Chapter XII : Nightmare ( part. 2)

219 27 2
                                    

Tembusin sampai 1k mata gaes, biar cerita ini kelar dan saya bisa membuat cerita pengganti yang gak kalah seru dari ini!! Oke? Terima kasih, happy reading minna ^^…

================================

Mereka terus berkeliling disekitaran kompleks itu, sembari mengawasi sekitar, kalau-kalau ada toko yang buka.

"Entah kenapa suasananya jadi mirip dengan adegan-adegan difilm yang aku dan Shikamaru nonton. Gelap dan sunyi. Benar pas sekali untuk melakukan teror. " celetuk Ino. Memperhatikan setiap rumah tanpa tahu ucapannya itu menarik empat mata memandanginya.

"Ya, namanya juga malam. Wajar saja pelaku memilih waktu ini untuk mengincar mangsanya. " balas Obito tanpa melirik Ino.

"Tapi, bukannya orang-orang tetap akan mendengarnya? Tidak mungkin kan korban tidak berteriak minta tolong?" timpal Shika logis. Benar, tidak mungkin korban tidak meminta tolong apa lagi saat nyawanya terancam.

Apa ada seseorang yang bisa membuat pembunuhan itu teredam tanpa suara? Jika itu benar adanya, bukankah pelaku sudah berpengalaman?

Kelimanya kembali tenggelam dalam pikiran masing-masing, meski lampu jalanan tetap menerangi jalan saat ini. Tingkat kewaspadaan mereka tentu tetap siaga, mengantisipasi jikalau pelaku teror menyerang mereka. Tapi, jika dipikirkan dengan teliti, benda apa yang dipakai pelaku sebagai senjata pembunuhnya?

Jika itu benda fisik, jelas akan meninggalkan jejak. Entah itu sidik jari, dna pelaku atau bahkan dna korban. Jujur saja Hinata masih belum mendapatkan bukti dari kasus seminggu yang lalu. Meskipun pihak NSA memberi keringanan padanya, tetap saja kasus itu harus segera dia selesaikan.

Karena sibuk memikirkan jalannya kasus, Hinata tidak menyadari bahwa mobil yang ditumpanginya bersama trio Ino-Shika-Chou dan tentu saja patner dan sekaligus seniornya Uchiha Obito mulai mengeluarkan suara aneh.

Chouji yang kebetulan menyadari suara itu mengerut dalam, "Obito-san,  kenapa suara mobil ini jadi makin nyaring? " tanyanya memecah keheningan. Kedua temannya pun merasakan hal itu, dan menatap Obito meminta kejelasan mengenai suara berisik didalam mobil mereka.

Sebelum menjawab pertanyaan itu, Obito menghela nafas panjang. "Sepertinya penyakit mobil tua ini memang tidak bisa ditutupi dengan perbaikan kecil, Shikamaru-kun bisa kau bantu carikan tempat untuk singgah? Kurasa mesin mobil ini sebentar lagi akan mati. " jelasnya seraya meminta Shikamaru mencarikan tempat untuk berhenti.

Ino yang melihat ada lapangan kecil disebelah toko permen lekas menepuk bahu pemuda itu keras. "Aduh! Jangan tiba-tiba memukul bahuku begitu, Ino. " protes pemuda itu tidak terima bahunya kena pukul.

"Ck! Coba kau lihat disebelah kanan toko permen itu. Jika mataku tidak salah, seharusnya itu tempat pemberhentian mobil. " jelas Ino singkat sembari menunjuk sisi kanan toko yang terdapat bangku taman.

"Oh, itu bukan pemberhentian mobil. Semacam taman kecil, dan tentunya bangku dan meja. " terang Chouji kalem, meralat sedikit objek yang dilihat oleh Ino.

"Obito-san, coba pergi kesana saja. " usulnya pada pria dewasa itu. Obito segera saja mendekati taman itu dan memberhentikan mobilnya didekat taman.

"Kalian tunggu didalam, aku tidak akan bisa menolong kalian jika salah satu dari kita ada yang menghilang. " pintah Obito sebelum keluar memeriksa mesin mobil.

"Aku harap ini tidak memakan waktu" gumam Ino memandang dari dalam dengan cemas. Hinata mengedarkan pandangannya bingung kenapa mobil tak lagi bergerak dan Obito sudah berada diluar, membuka kap mesin.

"Apa mobilnya tadi berbunyi lagi? " tanya Hinata memastikan, dan di jawab anggukan ketiga remaja itu. Ini kesalahan, seharusnya dari jauh-jauh hari mobil ini sudah diservice. Bukannya pagi sebelum berangkat, Obito mengatakan bahwa mesinnya dalam kondisi baik? Kenapa mendadak bermasalah lagi?

" Ino, Shika, Choji. Bisa pinjamkan aku chips penghubung? Pakai itu dan sianya akan aku beri pada Obito senpai. " jelas Hinata singkat. Menyodorkan tangannya pada tiga remaja dibelakang.

Tanpa bertanya mereka segera mengeluarkan benda tersebut, "apa ada yang aneh dengan tempat ini, Lave-san? " tanya Chouji setelah selesai mesang chips tersebut pada telinganya.

"Aku juga tidak tahu, tapi berharap saja semoga tidak ada hal buruk terjadi. Tetaplah memberi sinyal, dan pastikan kalian terus memantau keadaan, ingatlah bahwa musuh bukan sembarangan orang. " wanti Hinata pada ketiganya, berjanji tidak akan terlalu jauh karena akan susah mengirim sinyal bantuan.

Hinata keluar dari dalam mobil, tanpa diperiksa pun gadis itu tahu mereka tengah diawasi seseorang. Dia tidak tahu apa niat orang tersebut, yang jelas dari Hinata sendiri tidak merasakan adanya niat jahat. Jadi biarkan saja orang tersebut puas-puas mengamati mereka.

Setelah berada disamping Obito, Hinata dengan sigap memasangkan chips tersebut pada seniornya. Obito yang mendapat perlakuan mendadak dari pemimpin sekaligus jeniornya ini memandang gadis itu dengan alis berkerut.

Paham akan tabiat aneh gadis itu, Obito lekas mengerjakan tangannya di udara, seolah-olah mengusir keberadaan Hinata dari sana karena mengganggu konsentrasinya.

"Segera kembali, jika kau tidak menemukan apapun. " dan setelah membungkuk pamit, Hinata melesat pergi. Menuju gelapnya jalanan disisi kiri tanpa adanya satupun penerangan.

-
-
-

-
-
-

Mission Accomplished

-
-
-

-
-
-

30 menit berlalu tapi tak ada satupun yang aneh sebenarnya didaerah ini. Semuanya tampak normal dan sama seperti malam di daerah rumahnya.

"Teror itu sebenarnya ditujukan untuk siapa? Kenapa pelaku rela mengotori tangannya sendiri demi menangkap korban? Huh~ merepotkan saja orang itu!" cibirku pelan, tak tahu lagi harus mencari petunjuk kemana.

Silent Radio, ya?

Jika disamakan dengan kasus dua tahun lalu, kematian salah satu petinggi politik dari klan Uchiha. Kalau tidak salah ingat, kasus dua tahun yang lalu juga melibatkan klan itu juga, kan?

Sebentar-sebentar…!

"Hah~ kenapa dari sekian banyaknya kasus yang pernah aku tanganin, harus kasus ini yang melibatkan banyak orang? Apa lagi korbannya rata-rata dar--" brukk! Badanku dengan tak gemulainya jatuh diatas trotoar.

Jangan tanya sakit atau tidak, yang jadi masalahnya sekarang adalah chips yang terpasang pada telingaku jatuh dan masuk kedalam selokan.

Dengan perasaan kesal, ku tatap pemuda didepanku tajam. "Oi! Apa kau tidak lihat ada orang didepanmu? Ke-- e-eh? Hey! " apa-apan orang ini? Tiba-tiba pingsan. Sontak saja aku periksa sekelilingku, tetapi tidak ada apapun selain aku dan pemuda asing di sini.

Gawat! Aku harus cepat kembali. Tapi…bagaimana cara menghubungi Obito-san?!

- TBC -

nah udah mulai masuk konflik! Kira-kira ada yang bisa nebak siapa dua sosok misterius disebut tadi?

Huft~ baru 12 chapter, oke kebut kejar deadline!

See you next week ~
😊👋

_LigHt_oRIoN_ 🌿🍀🍃

Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang