🍀Part Sepuluh: Ungkapan Tulus

7.7K 675 13
                                    

“Mencintai dirimu sendiri bukanlah kesombongan. Ini kewarasan. "
- Andre Gide-

_______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________

Mobil melaju dengan tenang di jalanan sejuk kota Bandung pagi hari ini. Hening mengikuti perjalanan Akifah dan Taksa yang baru pulang dari rumah Sakit, membisu di dalam mobil, entah kenapa bisa seperti itu, padahal Taksa ingin sekali berbicara banyak hal kepada Akifah.

Mereka berkendara hanya dengan menempuh jarak tiga puluh menit untuk sampai ke kediaman mertua Taksa.

Mobil sudah terparkir rapi di garasi, Akifah menatap Taksa yang sudah bergetar dan berkeringat dingin karena Taksa tidak memakai kaki prostetik disebabkan retak saat kecelakaan, rasa cemas tidak akan diterima oleh orang tua Akifah karena kecacatannya, membuat Taksa stress.

"Ayo turun A.” Ajak Akifah memegangi tangan Taksa yang sangat dingin.

"Aku tidak bisa."

"Aa, percaya sama Akifah tidak akan terjadi apa-apa."

Taksa mencoba memantapkan tekadnya, bahwa Taksa harus memperlihatkan kekurangan di depan mertuanya. Karena lambat laun kekurangannya pasti terbongkar.

Akhirnya Taksa keluar dari mobil, kursi roda sudah ada di depannya, Dan Akifah yang membantu Taksa untuk duduk, setelah Taksa duduk, Akifah dengan perlahan mendorong Kursi roda, masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum," ucap Taksa dan Akifah berbarengan.

"Wa'alaikumsalam," sahut Ustadz Gusla yang sedang meminum teh hangat di ruang tamu.

"Abi. Akifah pulang." Akifah mendorong kursi roda Taksa ke arah Ustadz Gusla. Akifah dan Taksa menyalami Punggung tangan Ustadz Gusla.

"Alhamdulillah Taksa tidak apa-apa, gimana Dago sejuk bukan?" tanya Ustadz Gusla dengan senyuman manis, wajahnya tidak mungkin memperlihatkan ekspresi tatapan lirih karena kasihan.

"Iya kyai sejuk."

"Kok panggilnya begitu, panggil abi Dong."

"Iya abi," panggil Taksa, ternyata semua tuduhan yang tadi terdengar di pikirannya tidak seburuk itu.

"Tante Ifah? Lalan kangen..." suara cadel Raran ponakan dari Akifah yang menghambur berlari memeluk Akifah, langkah Raran di ikuti oleh Dara, yang membawa piring berisi gorengan pisang.

"Loh. Sudah sampai rumah ternyata, Raran sini jangan gangguTante," suruh Dara yang kini sudah duduk di sisi Gusla.

"Iya Ummi, baru datang tadi." Akifah tersenyum kemudian Mencium punggung tangan Dara. Dara berdiri menghampiri Taksa, Taksa langsung menyalami Tangan Dara.

RADAR KEMBALI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang