Chapter XIV : Disclosure...

244 19 4
                                    

Mari bantu lapak ini biar tembus 1k mata guys! Ingat, pencet tanda ⭐ nya.

Enjoy to the story… ≧▽≦y
================================

Helaan nafas panjang dihembuskan mereka bersamaan dengan perginya dua anggota Akatsuki, nyaris dipepet kematian. Untung saja, Obito lekas kembali ke mobil dan menyeret ketiganya keluar dari sana sebelum peluru-peluru itu menggilas tanpa ampun.

Jadi, poin utamanya disini sekarang hanya satu. "Bukannya AO bergerak rahasia? " tanya Ino, memutus keheningan diantara tiga laki-laki didekatnya. Chouji menjawab dengan gelengan pelan, dia juga tidak mengerti mengapa organisasi tak resmi itu tiba-tiba muncul dan menyerang mereka.

"Entahlah. Lebih baik lupakan itu dulu, Ino coba cek lagi tabletmu rekaman cctv. Aku yakin ada yang mereka lakukan disini.

Jika tidak, bukankah membawa senjata berbahaya seperti itu mengundang terlalu beresiko? Apa lagi ini kawasan perumahan. " terang Shikamaru, mencoba mencari tahu dulu apa tujuan Akatsuki dari penyerangan tadi.

Ngomong-ngomong soal penyerangan, sebelum mobilnya jadi samsak gratis peluru tajam itu. Matanya tak sengaja melihat sekelebat bayang pria berambut panjang dibelakang dua pria yang sibuk menembaki mobilnya.

Entah hanya salah lihat atau memang matanya menyadari ada orang disana, Obito tak akan menyangkal lagi. Karena sosok bayangan itu sama persis dengan pemimpin klan uchiha yang secara misterius menghilang.

'Jika yang aku lihat itu benar, sudah pasti mereka merencanakan sesuatu. Lave-san harus menghindar dari mereka! ' monolognya tanpa mengendorkan pendengarannya disekitar tempat mereka bersembunyi.

"Lave-san, kita harus menemuinya Obito-san. " celetuk Ino setelah berkutat pada layar digital didepannya.

Obito mengangguk, "benar. Kita harus cepat, firasatku mengatakan akan terjadi sesuatu yang buruk bila Akatsuki menargetkan Lave. " terangnya setuju, tapi raut mukanya tak selaras.

"Akan lebih baik, kalian tak perlu ikut mencari. Terlalu beresiko, malam juga semakin larut. Sebaiknya kalian bertiga bersembunyi dulu. Dan… aku yakin mereka, terutama pria pirang sint**ng itu tak akan melepaskan kalian dengan mudah. " lanjutnya jujur. Shikamaru paham, dia tanpa perlu dijelaskan lagi mengerti kenapa Obito melarang.

"Ini bukan masalah umur atau bisa tidaknya kalian. Meski sekarang, kita bisa lolos dari mereka. Tidak ada yang namanya kesempatan kedua. Menfaatkan waktu ini untuk mengumpulkan informasi, entah itu kasus SR atau yang lain. Aku hanya tak ingin Lave-san kehilangan sesuatu lagi, jadi mengertilah sedikit…" akhirnya dengan hembusan nafas panjang.

Sebagai rekan, jauh lebih baik dia menjaga keselamatan orang lain dari pada dirinya. Walau harus dibayar dengan nyawanya, tiga anak ini tak boleh terluka. Karena sumpah setianya sebagai pelayan negara adalah bagian berharga yang tersisa dari masa lalunya.

"Kami mengerti, Obito-san. Yang kami khawatirkan juga bukan Lave-san,  tapi kau juga termasuk. " terang Chouji mewakili dua temannya.

"Benar! Jangan pernah berpikir bahwa kami tak peduli padamu. Secara, kau sudah cukup lama mengenal Lave-san, jadi berhentilah mengatakan bahwa kau akan mati sebentar lagi. Itu tidak boleh! " timpal Ino, memicingkan matanya seolah memaksa Obito untuk keluar dari pola pikir pendeknya.

"Umur 14 tahun itu masih bisa berkembang, jadi Obito-san tidak boleh pergi dulu. Nanti yang jadi perwakilan mengambil rapor kenaikan kelas kami siapa? Lave-san jelas sibuk, dan satu-satunya yang kami kenal selain Lave-san hanya kau. Jadi…" jelas Shikamaru menjeda diakhir kata, yang tanpa diduga membuat Obito tak dapat menahan tawanya.

"Pft~ ha'i-ha'i, kalian bertiga ternyata lebih berisik dibandingkan dengan Hinata selama pelatihan. Aku akan berhenti berpikir seperti itu, tapi jika kita bisa bertemu lagi. Tanpa ada satupun dari anggota tubuh yang hilang. "

Karena tanpa tiga remaja itu tahu, Obito tak akan bisa menepati janjinya pada mereka…







Mission Accomplished…










Hinata mengintip dari persembunyiannya, lalu kembali lagi menatap pria dengan setelan jas serta rambut acak-acakan yang masih belum sadarkan diri sejak mereka bertabrakan.

Hinata heran, setiap kali berurusan dengan kasus pembunuhan. Entah kenapa selalu bertemu dengan kerabat pelaku. Entah harus menganggapnya keberuntung atau kesialan, toh pada akhirnya dia juga kena target pelenyapan.

Padahal kenal saja tidak, mengapa dia jadi ikutan dicurigai? Lagi pula, alibinya kuat. Lantas… apa yang pelaku inginkan dari orang tak bersalah sepertinya? Harta? Perusahaan? Kuasa? Kalau memang itu seharusnya mereka mengincar Kakaknya, Neji.

Tak ada manfaatnya bagi pelaku membunuh orang pengangguran. Ya, kan secara tak langsung cutinya dari toko serba-ada milik Hiruzen menandakan bahwa dia tidak lagi terdapter sebagai karyawan.

"Huh~ jika tak terikat peraturan pemerintah, sudah aku pastikan psikopat-psikopat itu membusuk dipenjara. " geramnya kesal, giginya ikut gemeletuk.

Setelah yakin bahwa tidak ada lagi orang disana, Hinata memilih istirahat sejenak. Jika ingin rencananya berjalan lancar, dia tidak boleh membawa perasaan pribadinya.

Lebih baik Hinata harus segera bergabung dengan Obito, dia yakin ke tiga anak itu baik-baik saja. Tapi…

"Bagaimana caraku menemui mereka? " itulah permasalahnya sekarang, Hinata tentu bukan tipikal orang tega yang meninggalkan seseorang. Apa lagi saat orang itu hilang kesadaran, mau ditaruh dimana wajahnya jika adiknya Hanabi tahu.

'Hanabi akan jadi seram jika tahu aku menelantarkan seorang yang membutuhkan bantuan, tapi masalahnya bukan itu! Disini tak ada seorang yang bisa dimintai pertolongan, tidak! Memang tak yang mau mengambil resiko jika sampai terlibat dan… hah~'

Sekeras apapun Hinata memikirkan jalan keluarnya, jalan itu selalu menuju kebuntuan dan waktu terus berjalan.

Saking sibuknya dengan segala kemungkinan, Hinata tak menyadari bahwa lelaki yang tak sadarkan diri itu perlahan terjaga. Dan hal pertama yang dilihat kelereng hitamnya setelah siuman,

"…S-siapa…?"

= TBC =

Nahh… ngarettttt (u_u), tapi udah up jadi ga bakal kena tag-- *dislepet Hinata karena kelamaan halu*

P. S

Minnal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin. Selamat hari Raya lebaran bagi yang merayakan ^^

🍀  LigHt_oRIoN

Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang