BAB 13

2.6K 309 46
                                        

Anna sudah memantapkan dirinya. Bahkan tekatnya sudah bulat untuk mendatangi Elvan dan meminta maaf serta berterima kasih karena cowok itu sudah membantunya ketika ia pingsan.

Mata gadis itu terus mengawasi Elvan yang sedang memalak beberapa siswa di depan pintu gerbang sekolah.

"Ck, gimana gue mau minta maaf kalo kelakuan dia aja bikin tangan gue mau melayang ke mukanya."

"Positif thinking aja lah, mungkin dia kekurangan uang jajan sampe malakin anak orang," Celetuk Lisha yang berasa di sebelah Anna.

"Jadi gimana nih, lo mau minta maaf apa nggak?" Rosa mulai menggerutu kesal pasalnya sudah sedari belum pulang sekolah berbunyi hingga sekolah mulai sepi tetapi tetap tidak ada pergerakan apapun dari Anna.

"Lo berdua denger ini baik-baik." Anna menghadap kedua temannya itu, "gue mau minta maaf dan berterima kasih karena gue berhutang budi aja sama dia bukan karena rasa gedek gue sama dia udah ilang, ok?"

Sekarang Lisha dan Rosa yakin jika Anna adalah perempuan sejati. Pasalnya hanya untuk mengucapkan kata 'Terima kasih' dan 'maaf' saja gadis itu gengsi--ciri khas perempuan sekali.

"Ya udah cepetan sana." Usir Rosa sembari mendorong punggung Anna.

Anna mendengkus, kakinya berjalan menuju Elvan berada. Sebelum benar-benar sampai di hadapan Elvan gadis itu membalikkan badannya, menghembuskan napasnya. Entah mengapa kali ini sulit sekali Anna meminta maaf dan berterima kasih.

"Tenang Anna, lo cuma minta maaf bukan minta dinikahin. Kalem aja," Ujar gadis itu menyemangati dirinya sendiri.

Kemudian gadis itu kembali membalikkan badannya. Dan kembali mendekat pada Elvan, lalu berhenti tepat di belakang punggung Elvan.

"Ehemm... " Anna berdeham cukup keras untuk menarik perhatian Elvan.

Mendengar suara dari belakang punggungnya cowok itu lantas berbalik, menatap Anna dengan kerutan di dahinya. Untuk apa gadis yang sudah seperti rivalnya itu menemuinya?

Mata Anna mengisyaratkan Elvan untuk mengusir adik kelas yang berada di belakang Elvan. Hal itu sontak langsung cowok itu lakukan.

"Udah sana pergi, hari ini lo selamat!" Usir Elvan yang langsung saja membuat orang itu lari terbirit-birit.

Elvan kembali memusatkan perhatiannya pada Anna sambil memasukan kedua tangannya pada saku celana. "Ada apa?"

Kali ini Anna menelan salivanya, tenggorokannya mendadak terasa kering.

"Gue..., " Sial, kenapa tiba-tiba sulit sekali untuk berbicara?!

"Maaf dan makasih." Ujar gadis itu dengan satu tarikan napas dan intonasi cepat serta kurang jelas.

Hal itu membuat Elvan mengerutkan dahinya bingung.

"Lo ngomong apa sih?" Tanya Elvan yang benar-benar tidak mendengar ucapan Anna.

Anna berdecak, "makanya kalo lebaran tuh beli korek kuping jangan beli baju!" Sudah susah-susah dia mengatakannya tetapi si Elvan malah tidak dengar.

"Lo-nya aja ngomong kayak orang kumur-kumur," Balas Elvan sewot.

"Lo--" Anna baru hendak membalas ucapan Elvan terhenti karena teriakan Rosa.

"Anna, cepetan kek. Kaki gue udah pegel ini!"

"Iya-iya, sabar!" Balas Anna berteriak.

Anna menatap Elvan serius. "Lo dengerin ini baik-baik,"

Gadis itu kembali menyiapkan mentalnya. Menarik napas, lalu menghembuskannya setelah itu gadis itu pun berujar "gue mau minta maaf karena udah nuduh lo yang nggak-nggak sewaktu di UKS, gue juga minta maaf sama perlakuan gue selama ini. Tapi itu semua juga salah lo sih, kenapa jadi cowok ngeselin banget?! Dan..., makasih udah nolongin gue."

In The Name Of Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang