Chapter XVI : National Security Agency

251 28 0
                                    

-
-
-
-

Sai tiba dikantor, bersama tiga + satu anak baru. Sakura, Kiba, Matsuri, mengekor dibelakang. Sementara Shino sudah diantar keruang kesehatan, guna memeriksa apakah bius yang tersuntik ke tubuhnya bukan zat berbahaya atau bukan.

Kembali fokus pada empat tokoh di sini. Semenjak berjumpanya tim satu dengan mantan ketua mereka, Hyuga Hinata. Sikap ketua baru mereka mendadak jadi pendiam, Kiba yang duluan menyadari hal itu.

Bahkan setelah keluar dari ruang komisaris, pemuda itu tak kunjung menampakan senyuman khasnya. Merasa ada sesuatu yang ditutupi rekannya itu, Kiba berinisiatif melakukan pergerakan pasif.

Beda dengan Sakura dan Matsuri, dua wanita itu pergi meluapkan emosi keruang latihan. Atau hanya Sakura saja yang begitu, Matsuri tak terlalu memusingkan masa lalu. Tujuan mereka sekarang adalah memenuhi misi dan panggilan. Selama jasa mereka diperlukan, itu sudah cukup untuk menggerakkan mereka.

Ke empatnya memisahkan diri, menyelami segala kegundahan hati guna meningkatkan kerjasama tim. Setidaknya untuk hari ini, biarkan masing-masing individu mengeluarkan semua kegalauannya.

-
-
-

-
-
-

Mission Accomplished...

-
-
-

-
-
-

"Yo! " sapa suara barito dari belakang, siapa lagi kalau bukan Inuzuka Kiba. Si pelacak berpengaruh yang sering disebut Anjingnya si kilat kuning, laki-laki itu sekarang menginjak tahun ketiganya setelah bergabung dengan satuan NSA.

Orang yang jadi fokus si maniak hewan itu mendengus pelan, seperti yang sudah berlalu. Rekan sejawatnya ini sangat tajam, meski dirinya bertindak seperti biasa. Tapi Kiba tidak begitu.

"Aku tahu. Kau pasti memikirkan ketua Lave, kan? " telak, bahkan sampai hal yang tak ingin diakuinya terendus. Sepertinya dia memang tak diijinkan untuk memiliki rahasia pribadi.

"Yah... Tak ada gunanya juga mengelak. " balas Sai, menyerah karena hal yang disembunyikannya ketahuan.

Kiba tergelak kecil, sama sekali tak menyangka ketua timnya semudah itu ditebak. "Hahaha... kau pikir sudah berapa lama kita jadi rekan setim, hm? Jelas saja aku menyadari perubahan kecil dari setiap anggota. Termasuk kau, ketua. " sahut Kiba, berhasil mengendalikan tawanya.

"Ya-ya-ya. Kau benar, pikiranku sekarang dipenuhi oleh gadis itu. Jadi berhenti menertawakanku, lagi pula ini bukan hal yang pertama kalinya untuku. " sungut Sai, kesal karena Kiba berhasil membuat dia mengakuinya.

"Hehe~ yang mana. Kabarnya? Atau pria asing dibelakangnya? " tambah Kiba lagi, entah karena iseng atau memang penasaran akan reaksi ketuanya itu.

"Hah~ kau hari ini banyak bertanya, ya. Jika rasa penasaranmu sebesar itu, kenapa tidak tanyakan saja langsung pada Ketua Lave? " sungut Sai, agak risih karena Kiba terlalu kepo dengan kehidupan asmaranya.

Mendapat respon negatif dari Sai, Kiba mengalah. Jika bersinggungan dengan perasaan, Sai akan jadi sangat sulit sekali ditebak. Dan tak segan-segan mengutarakan pikirannya secara blak-blakan, tanpa peduli orang itu suka atau tidak.

"Cih~ kau ternyata sama saja dengan dua gadis itu..." cibir Kiba sebal. Gagal sudah rencananya menggoda ketua keduanya itu. Namun, setidaknya raut suram yang sempat menghiasi wajah Sai. Sekarang sudah lebih baik, walau tak sepenuhnya hilang.

***

Hinata masih diam saja, tak bergeming dari tempat pertemuannya dengan tim divisi 1. Yah... bukan reuni yang indah memang, tapi cukup membuat dia yakin akan keputusan keluar dari sana.

Dari samping, Sasuke diam-diam memperhatikan penampilan Hinata. Dari ujung kepala, hingga ujung kaki, penampilannya benar sulit dicerna. Apalagi dengan aksinya melumpuhkan satu anggota NSA.

Itu bukan hal yang bisa diterima sebagian orang. Karena... lihat sendiri! Tubuh mungil, kulit putih hampir mendekati pucat, serta tatapan kosong. Siapapun pasti mengira gadis ini menderita penyakit serius!

"I'm sorry... kau pasti kaget sekali melihat pria gagah itu tumbang dalam waktu singkat. Yah... aneh juga kalau kau tak kaget, tapi tidak apa-apa! Bius yang aku suntikan padanya itu aman kok, mungkin paling lambat 2 jam lagi sadar. " jelas Hinata. Ogah-ogahan menjelaskan dengan rinci.

Sasuke tentu tidak langsung percaya, "bukannya mereka berlima rekan satu tim mu dulu? Apa alasanmu mengusir mereka dari sini atau ini berhubungan dengan--' "Silent Radio... apa kau pernah dengar kasus pembunuhan dengan motif mengurung korban disuatu tempat dan menyiksanya sampai kehilangan nyawa? Lalu pelaku membersihkan lokasi yang digunakannya dan meletakan satu radio tua yang sudah rusak sebagai penanda. " potongnya kelu, nafasnya memberat karena udara dingin menggelitik tubuh.

"Itu... bukannya kasus itu sudah ditutup pihak kepolisian dan NSA? Kenapa orang awam sepertimu tahu detail mengenai motif pelaku melakukan aksinya? " sergah Sasuke, kaget.

"Memang sudah ditutup karena kurangnya bukti, tapi bukan berarti, pelaku sendiri yang merencanakan aksi kejinya itu. "

"Setiap terjadi kasus SR, aku selalu mencatat tanggal dan waktu dari meninggalnya korban. Dan rata-rata sebelum korban dinyatakan meninggal, mereka meninggalkan jejak kecil disekitar lokasi penyiksaan itu dilakukan. Ajaibnya, hal itu tidak disadari oleh pelaku. "

Baik Hinata maupun Sasuke. Keduanya sama-sama membisu, sibuk berdebat dengan pikiran. Bukan tanpa sebab Hinata mengatakan sendiri hasil hipotesisnya tentang kasus SR, dia rasa sudah saatnya orang-orang tahu kenapa kasus yang sempat heboh itu ditutup sepihak.

Bahkan keluarnya Hinata dari divisi 1 tak akan cukup meredakan amarah dari keluarga-keluarga korban, itulah mengapa Hinata lebih memilih menyelidiki diam-diam. Juga alasan lain yang mengharuskannya keluar dari NSA...

"Lalu... apa yang akan kau lakukan sekarang? Berkumpul dengan rekan-rekanmu atau melanjutkannya sendirian? " tanya Sasuke, entah karena apa dirinya mengajukan dua pertanyaan sekaligus.

Atensi purple pearl milik gadis itu bergulir kedepan, cahaya matahari rupanya perlahan mulai menerangi bumi. Bersama dengan semilir angin, Hinata menyahutnya mantap.

"Tentu. Ada empat orang disana menungguku, dan sepertinya mereka tak sengaja bertemu rekanmu tuh. " sahut Hinata, menatap kebawah sana yang ternyata rekannya melambai lambai kearah mereka.

Sebelum mereka berpisah, Hinata mengatakan satu hal. "Aku harap kalian menjauhi NSA dan aliansinya. Yah... aku yakin kau tak akan suka bersinggungan dengan mereka, terutama pemimpinnya. Intinya percayalah dengan diri sendiri, selamat tinggal. Uchiha Sasuke..."

Setelah mengatakan hal itu, Hinata melompati dua gedung didepannya. Menuju kebawah, bergabung bersama tiga anak remaja dan satu orang yang sejak tadi menunggunya.

Sasuke tak yakin bahwa pertemuannya dengan mantan Ketua NSA itu hanya kebetulan saja,

"Karena aku yakin, cepat atau lambat... kita pasti akan dipertemukan kembali. Bukan sebagai musuh, melainkan rekan kerja. Hyuga Hinata "

= TBC =

Sabtu, 28 Mei 2022

Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang