Chapter VII : The Secret Collector (part. 1)

351 34 1
                                    

Chapter sebelumnya ...

'Huft~ sepertinya aku harus minta maaf... tapi, apa akan dimaafkan?'

============================================

Kaki kurus itu terus bergerak cepat, melewati berbagai halangan kabel yang melintang disegala sudut. Atensi birunya bergerak awas, mewaspadai sekitarnya sesekali melirik kearah belakang.

Gadis itu berhenti sebentar ditengah lorong. Mengisi sedikit tenaganya yang terkuras karena harus berkonsentrasi pada jalan yang dilewatinya. Tidak lucu sekali bukan, dia tiba-tiba tersandung kabel dan terluka... dirinya muak tidak mau menahan sakit lagi.

'Cukup kepergian ayah saja yang membuatku sakit... jangan aku, apa lagi orang lain. ' batinnya seraya menarik nafas pelan-pelan.

Diperiksanya benda melingkar pada pergelangan tangannya, 09.35... ternyata sudah satu jam lebih dirinya dan kedua sahabatnya habiskan. Semoga dua orang itu baik-baik saja dan segera menyusul, baiklah. Ayo semangat! Tersisa tiga belokan lagi didepan dan dirinya akan sampai ditempat tujuannya.

Ya... seharusnya mereka. Bukan dirinya seorang...

'Sudah ku duga... ternyata aku memang tidak bisa meninggalkan dua bocah sok hebat disana. Tapi...'

Sekelebat ingatan akan sesuatu menyadarkannya, air muka gadis itu sesaat mengeruh. Seolah bersiap untuk menurunkan bulir-bulir bening dari kedua atensi jernihnya.

 Namun, tanpa arahan dari siapapun. Gadis itu menampar kedua pipinya hingga menyebabkan bekas kemerahan dan rasa nyeri. Tidak boleh! Dia tidak boleh menangis disaat kedua temannya memerlukan bantuan. Karena... mereka sudah berjanji. Sampai titik darah penghabisan, mereka akan terus melindungi satu sama lain.

'Chottomatte, shikamaru-kun, chōuji-kun. Watashi wa machigainaku anata no ryōhō o sukuimasu.'(bertahanlah sebentar, Shikamaru-kun, Chouji-kun. aku pasti akan menyelamatkan kalian berdua.) batinnya dalam, berbalik kembali ke belakang. Tekad kuatnya demi melindungi orang-orang berharga membakar rasa takut. Ya, gadis itu siap melawan musuh... meskipun harus mengorbankan nyawa sendiri.

Karena hanya itulah yang bisa dirinya lakukan, demi membalas kebaikan dari kedua bocah keras kepala disana. 

=

=

=


=

=

=

Mission Accomplished

=

=

=


=

=

=

"Hontōni gomen'nasai! A-aku sungguh-sungguh menyesali perkataan yang tadi ku katakan... A-apa kakak m-me-memaafkan kecerobohanmu ta-tadi? " ujar Shikamaru, bersujud didepan Hinata yang mati-matian menahan kejengkelannya.

'Y-yang benar saja... kenapa bocah ini harus bersujud segala? Memangnya aku ini Dewi? Dan... apa-apaan nada penyesalan itu?! Astaga bulu kudukku merinding...' batin Hinata memandang Shikamaru jijik.

Atensinya teralih, meminta bantuan pada bocah dibelakang. Chouji yang menangkap maksud tatapan Hinata mengangguk paham. Tanpa mengatakan apapun pada Shikamaru, Chouji menarik kerah baju belakangnya dan adegan seret-menyeret terjadi.

Shikamaru yang mendapat perlakukan tak terduga dari sahabatnya melayangkan protes, "Sebentar, Chouji! Apa yang kau lakukan? Kau tidak lihat aku sedang--" " Ha'i-ha'i... permintaan maafmu sudah aku terima, jadi berhentilah mengeluh dan bersikaplah seperti tadi. Itu sama sekali tidak cocok dengan tingkah kurang ajarmu. " potong Hinata cepat, dia lelah harus menanggapi ocehan tak berfaedah bocah 14 tahun.

Sementara yang diceramah malah balik protes, dan itu terus berlanjut sampai mereka tiba ditempat awal Shikamaru menghubungi Chouji. Didepan pintu yang ternyata adalah jalan menuju lantai bawah atau basement.

"Ayo masuk. Aku rasa Ino-chan sudah sampai diruang utama, kita harus cepat. " ajak Chouji, mendorong gang-gang pintu. Mempersilakan agar Hinata dan Shikamaru untuk masu duluan dan membiarkannya dibelakang.

Tapi... belum juga separuh badan berada didalam ruangan itu, tubuh Shikamaru kembali terdorong keluar hingga mengakibatkan dirinya kehilangan pijakan. Dan jauh terjerembab ketumpukkan kardus-kardus disudut ruangan.

Untung saja Hinata menghindar dengan cepat, jadi dirinya aman dari serudukan maut. "Ugh... it-ittai..." ringis gadis bermahkota pirang saat merasa bahunya berdenyut nyeri. "Ugh... hei! Bisakah jika datang jangan tiba-tiba begitu? " protes Shikamaru, yang posisinya jadi korban. Gadis yang diceramahi olehnya, bergeming.

Tahu-tahu gadis itu sudah menghambur memeluk Shikamaru yang lagi-lagi... diterjang tanpa peringatan. "Hiks... yokatta... aku senang kalian baik-baik saja... hiks "

Ahh... Hinata mengerti apa yang saat ini terjadi, jadi gadis yang sedang menangis terharu ini rupanya Ino, anak dari guru sekaligus senior yang paling dihormatinya, Inoichi Yamanaka.

"Nah... personel sudah lengkap, jadi mari pergi. " ucap Hinata, memecah suasana haru antara tiga remaja didepannya. "Ng? Anata wa dare? " tanya Ino baru menyadari kehadiran Hinata disana. Ah... kenapa dibagian dada Hinata sakit ya?

"Ya, mungkin sudah waktunya aku memperkenalkan diri. " balas Hinata melangkah keluar, mendekati tiga remaja yang diam memandangi dengan raut penasaran.

"Hajimemashite, hinata hinata tomōshimasu. NSA no saisho no hanzai bumon no moto kaichōdeari, genza 2 kagetsu-kan shitsugyō shite irunode, shōrai ni mukete go an'nai kudasai."

(salam kenal, namaku adalah Hinata Hyuuga. mantan ketua dari divisi pertama kejahatan NSA, dan sekarang menjadi pengangguran selama dua bulan, mohon bimbingan untuk kedepannya.)

- TBC -

14/03/2022

Diantara chapter-chapter yang lain, hanya chapter tujuh sama enam yang bikin aku senang ngetiknya... semoga kalian juga terhibur ya dengan humor receh yang bertebaran di dalam cerita ini ^^

Sampai jumpa di chapter berikutnya...

Bye-bye 😀👋

LigHt_oRIoN🍀🌿🍃

Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang