Hanya butuh waktu dua hari untuk Anna memulihkan tubuhnya. Bagaimana tidak jika yang merawat dan menjaganya saja cowok setampan Kenziano? Bahkan cowok itu rela menginap di rumah Rosa demi memastikan bahwa kekasihnya itu makan dengan teratur.
Hari ini Anna kembali ke sekolah tentunya diantar oleh sang kekasih. Bahkan pagi-pagi Kenziano sudah datang ke rumah Rosa untuk memastikan kali ini Anna tidak melewatkan sarapannya.
Saat ini gadis itu menyenderkan kepalanya pada punggung Kenziano yang sedang fokus mengendarai motornya. Cowok itu bahkan menyuruh Anna menggunakan jaket katanya angin sedang tidak bagus untuk Anna. Padahal biasanya tidak apa-apa, dasar Kenziano saja yang berlebihan.
Jika sedang seperti ini ingin rasanya ia meminta Kenziano untuk membolos bersama. Tentu saja itu tidak akan mungkin terjadi, mana mau Kenziano membolos yang ada cowok itu akan menceramahinya panjang lebar dengan tema 'Tidak baik membolos'.
"Udah sampai," Kenziano menepuk tangan Anna yang berada di perutnya.
Anna bergeming, ia masih nyaman di posisi seperti ini.
"Hei!" Cowok itu kembali menepuk tangan Anna setelah 5 menit gadis itu terdiam.
Dengan berat hati Anna turun dari motor. Berdiri tepat di samping Kenziano.
"Tadi aku udah masukin kotak bekal di tas kamu,"
Mata Anna terbelalak, segera membuka tasnya dan benar saja ada kotak berwarna biru di sana. Kapan Kenziano menaruhnya? Kok dia bisa tidak tau.
"Habiskan pokoknya," Ujar cowok itu lagi. "Aku sengaja minta Bunda masakin bekal lebih biar sekalian buat kamu,"
Anna mengangguk, dia paham betul dengan kegiatan Nadira yang setiap pagi membawakan bekal untuk Audy dan Ramzan. Sayangnya, putra sulung Nadira itu tidak pernah mau membawa bekal.
"Bilang Bunda, makasih banyak."
Kenziano mengangguk. Cowok itu melepas helm di kepala Anna. Menatap lekat wajah kekasihnya yang masih sedikit pucat.
"Kalo masih nggak enak badan hubungi aku, ya. Kamu masih pucet banget," dielusnya pipi Anna lembut.
Anna hanya mengangguk sambil memejamkan mata menikmati elusan Kenziano. "Kamu jangan terlalu manis gini kek nanti aku diabetes."
Ucapan Anna itu membuat Kenziano tertawa.
"Kalo udah gini aku makin yakin kalo kamu udah sembuh," Sekarang gantian Anna yang tertawa.
Kenziano menatap jam di pergelangan tangannya. Sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi.
"Udah sana masuk sebentar lagi bel."
"Kamu hati-hati di jalan, ya. Makasih buat bekal dan sarapannya."
"Sama-sama, Princess." Balas Kenziano sambil tersenyum.
"Apaan sih Princess, Princesss, ewhhh banget dengernya."
"Loh, kan biar kayak orang-orang gitu."
"Ihh, nggak mau aku. Alay,"
Kenziano tertawa sambil mengacak-acak rambut Anna.
"Ih, jadi berantakan!" Dumel Anna.
Kenziano berdecak, "tinggal dirapihin lagi,"
"Udah ah, aku mau masuk."
Kenziano menahan tangan Anna,
"Tunggu dulu,""Apalagi? Nanti aku telat,"
Tanpa banyak berbicara cowok itu menarik lembut tangan Anna dan membawa gadia itu mendekat. Dipeluknya Anna dengan erat sambil menghirup aroma shampo pada rambut Anna.

KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name Of Love 2
Teen FictionBeberapa orang mengatakan bahwa "Mempertahankan jauh lebih sulit daripada mendapatkan." Lalu, apa jadinya jika Annabela Roselani dihadapkan kenyataan seperti itu? Sanggupkan Anna mempertahankan cintanya? Bukan hanya cinta Kenziano melainkan juga cin...