Chapter III : Silent Radio Case (0.2) Part. 1

463 44 4
                                    

(Sumber : Pinterest )

****
Chapter sebelumnya...

"Lave, sebaiknya kau berhati-hati. Psikopat gila itu... dia melancarkan aksinya lagi! Dan... yang menjadi targetnya adalah... "

'Kenapa... kenapa harus disaat seperti ini?! '

================================

Niat hati hendak bermalas-malasan karena akhirnya bisa diam dirumah, tanpa harus pergi berdesakan dengan orang-orang kaku diluar. Hinata mengurungkan jeritan batinnya yang memintanya untuk tinggal saja dikamar. Bahkan jika bisa pun begitu, ada suatu yang harus diselesaikannya dulu. Baru bisa santai... atau tidak sama sekali.

Dibacanya kembali pesan yang dikirim Obito-san semalam. Ah... kapan sih orang gila ini tertangkap! Jika sejak dulu Hinata bisa memecahkan kode yang dikirim padanya secepat mungkin, bisa dipastikan akan banyak nyawa yang terselamatkan pada saat itu. Namun kenyataannya... Tidak ada satupun sandera yang selamat, tim yang dipimpinnya waktu itu tertinggal selangkah dan pembunuh berhasil melarikan diri.

'Lihat saja kau! Tak akan aku biarkan rencanamu berhasil kali ini. Tidak, tapi selamanya. ' batin Hinata sambil menatap pantulan wajahnya pada cermin.

Setelah dirasanya cukup, Hinata keluar dari kamarnya. Mengalungkan tas dibahu dan syal abu-abu pada lehernya. Kini, dia siap pergi menemui seseorang informan rahasianya. 

***

"Etto... disini? " ujar Hinata, setelah beberapa saat yang lalu kebingungan dengan tempat yang ditujunya. Oke... mari mundurkan waktunya lima belas menit yang lalu.

Selama perjalanan menuju halte bus, tidak ada hal yang menarik perhatian sebenarnya. Entah itu para pekerja yang tak henti-hentinya tersenyum dan menawarkan barang-barang yang mereka jual, ahh Hinata tidak yakin pegawai-pegawai itu senang sekali dengan pekerjaannya. Oke abaikan saja itu, mari fokus pada tujuan.

Menurut alamat yang didapatnya dari hasil penyusupannya dua tahun lalu, disekitar pinggir kota Kyoto ada warnet yang sudah lama beroperasi. Pengelola yang menjalankan bisnis itu 'katanya' adalah mantan dari angkatan bersenjata. Dan seharusnya orang tersebut tahu tentang Silent Radio.

Tapi... kenapa firasat buruk yang dirasakannya dari rumah sampai tiba dihalte bus makin menguat? Apa ini? Tidak mungkin kan pelaku melakukan aksinya secepat ini?

"Eh? Haaah... " seorang disebelah kiri depan Hinata gemetaran, tangannya terangkat dan berhenti. Menunjuk ke depan tanpa menormalkan ekspresi wajahnya yang shock. "M-mayat! Ad-ada ma-ma-mayat disitu! " serunya heboh, menunjuk takut pada sosok pria yang terduduk dengan posisi kedua tangan terikat dasi.

Dan warna kulit yang sudah membiru pucat, tidak salah lagi. Itu mayat! Ck...! Dasar psikopat gila! Hinata bergerak maju, mendekati pria yang pertama kali menyadari ada mayat disana. "Tuan, panggil NSA. Cari tempat yang teduh dari sini dan tenangkan diri anda disana. Apa anda bisa bekerja sama? " tanya Hinata setenang mungkin, pria itu tidak banyak tanya. Dia melakukan permintaan Hinata sembari menenangkan diri tak jauh dari halte bus.

Sial... jika begini cara yang digunakan pelaku pada korbannya. Bukankah ini mencolok sekali? Hinata meletakkan tasnya disisi kiri halte bus, lalu mengeluarkan gulungan pita kuning dan mengaris area yang kini, telah menjadi TKP. Untung saja daerah yang dilewatinya ini tidak banyak orang, bisa gawat jika ada pengguna transportasi umum yang masuk dan merusak tkp. Selesai mengamankan daerah tkp, Hinata mengambil sarung tangan karet dikantong jaketnya.

Lalu memulai pemeriksaan terhadap mayat itu. Dari yang diamati, pelaku sepertinya diserang sepihak. Itu terbukti dengan adanya luka pada bagian pelipis, lalu pelaku membawa korban menuju tempat lain dan mulai mengeksekusi korban dengan mencekik lehernya sampai patah. Astaga... Hinata beralih pada bagian tubuh yang lain, dan menemukan satu id card yang tergeletak tak begitu jauh dari tubuh mayat itu.

"Uchiha?! " Hinata hampir saja lupa kalau dia ada ditempat umum, bisa gawat jika ada orang lain yang dengar kalau dia teriak. Astaga... bagaimana sekarang? Apa dia harus diam disini dan menunggu tim NSA datang? Mana mungkin begitu! Ohh ayolah...

"Yang benar saja...! Bisa kena masalah aku lama-lama diam disini. " sahut Hinata segera mengemas barang-barangnya, dirinya lupa kalau tangannya masih mengenggam id card tersebut dan tak sadar memasukannya ke dalam tas ranselnya. Apapun yang terjadi dia harus cepat pergi dari sini!

"Tuan! Maaf karena tidak bisa menemani anda, saya sedang buru-buru. Jika orang-orang dari NSA datang dan menanyakan siapa yang memasang pita kuning disana, katakan saja ada seorang mahasiswi sedang bersama anda. Dan ini, nomor telepon sata. Jika ada sesuatu yang terjadi, tolong hubungi saja nomor ini."

"Hontōni gomen'nasai...!" tanpa menunggu respon dari pria itu, Hinata pergi dari sana. Dan bertepatan setelah kepergian gadis bersurai indigo itu dari sana, divisi satu dari NSA datang. Lengkap dengan tim forensik, dan juga para polisi.

Kembali dimana saat ini Hinata berada...

Setelah bertanya pada beberapa orang yang tinggal di daerah sana, gadis itu sampai di tempat tujuannya. Warnet yang disebutkan didalam alamat itu benar sama dengan ciri-ciri warnet yang ada didepannya.

Hinata sampai membaca lima kali alamat tersebut, memastikan bahwa dia benar-benar berada ditempat tujuannya. Dipastikan nya lagi sekitar, jaga-jaga jika ada yang memata-matainya. Serasa yakin untuk masuk, Hinata melangkah maju menuju warnet tersebut tanpa melonggarkan sedikitpun kewaspadaannya pada sekitar.

 =

=

=

=

=

=

Mission Accomplished

=

=

=

=

=

=

Sementara di tempat penemuan mayat.. 

Seorang pria berambut pirang cerah itu mendekati tkp yang sudah digarisi pita kuning. Dan bukan itu saja... kelereng biru laut itu menemukan satu jepit rambut...

"Komandan, kasus ini sama seperti kasus dua tahun yang lalu..." sahut seorang pria mendekat pada pria pirang. "Maksudmu, Dan? " tanya pria itu tidak paham dengan penjelasan anak buahnya.

"Apa Komandan ingat dengan kasus pembunuhan yang terjadi di distrik Osaka dua tahun yang lalu? Tentang kasus yang melibatkan anak dari pemimpin besar dari Klan Uchiha..." jelas Dan. Dia adalah anak buah yang pengertian. Terlepas dari senyuman palsu yang sering disalah artikan banyak orang lain. Dia adalah seorang pengingat yang baik.

"Apa hubungannya kasus itu dengan kematian orang ini, Dan? " Dan tidak yakin pemikirannya ini akan dianggap sebagai bualan belaka atau serius, tapi dia juga tidak bisa sembarangan mengatakan apa yang ditemukannya dengan mantan ketuanya dulu.

"Ini kasus yang gagal saya dan Ketua dulu selidiki... "

"Gagal? Kenapa bisa begitu? " dia baru mengetahui satu fakta baru dari mantan anak buahnya. Dan itu fakta itu tidak pernah disampaikan siapapun padanya...

"Pembunuhan yang mengunakan gelombang radio, atau biasa ketua Lave sebut sebagai 'Silent Radio'"

- TBC -

Hmm... Saya tahu kalian bisa nebak gimana cara pelaku ngebunuh korbannya dengan gelombang radio :D kalau bisa kasih teori-teori tulis di komentar ya!

See you next part 2 😘

Bye~ 😀👋

Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang