-
-
-
-===============================
Hening. Padahal jalanan didepan tengah dipenuhi dengan teriakan klakson mobil, dan jeritan amarah pengendara mobil yang tak habis-habisan melayangkan ungkapan kasar.
Usut punya usut, pria itu pemilik mobil yang saat ini menjadi ' tkp ' dari aksi nekat seorang wanita muda. Korban dari kasus bunuh diri. Iya, benar. Kasus yang membuat tim mereka terpecah belah.
"Sial! Apa salah satu dari kita tidak bisa berbuat sesuatu? " desak Chouji, jengah akan situasi yang mengepung mereka.
Sama. Ketiganya terjebak, stuk ditengah jalan, benar-benar sial nasib mereka kali ini.
Shikamaru menatap jam digital ditangannya, " 22.15 pm. Kita tidak bisa diam disini, setidaknya harus ada satu orang yang bisa mengawasi Ino dan sebagiannya membantu Lave-san." celetuknya tenang, yang mereka perlukan sekarang ini adalah solusi kecil, seremeh apapun itu.
Ah... gawat, tidak ada satupun ide yang terlintas. Rata-rata merujuk kembali pada rencana awal tapi, tidak ada yang benar-benar sesuai dengan situasi.
"Hah... percuma Shikamaru. Tidak ada yang bisa kita lakukan, ck! Seandainya di sekitar sini ada warnet. Siapa tahu saja kita bisa menemukan sesua- akh!' jerit Obito tiba-tiba, hampir menabrak mobil didepan jika saja kakinya tidak cepat menginjak rem.
Pelototan tajam dilayangkan pria itu pada remaja kepala nana-ralat, Shikamaru, pelaku dari penyebab Obito berteriak.
"Oioioi teme! Apa kau ingin kita mati, hah?!" hardiknya ke Shikamaru.
"Itu dia! Cctv pada jembatan penyeberangan. Karena situasi saat itu macet dan penuh, orang-orang tak akan sadar ada seorang wanita yang berdiri diluar pagar jembatan. Jika kita bisa mengetahui apa yang terjadi sebelum wanita itu terjun, aku rasa itu bisa membantu Ino memecahkannya. " Jelasnya memberi asumsi.
"Tapi Shikamaru, keadaan saat itu ramai sekali. Belum lagi penerangan di jembatan rusak seminggu yang lalu, akan sulit mencari dimana lokasi pas korban melompat. " sela Chouji skeptis.
Lagi. Mereka Kembali mengalami kendala dalam penyelidikan, tidak hanya satu tapi dua sekaligus. Hah... kenapa kesialan selalu menghalangi jalan keluar?
Ditengah kekalutan, dering telepon obito memecah keheningan. Sembari bergumam sendiri dia mengeser ikon hijau pada layar, lalu menempelkan benda canggih itu pada daun telinganya.
"Moshi-moshi"
"........."
"Ha'i. Obito Uchiha. "
"......"
"Baiklah, akan saya sampaikan langsung pada Ketua Lave. "
Usai mengakhiri panggilan telepon tersebut, ekspresi wajah Obito mengeruh. Shikamaru dan Chouji penasaran, siapa orang yang menghubungi detektif ini sampai-sampai membuatnya mengerutkan dahi? Belum lagi di percakapan tersebut menyangkut nama ketua mereka, apa ini ada kaitannya dengan SR?
"Malam makin larut, kita juga belum makan apapun sejak 4 jam terjebak macet tadi, jika kalian ingin segera menolong Ino alangkah baiknya mengisi bahan bakar dahulu. Baru pikirkan lagi matang-matang rencana tersebut, jangan biarkan kekacauan ini mempengaruhi pikiran kalian. Dan untuk urusan Ketua Lave, rekanku dari distrik kyoto dalam perjalanan menuju lokasi. " ujar Obito, mematahkan pikiran buruk dua remaja itu tentang kasus SR.
Sementara itu ditempat lain dilokasi yang sama...
"Seharusnya ada disekitar sini. " gumamnya pelan sembari celingak-celinguk menengok sisi atas gedung gedung. Tak selang beberapa menit, kaki jenjangnya berhenti di depan sebuah toko swalayan. Atensinya menatap lekat benda yang menempel pada langit-langit toko tersebut.
Lalu beralih pada jalan Raya dengan jembatan penyeberangan diatasnya.
Terlalu jauh!
"Akh... padahal sedikit lagi!" rajuk Ino, kembali mencari gedung lain yang berjarak dekat dari tkp. Ini sudah lima kali dirinya mengelilingi sekitar jalanan, tapi tampaknya Dewi fortuna tengah sibuk jadinya keberuntungan kali ini tak memihaknya.
