Ledakan mobil itu terdengar kembali, senyum miring dari seorang lelaki yang umurnya sebaya dengan Galih ayah Taksa terlihat sedang menghisap lintingan ganja di dalam mobil.
Baskoro! Adalah seorang pembisnis ulung dalam bidang pembuat alat kesehatan laboratorium, sekaligus pembisnis yang berlingkaran pada uji coba sebuah obat kesehatan manusia.
Taksa kecil yang masih berumur sepuluh tahun, kini tertatih susah payah dalam jalanya, dengan darah yang bercucuran di kening, tangan, dan kakinya
Mata elangnya kini menatap Baskoro teman ayahnya yang di rasa sudah menjadi pamanya, kini sedang tersenyum lebar menatap mobil Galih yang meledak.
Dendam dan kekesalan tampak menyala di manik mata Taksa, bahwa orang yang nampaknya adalah orang baik, tidak selamanya berwajah seperti itu.
"Bapakmu mati karena kamu yang membunuhnya!" Bisikan itu tiba-tiba terdengar di telinga Taksa, Taksa melirik ke sumber suara, Baskoro sudah ada di sisinya mencekiknya dengan erat sampai napas Taksa tersekat.
"Kau membunuh bapakmu!"
"Kau yang membuatnya mati!"
Bisikan itu dan cekikkan dari Baskoro terus terngiang di kepalanya, terus saja membuat Taksa berteriak dengan kencang, sekedar meramaikan kepalanya yang sedang redup dalam pikiran kelamnya.
Saat Baskoro mencekik leher Taksa dengan kuat, saat itulah napas Taksa tersekat dengan napas terpenggal.
"Allahuakbar! Aa Bangun! Akifah takut..." suara itu adalah suara perempuan yang sangat Taksa cintai, suara yang membuat Baskoro menghilang begitu saja.
Taksa lantas membuka matanya, Taksa membuang napasnya dengan kasar. Akifah sudah berada di sisi Taksa, memegangi tangan Taksa dengan erat.
"Alhamdulilah, Aa mimpi buruk yah?" Ucap Akifah dengan lembut.
Taksa mengangguk pelan, mata Taksa menatap ke sekeliling ruangan kamar yang sangat besar dan asing.
"Kita ada di mana?" Tanya Taksa.
"Kita masih di daerah bogor A, gak kuat Akifah nyetir, ini lagi di hotel Angkasa Alfarizqi, tapi bagus yah A nama hotelnya kayak nama kepanjangan nama Aa," sahut Akifah dengan nada yang masih khawatir.
"Emang ini hotel milik Aa, salah satu saham properti Aa di bogor."
"Apa? Hotel sebesar dan semegah ini milik Aa? Pantesan tadi pas aku bawa Aa ke sini, banyak staff yang membantu Akifah, dan tadi direkturnya langsung yang antar Akifah ke ruangan ini, alhamdulilah dong suami Akifah punya hotel."
Taksa hanya mengangguk dengan senyum hangatnya.
Beberapa menit hanya terdiam, hanya elusan tangan Akifah dirambut Taksa, kebiasaan Akifah yang membuat Taksa menjadi sangat nyaman dan aman.
Taksa menarik Akifah untuk tidur di sisinya, memeluknya dengan posesif, lalu menenggelamkan wajahnya dipuncuk kerudung Akifah.
"Aa tertidur berapa jam?"
"Sembilan jam tau, Akifah nunggu Aa bangun sampai lumutan, tapi enak loh A suasana Bogor tenang banget."
Tangan Taksa lantas menarik dagu Akifah dengan pelan, dicumbunya Akifah dengan lembut, Akifah tidak menolak, mereka hanyut dalam kegiatanya.
Perlahan Taksa membuka kerudung Akifah dengan lembut sampai mereka benar-benar tanpa busana. Taksa kemudian menepuk tanganya lalu dengan otomatis lampu mati, menarik selimut hingga menutupi kedua tubuh.
"Bismillah, Allahumma jannibnaassyyaithaana wa jannibi syaithoona maarazaqtanaa," Do'a untuk berhubungan badan pun di ucapkan oleh Akifah yang diikuti dengan Taksa.
Mereka pun hanyut dalam anugerah Allah yang diberikan dalam penuh nikmat rahmatnya.
🍀🍀🍀
Pagi mencuat dengan apiknya, Akifah dan Taksa sudah bangun sedari subuh, kini Akifah sedang duduk di sofa yang terletak di Balkon kamarnya, menatap hutan pohon cemara di depannya.
Taksa lalu muncul dari belakang, tubuh tingginya kemudian berbaring di sofa, paha Akifah sukses menjadi bantalan kepala Taksa.
Akifah lantas memainkan rambut kecoklatan Taksa, pagi ini begitu sangat tenang, tidak ada percakapan diantara mereka, selama hampir setengah jam mereka terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Aku tidak tahu, kenapa manusia bisa begitu buas karena uang." Taksa angkat bicara.
"Karena mereka mempunyai nafsu, dan mereka tidak bisa mengendalikan itu."
"Kamu akan percaya padaku Fah?"
"Tentang apa?"
"Tentang hidupku."
"Ceritakanlah, aku akan selalu mendukungmu."
"Rendra itu adalah anak dari orang yang membunuh bapak."
"Om Baskoro?"
"Iya."
"Tapi..."
"Sudahlah, kamu tidak akan percaya."
"Aku percaya, coba ceritakan lebih rinci, supaya aku mengerti."
"Bapak adalah salah satu ilmuwan yang menguji tentang sistem kerja otak, dulu bapak mengerjakan proyek bersama Baskoro, mengenai sistem otak buatan yang diperuntukan untuk pasien yang mengalami mati otak, proyek sudah hampir rampung di kerjakan bapak, tapi akhirnya karena keserakahan Baskoro dia memaksa bapak untuk menyerahkan proyek kerja untuk langsung di uji coba pada manusia, bapak menolaknya karena alat yang bapak ciptakan itu belum sempurna. Setelah itu karena geram Baskoro mencelakai bapak untuk mengambil alat ciptaan yang bapak buat secara paksa, dan pada akhirnya bapak meninggal."
"Bagaimana dengan alat yang bapak kamu ciptakan itu?"
"Selapas bapak meninggal, Bang Rizal menghancurkan semua alat yang berhubungan dengan proyek kerja bersama Baskoro karena berbahaya, alat itu kemudian lenyap, tapi Baskoro masih menyimpan dendam terhadap keluargaku, dia pernah berbisik kepadaku saat di acara empat puluh harian bapak, katanya dia akan menghancurkan keluargaku, sampai alat yang diciptakan bapak itu bisa kembali ke tanganya."
"Sekarang Akifah mengerti kenapa Aa menjadi sangat rapuh dengan semua yang terjadi selama ini, kamu sangat kuat A, tidak akifah kira kamu bisa bertahan sampai detik ini."
Tangan Taksa kemudian naik memegang tangan Akifah yang sedari tadi sibuk dengan rambut di kepalanya, dia kemudian membawa tangan Akifah di dadanya. Memegang erat tangan Akifah dengan posesif.
Taksa kemudian memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang begitu sangat menenangkan.
"Fah, sebelumnya aku tidak pernah berangan bahwa aku tidak akan sampai di titik ini, aku begitu takut membayangkan masa tua, sebelumnya aku memprediksi, bahwa usiaku tidak akan pernah sampai di kepala empat. Tapi sekarang, pikiran itu semuanya musnah tak bersisa, aku begitu sangat merindu masa tua saat bersamamu, menimang cucu dan semuanya yang begitu indah kini terbesit dan terbayang dikepalaku. Terima kasih sudah hadir di hidupku."
"Kalau boleh Akifah memilih bagaimana jodoh Akifah, aku akan pasti kembali kepadamu, karena Akifah yakin kamu adalah jodohku, just the way you are A."
"Aku mencintaimu Fah, sangat mencintaimu."
Taksa kemudian membuka matanya, dia kemudian bangkit, memeluk tubuh Akifah dengan sangat erat, seolah-olah tidak akan afa hari esok untuk memeluk tubuh perempuan yang dicintainya.
_________
Oh ok bersambung...
Semoga sehat semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RADAR KEMBALI [SELESAI]
RomanceAkifah mempunyai kekasih spesial, fisik kekasihnya yang tidak lengkap dan psikis yang sudah terlukai, membuat Akifah harus lebih bersabar menghadapi suami spesialnya. "Ini adalah kisahku, seorang istri yang sedang berjuang dengan imam bipolarku dala...