******
"Guys, gue ma Irene bakal lanjut ke Amerika."
Sontak para member Blackvelvet menoleh ke arah Seulgi. "Amerika?"
"Ne, eum mian karena mendadak nentuin bakal lanjut kemana." Timpal Irene.
Semuanya mengangguk sedih kecewa, sedih karena bentar lagi pisah-kecewa karena baru diberitahu sekarang. Manja? Dramatis? Ya emang.
"Gue juga harus balik ke Kanada-lanjut sekolah, sama ngajarin Chaeyoung buat mandiri di sini." Wendy menghela napas pelan, menunduk.
"Yah kok pada pergi semua:( tapi gue juga bakal pindah setelah lulus kelas 12 si, hehehe." Celetuk Joy yang mencairkan suasana karena sedari tadi sedih mulu, heran.
"Yee, lu bakal pindah kemane?"
"Bakal ikut om gue di Osaka, Jepang hwhwhw."
Semuanya menoleh. Namun, Rose sudah menjawab dahulu. "Deket banget lu!"
Sontak tawa pecah menggelegar di ruangan tersebut. "Apaansi anjir, humor gue merendah!" Timpal Jennie yang tawa nya paling kenceng.
"Kalo Seulgi ma Irene eonni ke Amerika, Wendy eon ke Kanada, Joy ke Osaka, kalian berempat bakal disini juga, kan?"
Ucapan Yeri yang menoleh serius ke arah Blackpink sontak membuat raut wajah ke empat nya mendadak berubah. Melihat itu, Yeri yang memahami perubahan tersebut langsung bertanya. "Kalian pindah kemana?"
Tak ada diantara mereka yang menjawab. Hingga Jisoo mulai mendengus pelan. "Kita bakal ke Paris."
"London!"
Rose, Jisoo, Jennie mengernyit heran ke arah Lisa. "Paris?"
"Gue kuliah di London, disuruh mami tercinta." Jawab Lisa datar.
"Anjayy!"
Sontak menimbulkan gelak tawa. Receh? Emang! Karena gak receh gak blackvelvet.
"Lu sendiri bakal pindah gak Yer?"
Yeri menoleh, tersenyum manis. "Gak, gue disini aja lagipula ortu gue di pindah sini juga!"
Setelah Yeri mengatakan itu, tiba-tiba sebuah ponsel berdering. Semuanya tampak menoleh. Ponsel Lisa.
Lisa mengambilnya. Raut wajahnya seketika berubah-lebih dingin.
"Angkat, jangan lari dari masalah!"
Ucapan Jisoo yang seakan tahu siapa yang menelpon. Lisa menggeser tombol hijau ke atas dan memencet tombol speaker.
"Lis, di lapangan belakang YG Resto jam 2. Gue bakal jelasin semuanya, gue tu-"
Tut tut
Lisa memutus sambungan sepihak. Lisa paham apa yang dimaksudkan oleh Jungkook. Lisa mengerti. Tapi gadis itu telah jatuh terlalu dalam untuk sakit. Ia takut untuk sakit kembali.
"Gue kenal adek gue kayak gimana. Lalisa Kim, lo kuat. Lo gadis pemberani yang pernah gue temui, gue bahkan bangga sama lo! Gue gak mau maksa, tapi coba dengerin dulu. Putuskan apa yang harus lo lakuin. Gue percaya sama lo!"
Lisa menoleh ke arah Seulgi yang membuang muka. Lisa tahu Seulgi juga pernah sakit dan jatuh terlalu dalam. Dia menghembuskan napas pelan. "Gue bakal pergi."
****
"Lis, inikan lapangan nya?"
Lisa menatap sekitar area depan lapangan. Kosong. Tak ada jejak mobil ataupun apa disini. Lisa emang lahir di Seoul, tapi kebanyakan Lisa berada di Busan. Jadi kadang Lisa gak tahu tempat tertentu yang ada di Seoul-meski baru setahun disini.
"Kok sepi, ya?"
Celetuk an Rose dijawab sebal oleh Joy. "Yang bilang rame juga syapa sih?"
"Kan gue cuma gumam sendiri, napa lu yang sewot?"
"Gue cuman ngejawab ya, emang jawab lu salah?"
"Ya, emang sal-"
"Kalian bakal debat ampe jam berapa?"
Irene menatap Rose dan Joy tanpa ekspresi-ini lagi serius eh mereka malah debat, mon maap ini masalah percintaan bukan masalah politik Indonesia.
"Gue yang masuk, lo semua disini aja, bakal cepet kok."
Yang lain hanya ngangguk aja denger ide nya Lisa. Lisa masuk mendapati area lapangan benar-benar sepi, tak ada orang. Namun, ada suara orang yang begitu familiar buat Lisa. Arah samping kanan.
Lisa berjalan perlahan agar tidak bersuara. Sekitar sana banyak sekali semak-semak. Lisa menghalau semak-semak nya, dan. Damn!
Tangan Lisa gemetar tak terkira. Lisa menahan tangisnya. Kenapa dirinya harus datang jika dirinya harus menyaksikan kejadian menjijikan seperti ini. Tapi Lisa sadar, dirinya siapa untuk patah hati? Salahnya kan jika harus menaruh hati kepada Jungkook?
"Jungkook."
Suara Lisa parau akibat tangis yang ia tahan sedari tadi. Lisa pernah bertanya-tanya mengapa kakaknya menangis saat itu? Padahal saat ini, di tempat ini, di detik ini pula Lisa merasakan apa yang pernah kakaknya rasakan saat itu. Patah. Lisa terlalu jatuh kedalam pesona pria itu.
"L-lisa-"
Jungkook mengerjapkan matanya berkali-kali. Kenapa Lisa harus datang disaat yang tidak tepat? Jungkook membatin kesal.
"Ak-u b-bis-sa jelasin semuanya, Lis!"
Lisa menggeleng cepat. "Buat apa? Gue bukan siapa siapa lo, makasih karena udah buat gue jatuh terlalu dalam, Jung."
Lisa menatap gadis disebelah Jungkook. Lisa pernah melihatnya di kantin sekolah-ya gadis itu, anak baru. Gadis yang selalu Rose curigai, gadis yang menyapa Jungkook dikantin, gadis misterius yang Lisa rasa hanya mengenal sekali namun dapat membuat hancur.
Gadis itu, Choi Tzuyu. Tzuyu tersenyum miring-seperti telah memenangkan sesuatu. Lisa dapat melihatnya. "Aku pergi."
Jungkook lari dan mencekal tangan Lisa lembut. "Kumohon, kamu salah paham Lis."
Lisa menghempaskan tangan Jungkook dan segera meninggalkan pria itu dengan berjuta penyesalan. Sedangkan, lain saksi yang tengah menonton.
" Bye, Lalisa Kim. Permainan telah selesai. Dia milikku, dan Aku adalah pemenang permainan ini."
******
Jangan lupa vote yaaaa🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
ICE COUPLE [liskook]
FanfictionLalisa Kim gadis dingin dan tomboy namun dapat memikat hati para namja dimana-mana. Sifatnya sedingin es maka disekolahnya dirinya dijuluki 'Ice Princess'. Jeon Jungkook pria dingin yang hidupnya berubah setelah dirinya bertemu seorang gadis yang m...