Tatapan pias diarahkannya pada benda smartphone-nya, "Hah... apa benar-benar tidak ada satupun petunjuk? Menuju tkp sekarang mustahil, sebenarnya dima-ng? Itu bukannya... DRONE?! " pekik Ino kelepasan, tanpa pikir panjang kakinya bergerak maju, berniat mengejar drone itu yang terbang melewati taman.
Ino terus mengejar drone itu, melewati taman disana, hingga tanpa disadari olehnya. Dia sudah memasuki gang sepi, perumahan kumuh di sepanjang sisi jalan, hingga larangan-larangan tentang bangunan membuatnya menghentikan langkah.
"Ini... dimana? " beonya bingung, tempat ini asing. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disana, mirip dengan desa mati.
Dia kehilangan jejak drone ditambah lagi tersesat di kawasan pemukiman penduduk yang sudah ditinggalkan, hah... apa setidak beruntungnya kah dirinya kali ini? "Ng...? Cahaya? "
Oke, Ino tarik kembali tentang tak adanya penduduk disana. Ditatapnya layar sentuh ponselnya, dia menangkap adanya gelombang listrik dari arah Utara, arah jam 10.
Tidak ingin melewatkan satupun petunjuk, Ino bergerak menuju sumber energi itu. Berbekal dengan shotgun, dan peretelan kecil lainnya, dia siap.
Lumut subur diantara celah-celah parit, merambat naik mengotori dinding bercat putih yang ditempeli banyak sekali foto orang hilang.
Sebentar...
Ino berbalik lagi ke belakang, di ambilnya satu kertas itu dan fokus memperhatikan setiap inci didalamnya.
"Dicari! Barang siapa yang melihat orang ini, harap laporkan segera! "
Bagai disengat listrik bertegangan tinggi, Ino menutup mulutnya, shock akan apa yang ditemukannya.
"Gawat! Aku harus cepat kembali. " Ino melipat kertas itu jadi kecil, lalu memasukannya ke kantong jaket. Lupakan soal gelombang listrik tadi, ada yang jauh lebih penting dari itu sekarang.
Aku harus cepat!
Sungguh disayangkan kesialan yang menimpanya justru mendatangkan petaka baru, Ino berniat kembali ke arah dimana dirinya tiba. Tapi langkahnya mendadak terhenti, lalu kembali berbalik mendatangi arah gelombang tadi terdeteksi.
Dari jarak 1 meter, Ino menyaksikannya... saat tubuh kaku dengan bau terbakar menggelitik hidungnya.
Bola mata bulat itu melebar, menutup rapat mulutnya demi menahan jeritan. Tepat didepan sana, di dalam kantor pos kosong, dirinya melihat...
Pelaku menghabisi nyawa korbannya dengan sengatan listrik bertegangan tinggi. Mirip seperti hukuman mati bagi pelaku kejahatan, yang membedakan antara pembunuhan itu dengan hukuman mati adalah satu.
"Bukankah sudah aku peringatkan, hm? Ini hukumanmu karena gagal membawa cucu tersayangku kembali. Tenang saja... tidak ada seorangpun yang tahu kau mati disini, bukankah begitu Haruno-san? " ucap pelaku pada tubuh kaku didepannya.
Sial! Sial! Sial! Aku harus pergi! Lave-san, Obito-san, Shikamaru, Chouji! Aku harus menghubungi mereka... a-ayo bergerak! Cepat!
Situasi yang semulanya tenang berubah menjadi menegangkan, Ino dengan sekuat tenaga menarik dirinya menjauh dari sana. Tidak! Dia tidak boleh sampai ketahuan, jika itu terjadi...
"Are? Chīsana neko wa koko de nani o shite iru no?"
Deg!
Gawat... apa semenyedihkan inikah dirinya? Kenapa dirinya harus terjebak di lokasi yang sama dengan psikopat itu? Dan lagi, bagaimana caranya Ino pergi kalau sudah ketahuan begini?!
"Ikut aku. " tarik orang itu, mengagetkan Ino dari pikirannya.
Bertepatan setelah Ino dan sosok itu pergi, seorang pria keluar dari persimpangan. Dengan seringai dan kilat kepuasan, dia melenggang pergi ke arah gelapnya jalanan dan setelahnya menghilang tanpa jejak.
****
Wah! ngaret :D
Besok kalau ngga lusa epilog upload. Itupun kalau jika ada waktu nulis 😢
Sampai jumpa di season 2 minna! ٩(^ᴗ^)۶
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]
Misteri / Thriller{Mystery, romance, comedy, criminalcase, puzzles} ***[Jika menemukan typo, atau ada kata yang kedouble mohon dimengerti. Karena author juga manusia biasa :')]*** ***** Hyuga Hinata, gadis biasa yang kesehariannya bekerja sebagai penjaga kasir di tok...