Maaf td kepencet publish duluan wkwk padahal blm beres..
Ini pendek, tp banyak narasi.
Dan full Yuyo :")================================
Malam sudah semakin larut, tapi lelaki ini masih betah memandangi tenangnya permukaan air sungai Han, serta lampu-lampu kecil dari gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya dari atas jembatan. Beberapa pasangan sesekali lewat di belakangnya, sambil bersenda gurau, dan bergandengan tangan. Pikiran itu beberapa kali terlintas dalam benaknya.
Jika ia terjun dari atas jembatan, tidak akan ada orang yang akan peduli kan? Lagi pula ini sudah hampir tengah malam, suasana jalanan pun sudah mulai sepi.
Kedua kakinya sudah ia naikkan pada list besi paling bawah. Tangannya memegang erat besi pegangan, ia bisa merasakan betapa dinginnya besi itu dari telapak tangannya.Sesekali ia membayangkan, berapa suhu air di bawah sana? Apa ia akan langsung membeku jika terjun sekarang?
Asap putih terhembus dari mulut dan juga hidungnya. Seoul sudah mulai memasuki musim dingin. Dan gilanya, ia bahkan tidak keluar dengan mantel super tebal. Hanya kaos lengan panjang, juga celana training yang sebenarnya tidak membantu sama sekali untuk menghangatkan tubuhnya. Mantelnya sengaja ia tinggal di dalam mobil. Karena ia butuh rasa sakit yang lain untuk menggantikan sesak di dadanya sejak beberapa jam yang lalu.
Yohan tidak berhak menyalahkan teman-temannya yang sedang diliputi rasa bahagia. Ia juga tidak berhak menyuruh mereka untuk tidak membahas masalah yang saat ini semakin sensitif dalam hidupnya. Yohan tidak bisa. Dan sialnya ia tidak menghindari hal itu. Semakin ia coba melawan, maka rasanya akan semakin meremas jantung dan paru-parunya. Juga membuat kepalanya pening seperti dipukul palu berkali-kali. Ia pikir dirinya sudah bisa menerima.. namun hantaman rasa bersalah dan beribu penyesalan itu kembali mengguncangnya. Hingga ia berakhir di sini. Di atas jembatan sungai Han dengan niat untuk mengakhiri segalanya, untuk melepaskan diri dari semua rasa yang menyiksa jiwa dan raganya.
Airmatanya menetes. Ia menangis tanpa suara. Merasakan rasa sakit itu menjalar dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Tangannya berpindah untuk meremas kaos bagian depannya. Sesak. Rasa sesak itu kembali menyiksanya. Ia sudah memilih untuk hidup bahagia dengan Yuvin, tapi kenapa Tuhan seakan mempermainkannya lagi? Ia justru jatuh cinta dengan anak sahabatnya, dan sekarang ia sangat tertekan dengan segala berita bahagia dari para sahabatnya.
Kenapa bukan Yohan?
Kenapa bukan dirinya yang mengalami hal itu?
Apa ia terlalu berdosa untuk mendapatkan nikmat lagi dari Tuhan?
Isak tangisnya lolos. Memecah keheningan malam. Tekanan dalam dirinya semakin membuat dada dan kepalanya berdenyut semakin nyeri. Kelebatan tentang dirinya, Cheonsa, Yuvin, semuanya silih berganti berdatangan. Menyiksanya. Memintanya untuk menjatuhkan diri ke bawah sana.
Yohan sudah hancur, tidak berharga lagi. Bahkan untuk Yuvin sekalipun. Atau mungkin Yuvin kasihan padanya? Yuvin bisa mendapatkan yang lebih baik kan? Bukan manusia rusak yang penuh dosa sepertinya. Ia tidak akan menghalangi Yuvin lagi, ia akan memberikan kebahagiaan untuk Yuvin. Dengan mengalah.
Dan dalam sekejap tubuhnya basah. Dinginnya air sungai menusuk kulitnya bagaikan ribuan jarum. Tidak butuh waktu lama untuk Yohan merasakan kebas yang berhasil melenyapkan rasa sakitnya, dan menyembuhkan sesak di dadanya. Ia merasa tubuhnya begitu ringan sekarang, walaupun air sungai semakin mendesak pernapasannya. Biarlah air yang dingin ini membekukan penyesalan dan rasa bersalah yang menghujamnya. Biarlah ia menikmati jutaan saraf yang mulai membeku dalam tubuhnya. Hingga matanya terkatup rapat, dan air dingin itu berhasil membawa pergi kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch Me If You Can | Produce X 101
Fanfiction[End] "Kamu yang kemarin jadi Olaf kan?" "Loh kamu inget aku?" "Iya soalnya kamu aneh!" Pdx101! School! AU! Drama! WARNING!!!!⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ This story contain bxb and mpreg content! Started on August 19th 2019 Finished on December 7th 2019