🍀Part Lima Belas: End :)

9.9K 685 42
                                    

Akhir bahagia bukan tentang segalanya, Akhir adalah dimana semuanya bisa di selesaikan atau terbengkalai.
-WlN-

********

"Akifah!"

Taksa bangkit dari duduknya setelah menutup sambungan telepon di gawainya, kakinya berjalan mencari keberadaan Akifah yang sedang ada di dapur.

"Iya A, Ada apa ?"

Taksa langsung menghambur memeluk tubuh mungil Akifah, pelukan yang sangat hangat, dipenuhi rasa yang menggambarkan ketenangan.

"Baskoro terbukti membunuh Bapak," kata Taksa dengan napas memburu menahan tangis.

"Lelah yang biasanya mendera kini mulai mereda tenang Fah."

Taksa terus mengeratkan pelukanya, Akifah hanya bisa membalas pelukanTaksa tanpa berkata-kata.

"Boleh kita kembali ke Jakarta ?" Tanya Taksa tanpa melepaskan pelukanya.

"Iya, kita kembali ke rumah, menyelesaikan semua masalah hatimu."

****

LIMA BULAN KEMUDIAN.

"A, minum obatnya dulu," Akifah berteriak memanggil Taksa yang sedang sibuk mengurusi tanaman di halaman.

"Iya sayang, sebentar nanggung."

"Ishh, cepat A, Akifah punya kado spesial buat Aa."

"Iya aku ke sana."

Taksa berjalan menuju bangku taman, terduduk di samping Akifah yang sedang menyembunyikan sesuatu di balik punggunya.

"Kado apa yang, serius amat."

"Tutup mata dulu, bentar aja, hitung sampai sepuluh yah A."

"Satu, dua, tiga,....sepuluh, aku buka mata sekarang."

"Tada!"

Akifah memperlihatkan Test pack, tersenyum lebar, "Akifah hamil A."

Taksa sekarang tertegun menatap Akifah entah apa yang di rasakan Taksa kali ini, mimpi indah Taksa tiba-tiba terwujud.

"Aa kenapa bengong? Aku hamil A."

"Sebentar, ini mimpi?"

Akifah mencubit perut Taksa dengan kuat, Taksa mengaduh kesakitan, setelah Taksa sadar bahwa ini bukan mimpi, dirinya lantas memeluk Akifah dengan erat, menciumi setiap inchi wajah Akifah dengan haru.

"Terima kasih istriku, kamu sudah mau bertahan denganku, dengan semua lukaku."

"Iya Aa, sekarang kita akan jadi papah, mamah nih yah?"

"Mau papah, mamah aja nih panggilanya?"

"Iya, papah."

"Gelinya, mamah panggil Aa papah."

"Udah ah, sekarang Aa minum obatnya, awas jangan merokok, kata Aa udah gak mau merokok lagi."

"Iya gak bakal, Aa mau hidup lama liat si anak sulung tumbuh besar dengan kasih sayang."

"Subhanallah, amin, Calon papah."

Kepala Taksa menunduk menghadap perut Akifah, mengusap pelan perut Akifah.

"Bayiku, kamu harus kuat, macam mamahmu, kamu harus keluar dengan sehat yah, selamat bertumbuh My Sunsine."

"Amin A."

Tiga tahun telah berlalu, Taksa dan Akifah akhirnya bisa menjalani rumah tangga yang sudah mulai normal, Dengan satu tambahan buah hati yang baru dua tahun, anak laki-laki yang rupawan dan sangat jenius.

"Papah, liat Laut bisa menghapal peta dunia, hebatkan Laut," kata Laut sambil menyodorkan peta dunia kepada Taksa yang baru pulang kerja.

"Mana sini, papah pengen lihat seberapa pintar kamu. Ini negara apa?" Taksa menunjuk bentuk negara di peta.

"Albania."

"Kalau ini ?"

"Estonia."

"Yang ini ?"

"Afrika barat."

"Mah, ini Laut kenapa jadi begini ?" Teriak Taksa yang memanggil Akifah di dalam dapur menyiapkan teh hangat.

"Gak tau pah, mamah aja heran, suruh siapa papahnya punya gen Jenius, jadi nurun kan ke anaknya," Ucap Akifah sembari meletakan teh hangat di meja.

"Kamu jangan jenius Laut." Tangan Taksa mengusap kepala Laut.

"Hush ngawur, alhamdulilah di kasih lebih sama Allah, sembarangan mulutnya kalau ngomong."

"Iya, iya, makan malam sekarang sama apa mah?"

"Gulai ayam spesial buat suamiku yang spesial."

"Ya sudah Aku makan dulu yah Mah, sudah makan mamah?"

"Iya sudah."

"Laut cepat tidur sudah jam sembilan malam, mah tidurin Laut gih."

"Iya pah."

TAMAT...

Astagfirullah, tamat?
Iya wkwk










RADAR KEMBALI [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang