"KARNA GUE SAYANG SAMA LO KAK!! GUE GAK MAU LO KENAPA-NAPA. NGERTI GAK SIH?!!".
Bentakan Lisa justru membuat Rimba tersenyum. Ia akhirnya tahu jika Lisa juga sayang padanya. Rimba terkekeh melihat wajah marah gadisnya. Yah, Lisa adalah gadisnya. Walaupun belum seutuhnya.
Lisa justru mengutuk mulutnya yang sangat laknat itu, ia sangat ceroboh. Rimba langsung memeluk tubuhnya, membuatnya sedikit terkejut.
Lisa justru tidak menolak dan malah diam di pelukan Rimba, ia bisa mencium aroma coklat khas tubuh Rimba.
"Makasih karena udah sayang sama gue. Makasih karena lo udah nyelamatin gue. Gue juga sayang sama lo Lisa. Bahkan sekarang rasa sayang itu berubah jadi cinta. Maaf karena gak dengerin omongan lo. Gue janji akan terus dengerin omongan lo". Ucap Rimba lalu melepaskan pelukannya dan mencium pucuk kepala Lisa.
Lisa tersenyum manis membuat Rimba sedikit lega. Setidaknya sekarang ia bisa melihat gadisnya itu tersenyum. Rimba kembali duduk di kursi yang ada di samping brankar Lisa.
"Kak, lo udah makan?". Tanya Lisa melihat Rimba yang melepaskan tas yang sedari tadi bertengker di bahunya.
"Udah. Kalau lo?".
"Udah kok tadi".
"Dokter udah datang meriksa atau belum?". Tanya Rimba melihat cairan infus yang sedikit lagi habis.
"Udah. Kata dokter kondisi gue udah membaik, bahkan sangat baik. Dan dokter bilang setelah infus ini habis, gue udah boleh pulang". Ucap Lisa dengan gembira karena ia bisa pulang.
"Lo yakin mau pulang? Kondisi lo masih lemah Lis". Rimba menatap Lisa ragu.
"Gue udah sehat kali kak. Lagian cuma dipukul batu doang, gak bakal mati kan?". Ucap Lisa dengan polosnya.
"Lo bilang batu doang? Lisa asal lo tahu, gue udah hampir gila lihat kepala lo yang penuh darah waktu itu". Lontar Rimba yang terlihat benar-benar khawatir.
Entah kenapa Lisa merasa senang saat Rimba mengkhawatirkan nya.
"Gue dengar dari sahabat gue, lo nangis waktu bawa gue kesini. Beneran kak?". Tanya Lisa yang berniat mengejek Rimba.
Namun jawaban yang di berikan Rimba, justru membuat hatinya gugup dan senang.
"Iya, gue nangis. Itu karena gue takut kehilangan Lo. Lo gak tahu seberapa khawatirnya gue lihat lo gak buka mata, gue hampir mati berdiri Lisa!". Ujar Rimba sejujur-jujurnya membuat Lisa yang tadinya tertawa justru terdiam dengan perkataannya.
"Lo beneran cinta sama gue kak?". Tanya Lisa ragu.
"Apa harus gue lompat dari atas rumah sakit, terus bilang gue cinta sama lo? Biar Lo percaya hmm? ". Tanya Rimba serius, membuat Lisa sedikit merinding.
"Gak gitu juga kali kak. Gue bingung ajah, kok lo bisa suka sama gue? Gak ada yang spesial dari gue. Terus lo kok bisa suka? Bahkan sekarang cinta sama gue? Itu mustahil kalau gak ada alasannya". Ucap Lisa membuat Rimba tersenyum.
"Mencintai seseorang gak perlu memiliki alasan. Gue cinta sama lo, karena itu lo. Lo yang bisa buat hidup gue sedikit demi sedikit lebih bermakna, bahkan lebih berwarna. Dan gue harap lo emang ada di takdir gue. Kalaupun lo bukan takdir gue, seenggaknya gue pernah kenal sama gadis seperti lo. Kenal lo ajah itu udah buat gue senang, dan gue mau ngucapin makasih karena udah hadir dihidup gue. Karena lo gue bisa belajar mempertahankan seseorang yang berharga. Mungkin ini sudah terlambat, coba ajah gue dulu bisa bela diri gue, disaat semua orang nuduh gue. Mungkin orangtua gue gak bakal pergi untuk selamanya. Gue terlalu pengecut dulu, gue cuma diam disaat semua orang mojokin gue". Ujar Rimba.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SENIOR (OPEN PO)
RomanceRasa kagum pada sosok senior di sekolah, itu pasti sudah wajar. Hanya sebatas kagum, mungkin. Hanya itu. Laki-laki dengan tubuh tinggi dan tegap. Pakaian paskibra yang selalu cocok jika dia yang memakainya. Matanya yang akan tertutup bila tertawa le...