga terjengkang. "Perempuan macam mana yang tidak kabur, kalau pacarnya memberi kado tengkorak monyet yang masih basah, hah?" tukasnya seraya menjejakkan kaki pada perut si Topi Tinggi.
"Seharusnya kau berterima kasih. Aku membelinya di pelelangan aliansi makhluk langka seharga sebelas miliar dolar Negara Paman Sam," kilah si Topi Tinggi hendak menahan kaki si Pencuri Hibat, tetapi tanah labirin mendekapnya untuk tetap bergeming.
"Tolong, meski aku bukan manusia, perlakukan aku seperti gadis-gadis manusia itu. Belikan aku tiket nonton konser Seventeen, atau satu set Skincare Shu Uemura, liburan ke pulau tropis," sungut si Pencuri Hibat tak mau kalah.
"Kenapa tidak request dari kemarin-kemarin?" tanya si Topi Tinggi dengan raut wajah serius.
"Kau tidak tahu, kenapa aku mengajakmu ke pusat toko mode seminggu belakangan?" Hal itu justru membuat si Pencuri Hibat makin bersungut-sungut.
Si Topi Tinggi menggeleng-geleng naif.
☠
☠☠☠
10/11/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA ATMA: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 ― ⌠selesai⌡
Cerita Pendek[18+] Mati Satu, Semua Binasa. Kau hanya punya satu otak. Lalu dipotong menjadi 30 bagian seperti dendeng tikus. Untuk bertahan hidup, kau harus memeras otak demi menghasilkan eksekusi karya tulis dari 30 tema berbeda sebulan penuh, sebelum garis-ke...