21.) peninggalan tersembunyi Phelan

18 4 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sudah lebih dari satu jam pusara terguyur rintik hujan. Tidak lebat memang, tetapi masih sanggup membawa suasana melangut para pelayat berduka sedalam-dalamnya.

Krusty Phelan, seorang seniman kolonialisme yang kerap gagal pameran. Namun, memiliki vokal paling berpengaruh dalam kemajuan seni rupa bertema kolonialisme era 18 hingga 20, yang akhirnya menggelontorkan setengah pundi-pundinya untuk menuntaskan dendam. Adalah mendirikan sebuah museum koleksi pribadi bagi para seniman besar kolonialisme abad 18.

Krusty tidak segan merogoh koceknya sendiri untuk menaungi para seniman jalanan. Ia berprinsip tidak ada seniman yang mampu mengeksplorasi emosinya dan menciptakan karya masterpiece kalau tidak mendapat dukungan penuh. Seperti halnya, ruang pameran yang layak dan apresiasi tinggi.

Lantas ia bertemu Rex, bocah melarat yang kepergok membuat mural bermedia pylox di salah satu galeri seni di paviliun pantainya. Bocah remaja tanggung itu nyaris diperkarakan ke bui karena tindak vandalismenya. Kalau saja Krusty Phelan tidak sedang turun dari jaguar marunnya dan bersua untuk kali pertama pada Rex. Meski tak jelas asal-usulnya, Krusty hendak mengadopsi Rex sekali lalu menjadikannya seorang restorasi. Rex disekolahkan menjadi dokter pemugaran untuk galeri dan museum koleksi pribadinya kelak.

Oleh sebab itu, Froueu Alukaw, seorang kritikus seni terkemuka yang disegani, berani mengatakan bahwa Krusty Phelan merupakan Bapak Perupa Bangsa Barat. Sebabnya, telah terdokumentasikan bahwa pengusaha berperut buncit dengan kumis khas lengkung seperti kail pancing ikan telah mengunjungi sekitar 5717 pameran seni rupa dan mengunjungi lebih dari 2301 studio seni rupa sejak tahun 1800 sampai 2000. Kunjungan-kunjungan tersebut ia lakukan hanya karena kecintaannya pada dunia seni rupa. Sebab-sebab lain yang tak bisa ia ekspresikan melalui tangannya sendiri. Maka, Krusty Phelan mendonasikan bercuil-cuil hartanya demi kesejahteraan galeri-galeri seluruh dunia tersebut.

Berita dukanya yang mendadak ini membuat ribuan seniman asuhannya di penjuru dunia turut menyumbangkan kenangan berupa karya seni lukis 40x40 cm yang didedikasikan khusus hanya untuk Krusty Phelan. Mereka mengirimnya dari berbagai penjuru dunia. Tentunya melalui wewenang Froueu Alukaw selaku kritikus yang berduet bisnis seni dengan Krusty Phelan.

Penyebab kematiannya sungguh konyol. Krusty Phelan diduga dalam kondisi setengah mabuk usai pesta perayaan museum ke-30-nya. Ketika di ruangan pribadinya, di depan kanvas dingin, tangan kanannya sedang mencoret-coret sesuatu dengan pisau palet, tanpa sadar tangan kirinya meraih minyak cat suling keemasan. Lalu di sisa kesadaran, pria berkepala enam puluh tujuh itu justru meminum pelumas cat itu, alih-alih menyesap anggur favoritnya tepat di sebelah minyak cat.

Karena sifat beracunnya yang luar biasa memecah sel darah merah, begitu juga usia senja, Krusty Phelan tak sempat tertolong.

Rex Phelan adalah nama pemberian dari Ayah angkat yang sudah tiada. Walaupun ia menyandang marga Phelan, menurut pengakuan pengacara jangkung: dalam sepucuk surat tak sejumput nama Rex tercantum sebagai penerus bisnis Bapak Perupa Bangsa Barat.

Setelah belasan tahun bocah itu tumbuh menjadi pria dewasa yang mendedikasikan diri selaku dokter pemugaran museum ayahnya, ia tak mendapatkan sepeser harta warisan apa pun.

Malahan surat wasiat yang ia buka pada penghujung pemakaman ayahnya, sepucuk surat wasiat berkicau: sebesar lima puluh lima persen dari seluruh harta kekayaan Krusty Phelan malah jatuh pada Froueu Alukaw.

Apalagi posisinya di mata hukum cukup lemah dan digadang-gadangi hanya sekadar pelayan Krusty Phelan dalam merawat koleksi pribadinya.

Akhirnya, tanpa perlawanan dan sadar diri, Rex memilih melanjutkan hidupnya keluar dari teritoral pengaruh Froueu Alukaw. Namun, bekal ilmu dan ajaran untuk tetap berhemat dari Krusty Phelan akan selalu Rex pegang hingga mati.

Froueu memang bisa mengontrol arus warisan Krusty, tetapi peninggalan langsung yang telah Phelan tua bangka itu curahkan pada Rex, tidak bisa disentuh.

Dalam kenangan Krusty Phelan tahun ke-3, Rex tak pernah lagi mengunjungi makam ayahnya. Lebih-lebih pusara itu terletak tak jauh dari makam keluarga besar Phelan. Masuk wilayah yang kehadiran Rex sendiri dilarang muncul.

Sudah terbiasa didik hidup ketat, Rex menjadi perhitungan dalam mengambil peluang untuk hidup berkelanjutan dari profesi bebasnya yang tak mendapatkan gaji rutin. Walaupun Krusty Phelan bisa saja memanjakan Rex selayaknya anak manja konglomerat daerahnya. Asalkan ia masih bisa berdedikasi untuk pemugaran cagar budaya, itu adalah kebahagiaan yang tak bisa diukur dengan berjuta batang emas.

Bagi Rex, terlalu banyak harta hanya akan membuat malapetaka. Terlalu hedonisme akan mencelakai diri sendiri ketika sedang terpuruk.

Ketika tangan-tangan dingin Rex Phelan memulas cat untuk finishing dari restorasi lukisan antik di sebuah museum kuno pelosok desa, lonceng pintu kantorannya berdenting.

Sosok pria jangkung dengan gigi tak rata membungkuk ketika Rex menoleh. Mau tidak mau ia melepas sarung tangan kerjanya dan menyambut tamu tak diundang itu.

"Tuan Rex, senang melihat Anda sehat."

Rex memicingkan matanya.

"Ah, maaf, sepertinya Anda lupa. Saya adalah pengacara yang ditunjuk oleh mendiang Tuan Besar Krusty Phelan untuk menyerahkan surat wasiat khusus ini kepada Anda," kata pria itu yang mengaku pengacara.

"Pengacara Ayah? Aku sepertinya belum pernah melihatmu. Tapi surat ini?" Rex memandangi sepucuk amplop lecak, lalu berganti ke lelaki sepuh di hadapannya. "Ada apa?"

"Tuan Besar Krusty meminta hanya Anda yang boleh melihat dan membaca surat itu," ucapnya tanpa basa-basi.

"Silakan." Rex mundur dari hadapan tamu, menggiringnya ke sofa. "Minum?"

"Tidak perlu. Saya hanya menunggu keputusan apa yang hendak Anda ambil setelah membaca surat beliau," tukas penuh kesopanan si pengacara seraya menyapu pandang pajangan etnis yang tersemat manis di berbagai tembok.

Rex bergeming selagi membaca surat itu. Kata demi kata. Seiring waktu kedua netranya membola, setelah mengetahui fakta di balik kematian sang Ayah.

"T-Tidak mungkin ...."




Walaupun tidak punya aset atas namanya sendiri, dan keuangannya hampir selalu pas-pasan sejak dewasa, Rex Phelan pandai berhitung — The Testament (Surat wasiat) oleh John Grisham




21/11/2019


CAKRA ATMA: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 ― ⌠selesai⌡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang