Chapter IX : Open Wounds Again

260 30 1
                                    

Happy reading ^_^

================================

Ke esoknya, Hinata berniat memeriksa kondisi kesehatannya. Perlu diingat, Hinata mengalami gangguan tidur semenjak usianya 16 tahun. Ya, dimasa dirinya baru memasuki jenjang SMA.

"Tidak ada yang janggal dari pemeriksaan kali ini, Nona Hinata. Apa anda mengonsumsi obatnya setiap hendak tidur? Atau perlu saya na--" "Tidak. Terima kasih. Cukup obat itu saja, jangan tambah lagi dosisnya." sela Hinata cepat, tak mau menambah stock obat penenang lagi dikamarnya.

Sara, selaku dokter yang telah lama kenal dengan pasiennya ini mendesah pelan. "Nona Hinata. Anda tahu, kan? Insomnia yang dialami semua orang tentu tidak semuanya sama. Saya tahu saran yang kami berikan tidak sepenuhnya bisa membuat ketergantungan anda pada obat penenang berhenti. Tapi… tolonglah setidaknya coba perbaiki jam tidur anda. Sebagai dokter dan juga orang yang kenal anda dari lahir, saya benar-benar tidak ingin kesehatan Nona terganggu. " ungkapnya memberi nasehat, layaknya seorang ibu yang menasehati anaknya karena pilih-pilih makanan.

Namun… tidak ada respon positif dari pasien, gadis didepannya ini tidak akan merespon apapun selama itu berhubungan dengan keadaan tubuhnya. Hinata tahu Sara mengkhawatirkan dirinya. Dia juga tahu insomnia yang dialaminya makin memburuk belakangan ini dan itu terlihat jelas sekali dibawah matanya. Lingkar samar berwarna merah agak gelap, seminggu ini sudah bertahan disana.

Bahkan, efek make up pun tidak membantu menutupi seluruh lingkar hitam itu. Hah… rasanya, Hinata ingin melempar apapun ke orang karena je lingkaran hitam itu. "Ya, akan aku coba nanti malam. Terimakasih sudah memeriksaku. "

Selepas keluar dari ruangan Dr. Sara, Hinata berniat mampir sebentar ke mini market terdekat. Karena buah-buahan yang ada dirumah habis, jadi Hinata ingin membeli. Sekalian lah cari-cari perlengkapan pribadi.

Tetapi baru beberapa langkah setelah lorong, dilobi tunggu. Orang-orang yang berkunjung atau kerabat pasien-pasien yang dirawat tengah heboh dengan acara pada layar digital besar di tengah ruangan itu.

'Breaking news!

Pemimpin muda dari keluarga Hyuga mengumumkan akan melangsungkan pernikahannya pada awal bulan di musim semi mendatang. Bla bla bla... '

Hinata yang juga mendengar tentang kabar itu menatap lamat wajah seorang pria muda dengan surai coklat panjangnya. Wajah yang tidak pernah dirinya lupakan, bahkan sampai sekarang.

"Ditengah kabar yang simpang siur, kau benar-benar membuat para wartawan kewalahan. Dasar penipu licik…" gumamnya pelan sembari menyalakan ponselnya dan mengambil gambar.

'Kita lihat siapa yang kali ini akan kewalahan. Aku atau… Nii-san? '

-
-
-

-
-
-

Mission Accomplished

-
-
-

-
-
-

Terik matahari diluar mau tak mau membuat beberapa orang menutup bagian atas kepalanya karena sengatan ultra violet itu tidak baik. Apa lagi dipertengahan bulan menjelang musim semi.

Ya, walau cuacanya masih relatif sejuk ketimbang panas. Tetap saja tidak baik membiarkan kulit terkena langsung. Hal itu kini, sedang dirasakan oleh Ino.

"Huft~ jika tadi kita tidak pergi buru-buru, aku masih bisa membawa payung. Dan… kenapa kalian berdua malah berdiri disana?" gadis itu mengipasi wajahnya dengan tangan, tapi atensinya pada kedua kawannya tidak teralih. Bahkan kini, menunjuk dia ikut bergerak mendekat.

Mana mau dia lama-lama berdiri dibawah siraman matahari, meskipun sekarang sedang musimnya flu dan batuk. Ino tidak ingin dirinya malah sakit, apa lagi musim sudah mau berganti.

"Salah mu sendiri, kenapa harus berlama-lama didepan cermin padahal kau tetap terlihat bagus dengan pakaian apapun. Krauk… " celetuk Chouji kalem, anteng sembari memakan cemilan asin.

"Bukannya yang membuat kita terlambat itu karena Shikamaru yang lambat bangun! Jangan salahkan aku, karena perempuan itu perlu waktu untuk bersiap-siap. " sahut Ino tidak mau kalah, enak saja melempar kesalahan padanya.

Sedangkan yang ikut terseret dalam pertikaian antara keduanya menghela nafas... Keduanya bahkan tidak sadar orang-orang sudah menunjukkan rasa risih pada mereka.

"Ka--" ucap Shikamaru yang terpotong karena kedatangan seorang wanita, mengalihkan pandangannya dari dua temannya itu.

"Maaf, kalian pasti sudah lama menunggu ya? Kita langsung saja kesana, aku yakin mereka akan memaklumi keterlambatan kit-- apa yang kau lakukan, Ino-san? " tanya wanita itu setelah atensi ungunya mendapati tangan gadis remaja itu hendak menjambak rambut pemuda yang tengah menikmati makanan asinnya.

"Menyebalkan! Hm. " sahutnya melenggang pergi, menjauh dari tiga orang yang menatap punggung mungilnya dengan ekspresi wajah berbeda.

Hinata lupa kalau anggota timnya ini masih anak-anak berusia 14 tahun. Jadi, wajar saja tingkat kelabilannya naik turun. Ya, namanya juga anak remaja…

Chouji yang tahu dia yang membuat Ino merajuk, bergegas pergi menyusul gadis itu. Meninggalkan Shikamaru dan wanita muda disana dengan suasana canggung.

Bukan Hinata yang canggung, tapi Shikamaru. Pemuda itu menetralkan rasa segannya itu dengan mengelus tengkuknya. Bisa-bisa dia tidak nyaman dengan situasi saat ini...

"Lave-san, apa tadi an- maksudku kau melihat berita yang disiarkan pada layar besar disana? " tanya Shikamaru membuka percakapan, Hinata menoleh dari ekor matanya.

"Ya... Begitulah. " balasnya singkat, Shikamaru tidak tahu apa yang menimpa pemimpin barunya ini. Tapi, satu hal yang dirinya ketahui dari pemberitaan media tersebut.

Ada perseteruan internal antara keluarga utama dan tengah, dan itu… melibatkan banyak orang.

Termasuk ketuanya…

- TBC -

19/03/2022

Huh~ niatnya mau kemarena update... Tapi malah kelupaaan 😅

Okelah semoga suka 😘
Bye-bye~ 😊👋

LigHt_oRIoN 🌿🍀🍃

Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang