====
"...S-siapa...?"
suara bariton itu sukses mengalir pelan ditelinga Hinata, seolah dirinya pernah mendengar suara berat itu di suatu tempat.
"Hanya orang yang tak sengaja lewat." sahutnya, menjawab pertanyaan pemuda itu tak minat. Mana mungkinkan Hinata bilang dirinya seorang mantan ketua NSA, yang ada malah menambah masalah.
"B-begitu rupanya..." kenapa dengan orang ini? Mengapa ekspresinya menahan tangis begitu? Apa perkataannya tadi menyinggungnya? Astaga! Kenapa jadi serba salah begini?!
Aduhh... Hinata sendiri tidak tahu apa yang harus dia lakukan agar pemuda itu tak menangis, meskipun sejak kecil Hinata tak pernah lepas mengasuh Hanabi. Tidak pernah satupun adiknya itu membuatnya kelabakan.
'Benar juga... kan Hanabi perempuan, kalau Menma lima tahun darinya. Jadi aku tak perlu repot-repot mengasuhnya. ' batinnya mengingat selisih umur adik angkatnya dengan Hanabi.
Sebentar... kenapa jadi membahas umur? Baiklah, mari lupakan itu. Mengenyahkan pikiran randomnya, Hinata dengan akting yang ajaibnya dipercaya. Berdiri dari tempat persembunyian memeriksa sekitar sebelum benar-benar merasa keadaan aman.
"Sebaiknya, kau lekas pulang. Tak baik berlama-lama diluar, apa lagi sampai berjumpa preman lokal. " terang Hinata, setelah yakin bahwa tidak ada orang lain selain dirinya dan pemuda itu disana.
"..." inilah kenapa Hinata memilih untuk memfokuskan diri pada pekerjaan dari pada masalah perasaan. Sudah ditolong, dibiarkan istirahat, ehh tahu-tahunya diabaikan.
'Seharusnya pas ditabrak tadi dia aku biarkan saja. Bikin kepala bertambah beban. ' setelah membatin begitu, tak disangkanya pemuda itu memeluknya. Erat, sampai-sampai berhasil mengejutkan sang empunya badan.
"E-ehh? " sialnya Hinata tak bisa mencerna kejadian itu secepat biasanya lantaran dekapan yang dirasakan tubuhnya sangat berbeda.
Ditambah isakan sayup-sayup terdengar, menambah kepanikan Hinata yang awalnya dibawah 50% sekarang, menanjak hingga 78%.
Jujur, Hinata mengaku dirinya tak berbakat menenangkan seseorang. Apa lagi itu bersangkutan dengan masalah privasi. Jangankan masalah privasi, masalah percintaan saja tak pernah dirasakan.
"H-hei! Bisa kau lepaskan? Kau ingin membuatku kehabisan nafas? " sudah dikatakan, Hinata bukanlah gadis yang terbiasa dengan perhatian dan kasih sayang. Jadi, jangan salahkan dia kalau caranya meminta tolong terkesan kasar.
"Ugh~ hiks... maaf. A-aku hanya... senang bertemu dengan orang lain... " mendengar tentang hal itu, Hinata makin yakin bahwa pemuda ini ada sangkut-pautnya dengan serangan dadakan dari Akatsuki.
"Mari kesampingkan dulu rasa haru itu, jika tidak ada lagi hal yang ingin anda disampaikan, segeralah pergi dari sini. " jelas Hinata, malas berlama-lama diam disana.
Pria itu masih belum sepenuhnya baik, atau memang tingkahnya saja begitu? Tidak. Itu tidak ada hubungannya dengan Hinata. Mereka didesak oleh waktu, salah sedikit saja nyawalah taruhannya.
"Apa kau--' " Sasuke. Uchiha Sasuke, namaku. " potong pria itu yang tak terima diperlakukan kasar, apa lagi oleh seorang wanita.
Hening. Hinata tak bergeming dari tempatnya, kepalanya terus memutar nama itu diotaknya. Shock sekejap menguasainya,
'Hahaha~ kami-sama pasti sengaja menjebakku. Tapi... di lihat dari manapun, ciri-ciri orang ini benar mirip dengan putra sulung Uchiha Fugaku! Sebentar...' batin Hinata mencak-mencak, dia lupa akan berita terkait kasus politik akhir-akhir ini karena sibuk mengurus Silent Radio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Accomplished : The Return Of The Captain [END]
Mystery / Thriller{Mystery, romance, comedy, criminalcase, puzzles} ***[Jika menemukan typo, atau ada kata yang kedouble mohon dimengerti. Karena author juga manusia biasa :')]*** ***** Hyuga Hinata, gadis biasa yang kesehariannya bekerja sebagai penjaga kasir di tok...