Chapter XVII : Silent Radio (0.5) last

198 24 1
                                    

Iya tahu. Ini jauh lebih ngaret dari update yang kemaren-kemaren, soalnya cerita ini tentunya punya season 2! Benar, season 2.

Mungkin disana nanti aku bakal persingkat dan perjelas Villainnya siapa. Intinya diseason satu resmi tamat di chapter 16 *tabur kompeti kertas* ٩(^ᴗ^)۶

Semoga chapter ini bisa jadi pembuka menuju gerbang season 2 *asik*

Soo enjoy in the story...

====

"Bagaimana? " tanya pria yang berdiri di sisi jalan. Menunggu wanita bersurai pirang ditengah sibuknya dia dengan benda beroda empat didepannya.

Gelengan kepala dari gadis itu menjawab pertanyaan. "Tidak ada jejak. Semua barang-barang disana hangus, seperti disengaja. " jelas si wanita, menyampaikan hasil observasinya pada si penanya.

Disengaja?

Pria itu mendekat pada bekas mobil. Mengamatinya secara langsung dari sudutnya. Instingnya mengatakan bahwa itu bukan kesengajaan, dilihat dari banyaknya bekas peluru disisi kiri badan mobil. Hal ini menjuru pada penyerangan sepihak.

"Tapi... untuk apa mereka menyerang mobil ini? Tidak ada yang mencurigakan yang ditemukan. Plat nomor dan masa aktif masih panjang, pasti ini ada sakut pautnya dengan SR. " terang wanita pirang, mengutarakan isi pikirannya.

"Kau benar, jika dari semua itu tak ada hubungannya. Bisa saja pelaku berusaha menunjukan dirinya, dan membuat kekacauan. Bukannya ini aneh, Tsunade. " wanita itu- Tsunade mengangguk setuju, tapi yang jadi masalahnya sekarang bukan itu.

Ini sudah ke-8 kali mereka gagal mencari kunci dari kasus SR yang membekas itu.

"Hyuga Hinata. 20 tahun, pernah menjabat sebagai ketua dari pasukan khusus dari NSA. Dari cacatan rahasia keanggotaan, dia disebut Queen of tragedy. Setiap kasus mereka mengungkapkan semuanya tanpa ketinggalan satu poinpun. Dan... ditahun masa gemilangnya memimpin, dia menghilang lalu kasus terakhir yang diselidikinya 'Silent Radio' ditutup tanpa alasan. Pertanyaannya Sekarang : bagaimana caranya kita menemukannya? " tanya pria bersurai hitam panjang itu menjelaskan biodata singkat dari potret wanita bersurai ungu indigo.

Mereka dikejar waktu, jika tak segera menemukan gadis itu dalang sebenarnya pasti kembali meneror warga.

"Jangan buru-buru Kak. Kita awasi saja dulu situasi sekarang, aku yakin mereka baik-baik saja. Tetapi jangan lupa untuk berhati-hati, kita tidak akan tahu kapan musuh menyerang. " celetuk pria di dengan wajah sangar.

"Tobirama-san benar. Kita tak perlu tergesa-gesa, ingat. Gadis itu, aku yakin tengah menunggu waktu pas. " sahut Hiruzen, bergabung dalam percakapan tiga orang disana. Disampingnya juga ada pria 30-an bersurai kuning.

"Kita hanya bisa menunggu, apapun hal yang akan terjadi nanti. Aku harap senior semua baik-baik saja. " bubuh Minato.

Ini akan menjadi pertempuran terakhir... Hyuga-san, kami serahkan keselamatan warga Jepang padamu.

-
-
-

-
-
-

Mission Accomplished

-
-
-

-
-
-

Hinata gagal mendapat bukti terlibatnya Akatsuki dalam SR, meskipun demikian ada hal mengganjal terkait organisasi misterius itu.

Keterangan yang didapatnya dari Shikamaru semakin menambah kemungkinan baru, bukan ini yang Hinata harapkan.

Atensinya beralih pada map biru dimeja kerjanya. Mendapat feeling yang buruk, gadis itu memilih untuk mengabaikan benda itu. Tujuannya masih jauh, bercabangnya kemungkinan menambah peluang bagi Hinata demi mencegah terulangnya SR yang kedua.

Ino, gadis itu ikut pusing ditempatnya. Hinata seolah-olah membebankan dirinya sendiri padahal mereka tim, kan? Semakin banyak hal yang tiga sekawan itu ketahui, semakin jauh pula rasa aman itu dijangkau. Termasuk orang yang mereka sayangi.

Ketukan pelan didaun pintu mengalihkan perhatian keduanya, Hinata memeriksa jam digital pada dinding. 10.45 batinnya heran.

"Secepat itu? " gumam Ino ikut keheranan, tiga lelaki itu pamit pada kedua 45 menit yang lalu. Tapi, mengapa cepat sekali sampai?

Ino memandang Hinata takut-takut, saat ini hanya mereka berdua dirumah. Meskipun dibekali dengan senjata sekalipun, keduanya bakal tetap kalah jumlah seandainya pikirannya itu benar.

"Tetap disini, aku akan periksa keluar." pinta Hinata sembari menepuk bahu Ino, mengurangi rasa khawatir gadis remaja itu. Namun Ino menggeleng, "aku ikut. Kau tahu, ayahku pernah berkata begitu, tapi saat kembali dia membawa luka. " itu benar, Yamanaka Inoka meninggal dunia karena insiden penyerangan. Begitu juga dengan ayahnya Shikamaru.

Percuma berdebat. Hinata tanpa banyak bicara mengandeng tangan Ino, membiarkan gadis itu ikut dengannya.

***

Hening. Padahal aku dan Lave-san jelas-jelas mendengar ketukan itu dari dalam. Lave-san sudah mengemasi barang-barang yang akan dibawa nanti, dan kami sekarang berada diruang tengah.

Baik aku maupun Lave-san, sama-sama memilih untuk diam-diam bergerak. Samar dari arah depan ada suara aneh, yang jika didengar lebih jelas. Itu seperti mereka mau membobol masuk.

"Ck! " decak Lave-san. Tanpa aba-aba, dia menggendongku menuju salah satu ruangan. Dan menguncinya tepat pintu depan berhasil didobrak.

Suasana dalam ruangan itu gelap, Lave-san memeluk erat. Sembari membisikan intruksi selanjutnya, kami berdiam diri disana. Sesekali mendengarkan apa yang terjadi diluar ruangan kami.

***

"Tidak ada?! " teriak salah satu orang berseragam hitam, selesai memporak porandakan tempat tinggal Hinata. Lagi, gadis muda itu meringis kecil saat rumahnya digeledah paksa tanpa bisa melawan.

Sosok pria dengan surai perak masuk, di ikuti lima orang asing. Sial, kenapa petinggi NSA bisa tahu keberadaanku? Batinnya shock, Hinata benar-benar diliputi kebingungan sekarang.

"Kalian yakin sudah memeriksa semua ruangan?" tanya Tsunade, yang sialnya diangguki tiga orang.

Ini tidak bisa dibiarkan. Tanpa suara aku lekas menarik Ino untuk menjauh dari pintu, bisa gawat mereka berhasil menemukannya. Kalau Hiruzen, Hinata sudah menduganya. Sedangkan Minato, ini informasi baru. Begitu juga dengan wanita berparas cantik tadi.

Kenapa dia bisa tahu? Dalam ruangan itu Hinata mengamati dari balik lubang kecil yang dibuatnya sendiri. Ahh... bencana. Hinata dengan cepat menekan tombol disisi lemari, seketika dinding yang tadinya kosong terbuka. Mereka tak bisa mengagumi kecanggihan tempat itu, karena...

Bisa kacau sekali petinggi NSA berhasil menemukan anggotanya kembali.

Oleh sebab itu, Hinata tidak boleh terdeteksi. Karena bisa saja, mereka menyerah tugaskan beban yang luar biasa pada dirinya. Itu bukan rahasia umum lagi.

Dua seniornya juga pernah mengemban amanah itu dan mereka pulang hanya membawa nama. Tak ada jasad atau peninggalan yang sekiranya dapat meringankan rasa sakit itu.

Pintu itu tertutup sempurna, bersamaan dengan berhasilnya ruangan itu didobrak.

Didalam hati, Hinata ber monolog.
Tanpa kalian menjelaskan apapun terkait SR, kasus itu sudah cukup menjawabnya. Bukankah begitu, Direktur?

= END =

tenang, masih ada dua chapter spesial yang tak terikat dengan SR. Jadi setelah dua chapter udah rilis epilog bergerak.

Buat yang sudah mendukung dan meluangkan waktu, terima kasih banyak. Berkat kalian cerita ini akhirnya jadi lapak yang gak lagi jadi beban pikiran (-minus YL)

Untuk clue season dua kapan, itu nanti ya... susun scene di Deja vu dulu baru spoiler wkwkwk

Terima kasih dan sampai jumpa di ekstra Chapter : Spesial!

Babay ~ 🍀



Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang