BAB 5

4.7K 482 18
                                        

Dengan kepala menunduk serta tangan yang memijit pelipisnya. Kenziano selalu dibuat pusing dan khawatir dengan tindakan Anna. Gadis itu selalu ceroboh dalam bertindak, dan yang terjadi saat ini ialah dia mendiamkan Anna karena kejadian semalam. Setelah mengantarkan gadis itu pulang Kenziano tidak lagi mengatakan apa-apa bahkan tidak mengucapkan 'selamat malam' seperti biasanya. Cowok itu juga tidak mengirimkan Anna pesan bahkan sampai pagi ini.

Kenziano tahu jika Anna mempunyai kemampuan bela diri tetapi tetap saja hal itu malah semakin membuat Kenziano tambah was-was dengan Anna. Tidak sehari atau dua hari dia kenal Anna, bahkan bisa dibilang hampir selama hidupnya dia Bersama Anna. Cowok itu sudah sangat paham luar-dalam dengan Anna begitupun sebaliknya.

"Woyyy, Ken! Bengong aja lo, mikir jorok lo ya?" Kenziano tersentak ketika dua temannya datang dan ikut duduk dengannya. Saat ini ia sedang berada di kantin sambil menunggu jam mata kuliahnya yang terakhir dimulai.

"Mungkin masih mikirin kejadian semalem," salah satu temannya yang bernama Rudi ikut menyahut.

"Wahhh, kejadian apa tuh?" nada suaranya dibuat-buat seolah dia benar-benar penasaran. Kalau yang ini namanya Doni-cowok berkulit hitam dengan rambut yang keriting.

"Pura-pura nggak tau lo." Rudi menoyor kepala Doni, "kan semalem malam jumat, waktunya sunnah Rasul."

Doni terbahak ketika melihat kini giliran Rudi yang mendapatkan toyoran dari Kenziano.

"Mulut lo ya kalo ngomong sembarangan! Otak lo perlu disapu biar nggak ngeres." Bahkan Kenziano lupa jika semalam adalah malam jumat.

"Maksudnya itu baca Yasin! Ketauan banget lo nggak pernah ikut yasinan di Mesjid."
Kenziano hanya mendengus malas meladeni temannya.

"Kenapa sih mas bro keliatannya lagi ada masalah?" Tanya Doni.

"Nggak ada,"

Akhirnya kedua teman Kenziano menyerah karena sudah paham dengan watak temannya itu seperti apa. Ciri khas laki-laki sekali-memendam sendiri masalahnya dan menyelesaikannya tanpa banyak bicara.

"Hai Ken," Kenziano menghela napas mendengar panggilan itu.

"Hai Bianca, kok si Kenzi doang yang disapa, kita berdua nggak nih?"

Bianca terkekeh kecil mendengar godaan Doni.

"Hai Doni, Rudi." Bianca kembali menatap Kenziano, "gue boleh gabung?"

"Ya boleh dong, cewek cantik pamali duduk sendirian," lagi-lagi Doni yang menanggapi.

"Modus terusss."

"Ya namanya juga usaha, Rud." Ujar Doni sambil tertawa.

"Temen makan temen lo, Bianca sukanya kan sama Kenzi, iya kan Bi?"

"Apasih kalian." Balas Bianca dengan raut wajah malu-malu-yang sumpah demi apapun jika Anna melihatnya pasti dia akan menyiramkan air panas ke wajah Bianca.

"Gosip mulu lo berdua." Kenziano bersuara. Teman-temannya di kampus memang banyak yang mengetahui jika dirinya usdah memiliki pacar bahkan masih bisa diitung jari yang mengetahuinya.

"Abisan lo tuh ya cewek secantik Bianca dianggurin. Bi, kalo Kenzi nolak gue mau kok gantiin posisi Kenzi." Doni berujar sambil menopang dagunya dan mentap Bianca dengan tatapan yang menggelikan.

"Ya jelas nolak lah, Kenzi kan udah punya cewek,"

"Hah? Serius lo, kok gue nggak tau?"

"Lo aja yang kudet. Dia pernah dibawa ke acara ultah lo kan, Bi? Nggak kalah cantik juga Don, degem gitu." Rudi bahkan masih ingat wajah cantik Anna ketika Kenziano membawanya ke acara ualng tahun Bianca.

In The Name Of Love 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang