Tapak sepatu bergema memecah keheningan malam itu. Sang pemilik tak perlu repot-repot memikirkan nasib alas kakinya. Selama dirinya terus berlari, kedua benda itu tidak akan lepas. Kecuali jika kedua kakinya dipotong.
Beberapa rumah disinggahinya, berharap diberi tempat guna mengistirahatkan penat. Dari tiga rumah itu, tak ada satupun yang membukakan pintu.
Sementara di gelapnya malam, gesekan antara alas kaki dengan aspal basah memaksa kakinya untuk bergerak lagi.
Langit memantulkan cahaya bulan, sementara suhu, membawa angin malam itu tanpa perlu memperdulikan orang-orang yang mengeluh kedinginan.
Hah…hah…hah…
Deru nafasnya ditengah jalan, memaksa terus kedua kakinya untuk melangkah walau dia tahu tenaganya sudah mencapai batas.
Kumohon…
Terus berlari tanpa arah, apapun yang terjadi dirinya tidak boleh sampai tertangkap. Karena jika itu terjadi…
Aku akan mati! Siapapun… tolong!
Naas, sosok itu tidak menyadari bahwa bahaya lain tengah mengincarnya disisi lain jalan. Hanya menunggu waktu yang tepat, maka menghentikan langkah orang asing itu bukan lah hal yang mustahil.
"Nak. Sampai kapan kau berlari menghindar, hm? " tanya suara berat dari belakang. Entah bagaimana orang itu mengejar targetnya, tapi… sosoknya tak terlihat. Berbaur bersama gelapnya malam.
Tibalah sosok itu dipersimpangan jalan, meneleng kepalanya pada kekosongan disana. Tidak ada orang, entah apa yang sebenarnya terjadi dikota ini. Karena sejauh kelereng kelamnya mengobservasi, tak ada satupun makhluk hidup. Seperti layaknya sebuah kota mati…
Sial…h-ha-h!
Panik, dirinya tidak mengerti sama sekali kenapa hidupnya jadi target oleh seorang pria psikopat. Padahal pagi itu dia yakin tidak melakukan sesuatu yang membuat nyawanya dilanda bahaya.
"Percuma… kembalilah ke rumahmu dan lupakan saja--" sosok itu tak melanjutkan kata-katanya lantaran mata merahnya mendapati sang target bertabrakan dengan seorang wanita muda.
Wanita itu memandangi targetnya dengan tatapan heran bercampur curiga. "Hyuga-san/Lave! " seru suara dari belakang wanita itu.
"Kau beruntung, tapi… tidak ada lagi kesempatan untuk saat kita bertemu lagi… sampai jumpa, adikku. " dan sosok pria itu menghilang, bersama hembusan angin yang menerbangkan dedaunan dijalan.
Dan sang target terbaring, tenaganya habis, dan sebelum kesadarannya hilang ditelan kegelapan. Suara panik dari wanita yang ditabraknya menggema panik, hingga tidak lagi terdengar.
-
-
--
-
-Mission Accomplished
-
-
--
-
-Hening. Malam itu cukup membuat lima orang berbeda usia didalam mobil mengerutkan kening dalam.
"Sepi sekali, apa setiap malam memang selalu begini? " celetuk gadis yang berada dipinggir kaca, memecah keheningan yang sempat mengendap diantara kelimanya.
"Ini pinggiran kota, wajar sepi karena tidak ada yang mau repot-repot bergulat ditengah dinginnya suhu. " balas pria yang tengah fokus pada jalan.
"Apa kota besar seperti Suna selalu sunyi? Setahuku, pinggiran kota itu tempat terramai. " sahut pemuda disisi jendela kanan, tangannya sibuk memasukan keripik kentang. Sembari ikut memperhatikan kawasan yang lalui mereka.
"Menuru pandangan Lave-san, apa? Rasanya aneh karena tidak ada satupun kendaraan yang lewat, apa lagi orang dijalan." tanya pemuda ditengah, melempar pertanyaan pada wanita disamping pengemudi. Soalnya sedari mereka membahas 'jarangnya orang-orang diluar' membuat mereka penasaran dengan apa yang dipikirkan olehnya.
"Teror. " ucapnya pelan, dan ke empat orang yang mendengar itu kembali bungkam. Menghubungkan kejanggalan kecil dan mengaitkannya dengan jawaban sang ketua.
"Apa yang mendasari jawabanmu itu, Lave? Bisa saja, kan orang-orang menutup awal toko karena suhu tiba-tiba rendah. " tanya pengemudi itu tidak bisa menebak isi pikiran rekannya itu.
"Tidak, Obito-san. Ini bukan masalah cuaca yang kembali menurun, tapi… masyarakat disini tengah khawatir akan sesuatu. " sahutnya, masih mempertahankan jawabannya.
"Jadi, teror seperti apa yang bisa membuat orang-orang dipinggiran kota menutup diri dari turis? " timpal gadis pirang, ikut menyuarakan ketidak pahamannya.
"Pembunuhan…" sahut pemuda ditengah, menarik semua atensi pada dirinya.
"Oi Nara-kun, jangan memberi opini tak berdasar begit--" "benar. Teror yang memberi ketakutan pada penduduk pinggiran kota, dan membuat tempat terramai ini perlahan mulai ditinggalkan oleh para turis tidak lain adalah pembunuhan. " potong wanita itu melempar tatapan dingin pada luar jendela.
"Tapi…kenapa? " tanya si gadis pirang pelan, berusaha menyembunyikan keterkejutannya akan hipotesa sang ketua dan temannya.
"Apa kalian sejak awal tidak memperhatikan jalan? Toko-toko mulai jarang pengunjung, banyak yang menutup pintu dengan wajah muram. Ibu-ibu selalu cemas diambang pintu menunggu kepulangan anak dan suami. Oh dan satu lagi…" tanya wanita itu menyadarkan ke empat anggotanya awal kedatangan mereka tadi sore. Bahkan menjeda kelanjutannya yang makin menambah menipisnya oksigen jika saja tiga remaja itu tidak lupa untuk bernafas.
"Tidak adanya anak-anak lagi yang bermain ditaman. " seketika suasana memberat, tahu betul bahwa teror itu sudah mempengaruhi kehidupan sehari-hari para penduduk.
"Huft~ situasinya benar-benar mendukung. Sepertinya pelaku sengaja membuat mental penduduk disini perlahan hancur karena tidak mau kehilangan anggota keluarga. Egois. " ucap Obito pelan, tidak habis pikir akan tujuan pelaku.
"Itulah mengapa orang-orang yang melakukan kejahatan selalu mengincar mental korban, setelah mental itu hancur… maka tidak ada yang bisa dilakukan korban selain menuruti keinginan pelaku. " timpal wanita itu, bertopang dagu.
"Mengerikan. " sahut gadis pirang sembari memeluk dirinya sendiri. Pemuda disampingnya mendesah pelan, "jangan menjawab apapun saat bertemu orang asing, apa lagi jija orang itu menawarkan sesuatu. " ucapnya mengingatkan kedua temannya.
"Tenang saja!"
"Memangnya kau kira kami masih anak-anak sd? " sahut keduanya dengan reaksi berbeda.Beda halnya dengan dua orang dewasa didepan. Keduanya memandang jalanan dengan ekspresi wajah kaku, seolah mereka baru saja mendapat petunjuk baru. Tentang rumor yang membawa mereka untuk datang ke pinggiran kota.
- TBC -
Mimpi buruk atau dalam bahasa inggris disebut nightmare adalah suatu fenomena dimana saat tidur, seseorang mengalami kejadian buruk yang sebenarnya tak nyata dan membuat orang tersebut tidak bisa beristirahat melanjutakan tidurnya dengan nyaman.
Bagaimana menurut kalian? Tambahkan disini!
See you next week ^_^//
Bye-bye ~ 😄👋LigHt_oRIoN_🌿🍀🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]
Misteri / Thriller{Mystery, romance, comedy, criminalcase, puzzles} ***[Jika menemukan typo, atau ada kata yang kedouble mohon dimengerti. Karena author juga manusia biasa :')]*** ***** Hyuga Hinata, gadis biasa yang kesehariannya bekerja sebagai penjaga kasir di tok...