Mark dan Jeno telah sampai di rumah, sang kakak segera meletakkan tas nya ke kamar dan bersiap untuk mandi.
sementara itu, Jeno masih merebahkan tubuhnya dikasur. teringat Renjun yang jatuh di kamar mandi kemarin.
sampai sekarang, ia masih merasa bersalah dan terus-menerus memikirkannya.
Jeno tidak sejahat itu kok, bukannya Jeno tak ingin menolong Renjun. tetapi, entah kenapa saat Renjun meminta bantuan, seluruh tubuh Jeno jadi gugup. apalagi ditambah ekspresi di wajah Renjun yang tiba-tiba jadi menggemaskan.
Jeno mana tahan jika seperti itu, ia tak mau jantung nya kenapa-kenapa. akhirnya ia memutuskan pergi meninggalkannya begitu saja dan mengatur napas lalu menetralkan jantungnya.
"Mark!" Jeno berteriak di depan pintu kamar mandi.
"kenapa!?" jawab Mark, teriak juga.
"gua mau nanya boleh?" Jeno mengecilkan suaranya, karena suara shower juga lebih kecil sekarang. iya, Jeno nanya ke Mark pas Mark nya lagi mandi.
"eum.. itu..." Jeno ragu-ragu.
"kenapa Jen? buruan napa! udah gua kecilin nih shower nya biar kedengeran!" protes Mark.
"i-itu... R-renjungapapakan!?" sumpah, Jeno ngomong tanpa jeda.
"hah!? ngomong apaan lu babon!?" Mark yang tidak mendengar jelas pun melayangkan protes kembali.
"itu yang tadi di uks! gapapa kan?" ulang Jeno.
"ooh, Dek Ren maksud lo?" tanya Mark.
"i-iya!" jawab Jeno yang gugup.
"gapapa kok dia, udah baikan pas gua samperin. kenapa emangnya?"
Jeno bingung harus jawab apa, kalo jawab khawatir, pasti Mark bakal banyak bacot ke dia. akhirnya dia ga jawab apa-apa dan pergi gitu aja ke kamarnya.
—;—
keesokan harinya, Jeno merasa ada yang janggal. sedari pagi ia belum melihat pria mungil yang menjadi bucinan Mark. dirinya juga, mungkin. —eh.
Mark berjalan tergesa menuju kelas, "hah!? kok bisa sih, dek? nanti pulsek kakak jenguk kamu ya!" kemudian Mark segera mematikan sambungan telpon tersebut, memasuki kelas dengan perasaan gelisah.
tak lama, bel pulang sekolah berdering, Mark berjalan cepat menuju parkiran. di depan gerbang, Jeno memperhatikan Mark yang tengah berjalan tergesa. kemudian, ia segera menghampiri kakaknya.
"woi, Mark!" ia sedikit berteriak.
yang dipanggil menghentikan langkahnya, menengok ke belakang. "kenapa?" tanya nya.
Jeno menjawab, "lah kok nanya gua? gua yang harusnya nanya lu! lu kenapa sih? kok kaya panik banget dah."
Mark menghela napasnya, menenangkan dirinya sendiri. "Renjun sakit, gua khawatir."
Jeno diam, perasaan bersalah nya kembali muncul.
"terus sekarang lo mau kemana?" tanya Jeno lagi.
"jenguk Renjun lah!"
"gua ikut!" tiba-tiba. ini tiba-tiba banget.
Mark memasang raut membingungkan.
"e-eum anu.. semalem dad minta beliin kertas sama map kan? gua mau sekalian beli buat perlengkapan tugas di toko buku deket rumah dia!" pinter banget boong Jeno tuh. iyasih, daddy nya emang minta dia beliin kertas sama map.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE ⛓ [ noren ] ✔️
Fanfic⤷ "ngeselin banget sih! mana mukanya datar pisan, kaya papan triplek!" - rj ⤷ "bacot bener anjir! mana banyak tingkah, kaya cacing." - jn ❗️bxb. homophobic? go away, please✊🏻