☠☠☠
☠
Bersepuh emas, bukan berarti mulia
Terlahir membawa nubuat, bukan berarti menjadi seorang kesatria
Namun, ketika pancaran mata dan hasrat telah menguasai, menjadi cikal bakal kebinasaan
Ken Arok, pemuda rupawan
Segala yang ada di sekitarnya dia serap sebagai bekal pengalaman
Dilahirkan dari sepasang suami istri buruh tani tak lantas berjulai lenyai, malahan mengeras seumpama berbatu karang
Badai momok laut tak menjerikan niat untuk menjala kepingan emas dan peninggalan luhur terpendam
Sawah dia jajahi untuk meraup bergunung kandi, selaku pengubah rajah tangan
Bergunung pundi-pundi sejak masa leluhur sang Pelaut memang menjadi tombak ikram
Dielu-elukan menyesaki kebanggaan diri hingga melupai bahwa kaki harus tetap berpijak
Lantaran hadir, arakan kereta bersepuh emas
Pendar menyedot segala kobaran spirit pada kedua netranya
Semua orang tahu, kereta kencana naga yang ditarik kuda gagah perkasa itu hanya dimiliki oleh orang-orang ningrat
Meskipun telah berharta, tetap ada yang belum Ken Arok taklukan
Yaitu, menjadi sang Raja
Pada masa itu Raja adalah manusia yang dekat dengan Pencipta
Ditahbiskan berderajat mengungguli gunung tertinggi di buana
Kendati demikian untuk menggapai membutuhkan pengaruh kuat dari rakyat
Ken Arok pun berguru pada Empu Gandring, yang ditengarai sebagai mahaguru bagi para calon penguasa
Tak menyiakan kesempatan yang hanya datang sekali dalam hidup, pemuda bergumul ambisi itu lekas saja mengangsu kesaktian
Empu Gandring memberi wejangan, "Kuberi kau keris bukan untuk mencelakai orang, tetapi sebagai ageman. Sebilah keris semakin lama ditempa semakin kuat. Seperti setiap tindak tanduk sang Raja adalah panutan rakyat. Adanya amanah yang dibawa. Seiring perjalanan yang kautempuh akan banyak pertimbangan yang kaupilah."
Namun, mata Ken Arok hanya terpaku pada percikan bilah logam berluk tak sempurna, yang masih ditempa
Wejangan itu hanya hilir mudik dari telinga kiri menuju kanan
Musim berganti, mega dan baskara bergulir menurunkan hujan rahmat dan tanah rengkah di masa kemarau, Ken Arok mendatangi Empu Gandring menanyakan pusakanya
Entah musim ke berapa kali, keris itu tak kunjung rampung ditempa akmal
Lantas, batas kesabaran Ken Arok justru kian terkikis, tangannya merampas keris serampangan
Satu ayunan tertujah tepat di dada Empu Gandring yang sempat menyumpah seranah
"Ken Arok, anakku ... atas apa yang kaulakukan, keris itu menyerap segala angkara. Kau tak akan bisa menjadi Raja yang bijak. Seluruh keturunanmu akan berlumuran darah di tangan kerismu itu. Bahkan kau pun tak akan sampai-sampai menaiki piramida, yang kauinginkan."
Kadung amarah Ken Arok membakar seluruh akal sehat,
satu hunjaman menyelusup tepat ke luka menganga, sekaligus merenggut nyawa maha gurunya sendiri yang terbeliak, menggenggam dendam
"Tujuh turunanmu akan menerima buah busuk yang kautuai, Ken Arok, sang calon Raja yang gagal."
Tak memedulikan hal itu, Ken Arok mendatangi sang Raja pada masanya
"Keluarlah, kau, Raja Ametung. Sang penguasa Singasari, tanah Jawa wilayah Timur! Aku memiliki keris yang ditempa langsung oleh Empu Gandring, tetapi dengan keris inilah, aku lenyapkan! Sekarang kaulah yang akan menerima kesaktian tiada tanding kerisku ini, Wahai Raja Singasari yang Agung! Turunlah dari singgasanamu dan lawan aku! Siapa yang paling berhak menduduki takhta Singasari adalah yang terkuat di seantero tanah Jawa!"
Keris pun teracung tinggi-tinggi menantang sang Raja yang tengah berkuasa
Para prajurit Ken Arok beradu dengan seluruh prajurit Raja Ametung hidup dan mati dalam pertempuran
Berkat kefasihan yang telah Ken Arok asah bersama kerisnya, pasukannya berhasil meluluhlantakkan pasukan Raja Ametung selama satu putaran musim hujan
Tak tanggung-tanggung, semua tanah jarahan Singasari Ken Arok renggut beserta permaisuri Raja Ametung yang telah lama ia incar
Sang Permaisuri Ken Dedes, satu-satunya perempuan Singasari yang dikaruniai nubuat begitu mulia
Memiliki Rajah Tangan sebagai Ibu yang kelak setiap anak-anaknya yang dilahirkan akan menjadi calon raja-raja di masa depan
Namun, penerus Raja Ametung yang beranjak dewasa menyimpan dendam haus darah
Maka, ia kawini saudari yang masih se-ibunya—putri dari Ken Arok—dan kembali merebut singgasana Singasari, sebelum putra pewaris kerajaan dari garis darah Ken Arok mengambil sumpah selaku maha raja di tanah jawa
Ken Arok yang mengetahui menjadi murka
Tanpa berbelas, ia penggal pewaris Raja Ametung di depan Permaisurinya
Hati Ken Dedes yang tercabik-cabik bangkit dari singgasana dan merebut keris Ken Arok sekali lalu menghunuskannya tepat di dada
Malam itu, lantai pualam balairung Singasari tergenang darah para pewaris tanah Jawa
☠
☠☠☠
8/11/2019
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRA ATMA: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019 ― ⌠selesai⌡
Nouvelles[18+] Mati Satu, Semua Binasa. Kau hanya punya satu otak. Lalu dipotong menjadi 30 bagian seperti dendeng tikus. Untuk bertahan hidup, kau harus memeras otak demi menghasilkan eksekusi karya tulis dari 30 tema berbeda sebulan penuh, sebelum garis-ke...