Hari Minggu merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh rakyat dunia. Begitupun Anna. Gadis itu bisa dengan bebasnya tidur sampai siang--yang mana malah membuatnya seperti sedang gladi resik meninggal karena tidak bangun-bangun.
Tetapi kali ini berbeda, dia harus rela acara tidurnya terganggu oleh sang Mama yang menyuruhnya mengantarkan oleh-oleh untuk Nadira--Ibunda Kenziano.
Beberapa hari yang lalu Amel memang ikut Bayu perjalanan bisnis. Biasalah pengantin baru, ya walaupun sudah pernah menikah dahulu. Anna beserta Alena tidak mempersalahkan jika Amel ikut Bayu kemana pun Bayu pergi bahkan Anna sangat senang jika Mamanya tidak di rumah. Itu berarti dia bisa dengan bebas pergi bersama Kenziano.
Dan seperti ibu-ibu pada umumnya: kemanapun pergi, pulangnya wajib membawa oleh-oleh. Kalau sudah seperti ini Anna lah yang akan menjadi jasa delivery dadakan.
Di sinilah dia berada, di depan pintu rumah keluarga Adiatama. Merapihkan rambut kemudian tangannya terangkat mengetuk daun pintu. Pintu pun terbuka, senyum yang terpatri di wajahnya kini hilang secara tiba-tiba. Mengamati orang itu dari atas sampai bawah secara tajam.
"Ngapain lo di rumah calon mertua gue?" Kalo sudah seperti ini Anna tidak bisa beramah-tamah lagi.
"Gue ada tugas kelompok sama Ken," ujar Bianca tenang.
Sialan! Kurang waras apalagi cewek ini? Mengerjakan tugas kelompok di jam 9 pagi? Ini tidak masuk akal. Di zaman sekarang mana ada orang yang mau mengerjakan tugas kelompok di jam segini! Anna jadi penasaran si nenek lampir ini datang jam berapa.
"Tugas kelompok? Sepagi ini?" Ini termasuk pertanyaan menyindir.
"Loh, ada masalah? Selagi Tuan rumah mengijinkan untuk masuk kenapa nggak?"
Anna menatap geram pada Tante Kunti di depannya ini. Lihat saja Anna tidak akan membiarkan Bianca menyalip dan merebut Kenziano.
"Ya udah, minggir dong lo, malah ngalangin jalan gue." Anna berjalan sembari menabrak bahu Bianca. Membuat Bianca geram melihat Anna.
"Bisa-bisanya Kenziano mau sama perempuan seperti itu!"
Anna berjalan menuju dapur di mana Nadira berada. Gadis itu sudah sangat hafal apa saja yang dilakukan keluarga Kenziano saat weekend di jam segini. Dan benar saja Ibunda Kenziano ada di sana entah sedang membuat apa.
"Assalamualaikum Bunda Nadira yang cantik," sapa Anna.
"Waalaikumsalam, eh, menantu Bunda. Dari kapan?" Nadira mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menghampiri Anna.
"Baru Bun, ini Mama minta Anna nganterin ini." Anna menunjukkan apa yang dibawanya dan menyerahkannya pada Nadira.
"Ya ampun, Mama kamu repot-repot banget pake nganterin ini segala. Pasti habis ikut Papa mu pergi, ya?"
"Biasa deh, Bunda kayak nggak tau Mama aja sekarang gimana. Lama-lama juga ngelamar jadi sekretaris Papa,"
Nadira tertawa, meletakkan pemberian Anna di atas meja. "Bilang Mama makasih, ya."
Anna mengangguk sambil memberikan kedua jempolnya.
"Om Ramzan kemana, Bun?" Walaupun sudah merubah panggilan untuk Nadira menjadi Bunda tetapi Anna masih canggung jika merubah panggilannya untuk Ramzan--Ayah Kenziano.
"Biasa lagi bangunin pacarnya," Anna tertawa mendengar ucapan Nadira. Pacar yang dimaksud adalah Audy--anak bungsunya sekaligus adik Kenziano. Gadis yang sangat dekat dan manja oleh Ayahnya itu membuat sang Bunda sering kali merasa cemburu.
"Bun, tadi yang bukain pintu temennya si Abang dia dateng sendiri?"
"Nggak, ada beberapa temannya yang lain juga, cowok tiga, cewek satu."

KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name Of Love 2
Teen FictionBeberapa orang mengatakan bahwa "Mempertahankan jauh lebih sulit daripada mendapatkan." Lalu, apa jadinya jika Annabela Roselani dihadapkan kenyataan seperti itu? Sanggupkan Anna mempertahankan cintanya? Bukan hanya cinta Kenziano melainkan juga cin...