Weeding day [END PART]

7.4K 400 24
                                    

Tak terasa aku sudah lepas dari kuliah. Dan kalian tau? Besok aku akan menikah dengan pujaan hatiku, Harry Edward Styles.

"Barbie..." panggil Harry lirih seraya duduk disampingku yang sedari tadi menatap jendela.

"Ya?"

"Kamu tau aku sangat mencintaimu, kan?"

"Ya. Memang kenapa?"

"Aku cuma ingin yang terbaik untuk besok. Kita akan jalani sama sama ya" kata Harry seraya mencium keningku sebelum ia meninggalkan kamarku.

Umurku sudah 20 tahun. Aku sudah mulai dewasa. Sedangkan Harry, dia sudah 28 tahun. Kami menjalin hubungan sebagai seorang kekasih selama 4 tahun. Dan besok akan kami akhiri status itu. Aku tak sabar melihat Harry di altar besok. Narbara, dia juga sudah berumur 3 tahun. Dia sangat cantik sekali. Rambutnya pirang seperti Niall.

**

"Gemma, kamu udah siap sayang?" tanya Niall.

"Aku gugup Niall"

"Ini hanya awalan aja kok. Waktu aku menikah dengan Barbara, aku juga sama sepertimu. Tapi aku tau Barbara calon pendampingku. Untuk apa aku gugup. Lagipula, kamu udah jalani ini bersama sama Harry kan"

"Iya sih, Ni. Doakan aku ya"

"Pasti"

Aku berjalan gugup dengan menggandeng Niall. Dari kejauhan, aku dapat melihat Harry jalan dengan adiknya, Jasmine Thompson. Kami bertemu di tengah tengah Altar.

Seusai Harry mengucapkan sumpahnya sebagai seorang suami, ia menciumku. Harry menciumku di hadapan semua orang sebagai bukti kalau kami adalah dua insan yang kini telah bersatu bersama. Tentu saja, pernikahan ini berjalan dengan lancar. Aku dapat melihat kebahagiaan yang begitu hebat dari senyum Niall dan Barbara. Serta Narbara yang berada di tengah tengah keduanya.

**

"Niall, aku takut sekali. Aku nggak ingin pergi dari kamu" bisikku seraya menarik narik jas Niall.

"Hei, dia suamimu, Gemma sayang. Its oke, kamu bisa jalani ini kok. Harry hanya ingin mengajakmu bulan madu. Dan setelah itu, aku berani bertaruh kalau kamu akan menikmatinya"

"Benarkah?"

"Iya"

Aku masuk ke mobil Harry yang sedari tad sudah menungguku. Harry menancapkan pedal gasnya, dan perlahan aku meninggalkan rumah yang bertahun tahun telah ku tinggali bersama Niall dan Barbara.

**

"Harry, kamu mau apakan aku?" tanyaku gelisah saat melihat Harry mulai membuka kancing bajunya.

"Hubungan suami istri lah, sayang"

"Apa? Aku belum siap!" omelku seraya berlari dari kamarnya.

Aku menangis. Berharap Niall atau Barbara ada disisiku. Aku bingung. Jujur saja, aku belum siap. Bagaimana kalau nanti aku punya anak? Aku takut Niall.

"Hei, sejujurnya aku nggak tau kenapa kamu kaku seperti ini. Anggap saja kita masih dalam hubungan kekasih" kata Harry tiba tiba membuyarkan kebingunganku.

"Aku berusaha. Tapi rasa takut ini tetap aja menghantuiku"

"Apa yang kamu takuti? Aku suamimu. Kamu nggak perlu takut karna aku nggak akan menyakitimu"

"Thank you Harry"

Aku kembali ke kamar dan seperti kata Harry. Kami menjalankan hubungan suami istri pada umumnya. Walaupun untuk pertama kalinya, aku berteriak cukup kencang karna sakit yang begitu dahsyat. Tapi lama kelamaan, aku menikmatinya. Ini tak seburuk apa yang aku kira. Harry. Dia sangat cute sekali. Aku beruntung telah memilikinya di akhir hayat hidupku.

Harry terlelap di atas tubuhku. Aku mengelus rambut kritingnya itu lembut. Sesekali ku usap kepalanya sebagai tanda kalau aku benar benar menyayanginya. Tak lama setelah Harry tidur, aku juga tertidur.

**

Keesokan paginya, aku tak melihat Harry. Kemana dia? Aku mencoba mencari ke dapur. Dan benar, dia sedang masak.

"Hi sayang kamu udah bangun? Aku buatkan makanan untukmu" ucap Harry seraya melempar senyumannya itu ke arahku. Aku menghampirinya yang sedang asyik mengaduk terigu.

"Sini aku bantu" kataku seraya mengambil alih adonan tepung itu. Harry menyiapkan panci, entah apa yang mau dia masak pagi ini.

"HAAA. KENA KAMUU" pekiknya seraya melempar sebuah adonan tepung.

"AAAH!! Dasar kamu Hazza! Akan ku balas" aku berlari mengejarnya dan melempar beberapa adonan tepung ke arahnya. Hanya beberapa yang kena. Dapur itu berantakan seketika. Bahkan semua bahan yang sudah Harry siapkan, kami jadikan senjata untuk menyerang satu sama lain.

"Aku dapat kamu! Haha" kata Harry seraya menggendongku. Aku tertawa puas. Ia menyandarkanku di tembok.

"Satu hal yang perlu kamu tau. Aku mencintaimu lebih dari apapun" bisiknya.

"Aku juga Haz"

Kami berciuman. Pagi ini berantakan. Tapi sangat menyenangkan untuk sepasang suami istri baru ini. Harry menyempurnakan hidupku. Benar kata Niall. Kejadian ini membuatku menikmatinya. Aku dan Harry tinggal di UK, negara kesukaan Harry. Kenapa dia memilih UK? Karna pertama, disini adalah tempat kelahirannya. Kedua, disini orangnya ramah dan penyayang. Dan terakhir, tempat ini dijuluki tempat paling romantis. Membuat pasangan akan selalu bahagia.

Kalau kalian melihat bagaimana kisahku dengan Harry, kalian tak akan bisa bayangkan bagaimana indahnya kisah kami. Kami ukir kebahagiaan kebahagiaan bersama. Dia sempurna untukku. Harry sempurna di mataku.

THE END.

Noted:

Hai gimana ceritanya? Komentar please? Maaf kalo garing/absurd/apalah. Tapi aku bikinnya susah payah banget lho. Bela belain banget buat selalu lanjutin cerita ini. Semoga kalian suka ya! Dan satu hal yang dari pertama udah berkali kali aku tulis di bagian 'noted' adalah.... JANGAN LUPA VOMMENTSSSSS.

Udah itu ajaa nggak pake epilog yaa ceritanya udah end😁 BACA CERITA AKU YANG BARU NANTI YAH! Judulnya 'Before'.

Makasih banyak buat yang udah vote ceritaku dari awal, dan komentar. Aku hargain! Makasih makasihhhh.

----------

Bye.

SISTER [njh.hes//COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang