☠☠☠
☠
Jempol-jempol Rave memencet layar gawai penuh emosi. Sampai-sampai lapisan pelindung layarnya meninggalkan gurat-gurat tipis dari serangan brutal para kuku yang sudah enam bulan dibiarkan memanjang. Ia mengumpat. Bokongnya berpindah menduduki buku Pedoman Hidup bagi Pecandu Game saking gelisahnya. Bahkan Heroin-nya—berzirah pink, ekor bergerigi lapis emas dengan duri selaku senjata rahasia mengelilingi dua sirip—sudah cheat hingga level 666 nyaris tumbang oleh lawan main Battle Siamese-nya. Serangan-serangan yang dilancarkan tidak taktis. Si lawan seolah tahu gerakan selanjutnya akan ke mana. Mudah bagi orang itu menangkis secara efisien dan mengenai titik buta Heroine Rave.
Sudah tujuh jam, ia berondok di gedung perpustakaan pusat kota. Semata-mata untuk menghindari tugas mulia akhir pekan dari sang Nenek. Tidak lain adalah mengepel seluruh pendopo sanggar turun-temurun. Bahkan lonceng pemberitahuan khusus dari si Nenek ia abaikan. Sekelebat penyesalan mampir, sungguh ia menyesal telah mengenalkan neneknya bagaimana cara menggunakan telepon nirkabel dan memberinya akses panggilan cepat kalau-kalau ada hal mendesak. Termasuk kemunculan fitur kolomnya sering menongol genit; berkali-kali menutupi kolom energi, dan sisa serangan combo lawan pada layar virtual adu laga.
Sementara gawai selebar 5 inci itu sudah memanas megap-megap, Rave makin beringas menuntaskan serangan jitu dengan mengeluarkan jurus palu petir. Tidak ada pilihan lain untuk segera mengenyahkan lawan yang pastinya terus bercekakakan.
"Kita lihat siapa di sini yang Senior! Aku bersumpah Ratu Battle Siamese-mu hancur berkeping-keping dan kembali ke rank 10 dikeluarkan oleh admin karena tidak memenuhi quest. Akan kubuat kau vidcall sujud dan memohon ampun padaku!"
Tiba-tiba kontrol pergerakan gim berhenti. Heroine yang ia jalankan berenang tanpa arah memasuki ke dalam latar samudra lain dengan portal sumur berapi. Rave kalang kabut. Jempolnya bergerak menyentuh dan mengusap apa pun. Sebuah garis putih tahu-tahu muncul dari bawah deskripsi Heroine.
Pemuda tujuh belas tahun itu terkesiap ketika layar gawainya hitam total. "Hah? Mati?" Ia coba bolak-balik seraya melepas bungkus gawai. Menekan tombol home, tetapi tidak segera berpindah atau pun keluar.
Sebuah dering memekakkan telinga muncul bersama getaran gawai yang kian memanas. Kontan Rave melempar sembarangan dan beringsut menjauh. Ia celingak-celinguk. Entah mengapa getarannya yang dihasilkan bersamaan dengan pemberitahuan masuk ke gawainya terasa sangat nyata. Sesaat ia mengira terjadi gempa kecil-kecilan. Lagi pula jika memang demikian, pengunjung perpustakaan pasti akan berteriak dan kocar-kacir. Namun, sebuah denting notifikasi gim menyeruak. Layar gawainya kembali memaparkan sebuah gambar. Pendarnya yang menyilaukan membuat Rave ragu menghampiri gawainya.
"SELAMAT ANDA MENANG!"
Baru selangkah, muncul sebuah suara bernada seperti narator pada gim.
Rave buru-buru mengambil gawai. Ia hafal dengan suara dalam seperti gong narator yang dipilih sebagai pemandu quests gim. Masih dilanda kebingungan, terpapar tulisan YOU WIN kerlap-kerlip. Lalu wujud Heroine-nya berubah memiliki sayap tiga rangkap. Pedang pada tanduk kepala makin memanjang. Ditambah perisai yang menangkup di sirip punggung.
Melihat lawannya meninggalkan tanda bertuliskan R.I.P, pemuda itu kontan jingkrak-jingkrak.
"Kirain apaan. Apa kubilang, 'kan? Itulah karma kalau anak bau kencur jangan sok nantangin. Beraninya level 70 ngelawan 666." Rave pun tertawa puas.
Ketika jempol-jempol tangkasnya menari-nari untuk memilih item sebagai hadiah karena berhasil membuat lawannya turun 10 peringkat, Rave tak akan buang kesempatan untuk membeli rare item. Celakanya, diamond yang hendak mau dia ambil masih terkunci. Harus ada syarat untuk memilikinya, yaitu menukar dengan mata uang. Kesialan berikutnya, yang mengunci rare item adalah yang berkehendak lebih atas kuasa sistem pertarungan antargim Battle Siamese. Sayangnya, pemberitahuan tidak diumumkan dari awal. Sehingga dirinya seolah dijebak untuk melengserkan salah satu anggota lemah dalam komunitas Battle Siamese.
"Kok gitu sih, Admin Keparat!" umpat Rave terus-menerus.
Jempolnya bergulir dan menekan rangkaian huruf pada papan ketik virtual. Dengan menggebu-gebu, ia tumpahkan segala kekesalannya. Bagaimana tidak, apa gunanya memenangkan sebuah quest kalau tidak mendapatkan imbalan?
Ketika ia hendak mengambil perhitungan dengan menekan pesan obrolan menuju Komunitas Battle Siamese, tetapi gelembung pesannya tidak kunjung terkirim.
Sebuah suara seakan gong yang menyentak aliran darahnya kembali menongol.
"Kamu memenangkan Rare Item dalam Quest yang diselenggarakan Master Administrator Battle Siamese, dalam waktu lima detik jika kamu tidak segera membelinya, maka akan hangus. Sebagai kompensasi, level Heroine Battle Siamese-mu akan diturunkan ke level 0."
"BANGKEEEE!" Sontak jempolnya mengusap opsi membeli hadiah itu.
"Selamat, Rare Item dari Battle Siamese telah terbeli. Dengan ini saldo Anda akan dipotong seharga hadiah Quest beserta pajak yang tertera! Lanjutkan memasuki Quest babak berikutnya dan raih hadiah-hadiah yang ditawarkan oleh Administrator."
Rasanya kepala mau copot melihat ada surel masuk yang memberitahukan bahwa saldo yang tersisa tinggal 99,00 yang hanya bisa dibelanjakan untuk menukar satu kardus permen susu.
Ia tak sadar kalau salah satu pemberitahuan pesan singkat yang sedari tadi minta disambangi, berganti menjadi sebuah panggilan internet masuk mengalihkan layar gawainya.
Tanpa membaca nama kontak, Rave langsung pucat pasi. Matanya melotot saat sebuah suara menyerukan namanya.
Kakinya berderap keluar. Terjadi sesuatu yang mengerikan di kotanya selagi dirinya sibuk nge-game.
Langit sudah menggulita. Pendopo di seberang persembunyiannya dilindas oleh roda besi baja tank militer.
Sebuah suara serak nyaring memberi instruksi militan.
"CEPAT KALIAN CARI RARE ITEM BATTLE SIAMESE! BUNUH SEMUA ANGGOTA SEKTE PEMBERONTAKAN BATTLE SIAMESE! SEBELUM MEREKA MELEDAKKAN DATARAN NUSA INI DENGAN VIRUS MATA IKAN!"
Serdadu angkatan darat dan udara bergegas menyisir sudut kota bersama senapan laras panjang dan mesin serbu tembak.
Seketika Rave menampar daun pintu sekecang-kencangnya, lalu menguncinya. Tubuhnya yang gemetaran melorot di dinding seraya meremas kepala.
"Nek, tolong aku ...."
☠
☠☠☠
15/11/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA ATMA: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 ― ⌠selesai⌡
Short Story[18+] Mati Satu, Semua Binasa. Kau hanya punya satu otak. Lalu dipotong menjadi 30 bagian seperti dendeng tikus. Untuk bertahan hidup, kau harus memeras otak demi menghasilkan eksekusi karya tulis dari 30 tema berbeda sebulan penuh, sebelum garis-ke...