Sinar mentari membangunkan tidur seorang lelaki yang tubuhnya tergulung oleh selembar selimut putih. Sekujur tubuhnya pegal, dan terasa remuk. Pandangannya tertuju pada jam dinding di atas nakas, sudah hampir pukul 10 pagi. Itu berarti ia sudah tidur lebih dari 12 jam setelah percintaan panasnya dengan sang kekasih. Ia sadar jika setelah kegiatan panas mereka, kekasihnya pergi begitu saja.. meninggalkannya sendirian di unit apartemen tersebut, hingga ia tertidur karena lelah menangis, juga lelah fisik karena habis bercinta dengan dua orang yang berbeda.Matanya kembali berkaca-kaca saat kepalanya menampilkan kejadian yang menimpanya kemarin. Rasa bersalah itu pun kembali datang, menyerang hatinya dan terus berdenyut nyeri saat ingat begitu banyak air mata yang jatuh dari kedua mata kekasihnya saat mereka menyatu.
Ia mencoba bangun dari tempat tidur yang menjadi saksi betapa pilunya malam pertama mereka. Bagian bawahnya masih terasa nyeri. Dengan sisa tenaga, Hyeop berjalan menuju lemari dan mengambil pakaiannya yang sengaja ia tinggal di apartemen Gukheon.
Setelah selesai berpakaian, Hyeop melangkah keluar kamar untuk menemui kekasihnya. Ia yakin Gukheon pasti ada di dapur, karena ia bisa mencium wangi aroma kopi yang menyebar di setiap sudut apartemen mewah ini.
"Kamu udah bangun?" Tanya Gukheon yang kedua tangannya penuh dengan wajan dan spatula. Lelaki itu terlihat semakin tampan saat sedang memasak, apalagi dengan apron biru dongker --hadiah ulang tahun darinya-- yang melekat begitu pas ditubuh sang kekasih.
Hyeop meringis canggung. Dengan langkah tertatih ia mencoba mendekati counter dapur untuk duduk di sana. Menyadari susahnya pergerakan Hyeop, Gukheon segera mematikan kompornya, menghampiri Hyeop dan menggendongnya untuk duduk di kursi.
"Harusnya kamu di kamar aja kalo masih sakit. Nanti juga aku anter ke kamar sarapannya."
"Gausah Kak, ngerepotin."
Rambut Hyeop diusak sayang. Gukheon juga tertawa renyah, seakan kejadian kemarin tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Membuat perasaan bersalah semakin menumpuk dalam dada Hyeop.
"Aku lagi libur. Jadi kamu gak perlu ngerasa ngerepotin aku, oke?"
Tangan-tangan itu dengan cekatan kembali menyalakan kompor dan melanjutkan kegiatan memasaknya.
"Sebentar ya? Ini sedikit lagi mateng. Kamu mau pake kimchi gak?"
Hyeop menggeleng. "Kak.."
"Ya??"
"Jangan kaya gini."
Dahi Gukheon mengkerut bingung. "Maksudnya?"
"Jangan pura-pura semuanya baik-baik aja, Kak.. hiks.. kalo Kak Kukon mau marah atau mau putusin Hyeop.. hiks.. Hyeop siap.."
"Hiks.. Kak.. hiks.. Kak Kukon gak perlu kaya gini.. hiks.. aku udah jahat sama Kakak.."
Gukheon lagi-lagi meninggalkan masakannya. Kali ini untuk membawa sang kekasih ke dalam pelukannya. Namun hal itu justru membuat tangisan Hyeop semakin keras. Rasa sesak di dalam dadanya bertambah, satu persatu berlomba-lomba menyayat hatinya dengan perilaku lembut yang masih Gukheon berikan untuknya.
"Kak Kukon boleh tampar Hyeop.. Kak Kukon boleh tinggalin Hyeop.. Hyeop.. hiks.. gapantes jadi pacar Kakak.."
Gukheon mengusap punggungnya, juga memberikan kecupan-kecupan penenang di puncak kepalanya. Tapi itu semakin menyakiti Hyeop, meskipun ia selalu suka cara Gukheon memperlakukannya dengan begitu lembut dan penuh kasih sayang.
"Enggak, Sayang.."
"Tapi Hyeop udah nyakitin Kakak!! Hiks.. Hyeop jahat Kak!! Tau gitu Hyeop mati aja kemarin, karena percuma Hyeop hidup cuma untuk nyakitin Kak Kukon.."
![](https://img.wattpad.com/cover/194748548-288-k692462.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch Me If You Can | Produce X 101
Fanfiction[End] "Kamu yang kemarin jadi Olaf kan?" "Loh kamu inget aku?" "Iya soalnya kamu aneh!" Pdx101! School! AU! Drama! WARNING!!!!⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ This story contain bxb and mpreg content! Started on August 19th 2019 Finished on December 7th 2019