22. Tidak Menangis Sama Sekali

1.9K 274 42
                                    

  Sudah setahun lebih mereka bersama. Akan tetapi, Micha tahu bahwa hubungan mereka tidak seperti dulu lagi.

  Semakin hari, Mark semakin menghindarinya. Ada saja alasan Mark ketika Micha ingin pulang bersama, atau pergi kerja bersama. Mark lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya.

  Hal itu membuat Micha sadar bahwa Mark bosan padanya.

  Sungguh, Micha merasa kagum melihat kenyataan bahwa semudah itu hati manusia berubah. Manusia itu mengerikan. Perasaan mereka mudah dibolak-balik. Tadinya mencintai kini membenci.
 
  "Micha," panggil Aera. "Kamu tidak apa-apa?"

  Micha hanya tersenyum. "Tidak apa-apa, kok."

  "Kamu tidak bisa menyembunyikannya dariku," kata Aera. "Aku bisa melihatnya dari matamu."

  "Apa yang kamu lihat memangnya?" tanya Micha.

  "Aku melihat rasa sakit," jawab Aera. Dia memegangi tangan Micha. "Aku tahu ini pasti karena Mark. Lucas bilang padaku kalau Mark lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-temannya sekarang."

  "Biarkan saja dia," kata Micha. Dia tersenyum lagi. "Mungkin dia bosan padaku."

  Aera tidak dapat mengatakan apa pun sebagai balasan. Gadis itu menatap Micha dengan sedih. Sementara Micha masih saja tersenyum.

  "Tentu saja dia bosan padaku," lanjut Micha. "Aku kan biasa saja, tidak ada spesial sama sekali. Mungkin sebentar lagi hubungan kami akan berakhir."

  Aera membelalakkan matanya. "Jangan bicara seperti itu!"

  "Itu yang dikatakan orang-orang," sahut Micha. "Sejujurnya, aku juga tinggal menghitung waktu kapan dia memutuskanku."

  "Micha," kata Aera dengan pelan. "Kamu yakin kamu baik-baik saja?"

  "Aku baik-baik saja atau pun tidak, dia juga tidak peduli," kata Micha. Dia tersenyum kepada Aera. "Jangan khawatir. Mungkin setelah aku putus dengan Mark, orang-orang akan berhenti membicarakanku."

  "Lihat saja, akan kutonjok wajah orang yang menghinamu!" Aera mengepalkan kedua tangannya dengan marah.

  "Sudah, tidak perlu begitu," kata Micha.

  Setelahnya, Micha hanya terdiam. Semua yang Micha katakan itu benar adanya. Micha teringat perkataan Mark waktu itu.

  Hati seseorang bisa berubah-ubah.

  Micha hanya sedih ketika sadar bahwa hal itu berlaku untuk Mark sendiri.

  Mungkin ini salah Micha juga. Dirinya terlalu manja. Terlalu bergantung kepada Mark. Selalu ingin bersama Mark. Karena hanya Mark kebahagiaannya yang tersisa.

  Dia sendiri yang membuat Mark jenuh. Dia terlalu mengikat dirinya dengan Mark. Mungkin, Mark merasa terkekang karena harus bersama Micha terus. Micha memahami hal itu.

  Itulah mengapa Micha maklum jika Mark merasa bosan dengannya.

  Satu tahun itu waktu yang singkat jika dihabiskan dengan Mark. Micha tahu Mark benar-benar mencintainya. Hanya saja, rasa cinta itu mungkin pudar secara perlahan.

  Sekali lagi, Micha mengerti.

  Micha berpamitan pada Aera. Dia pulang ke flatnya sendirian. Gadis itu baru saja tiba di depan pintu kamarnya ketika mendapat telepon dari Mark.

  "Halo, Micha?"

  "Ada apa, Mark?"

  "Aku berada di rooftop flatmu. Bisakah kamu ke sini?"

  "Aku segera menuju ke sana."

  Micha mematikan teleponnya dan mulai melangkah. Micha berusaha mempercepat langkahnya agar bisa segera menemui Mark. Dia merindukan pemuda itu. Setidaknya, Micha ingin melihat wajah Mark.

  Micha tiba-tiba di depan Mark dengan ngos-ngosan. Mark mengernyit heran.

  "Kamu sudah menunggu lama?" tanya Micha sambil mengatur napasnya.

  "Hey, kenapa kamu berlari?" tanya Mark balik. "Ayo duduk dulu. Lain kali jangan berlari seperti itu."

  Micha tersenyum. Kemudian, mereka berdua duduk. Setelah napas Micha teratur, barulah Mark berbicara.

  "Aku ingin mengatakan sesuatu."

  Ada sengatan listrik yang menyerang hati Micha. Gadis itu mempersiapkan diri jika memang yang dikatakan Mark sesuai dengan dugaannya.

  "Apa?" tanya Micha.

  Mark terlihat merasa bersalah. Pemuda itu gugup sekali. Sedari tadi, Mark meremas ujung kemejanya.

  "Aku ... aku ingin putus."

  Tepat seperti dugaan Micha.

  Micha tersenyum. Bahkan, gadis itu tidak terkejut lagi. Sudah dari lama dia menduga hal ini akan terjadi.

  "Mengapa?" tanya Micha dengan tenang.

  "Aku hanya merasa berbeda," jawab Mark. "Maafkan aku. Tetapi, aku tidak mencintaimu lagi."

  Padahal, perasaan Micha pada Mark semakin hari semakin membesar. Namun, perasaan Mark semakin memudar.

  Ketika mendengar perkataan Mark bahwa dia ingin putus, Micha tidak merasakan apa-apa. Sungguh, Micha tidak merasakan apa pun.

  Hampa. Micha merasa hampa.

  "Baiklah," kata Micha pada akhirnya.

  Mark sedikit terkejut mendengarnya. Mudah sekali Micha melepaskannya. Mark kira, Micha akan mengamuk padanya.

  "Maafkan aku," kata Mark lagi. Ada air mata yang mengalir di pipinya. "Aku tidak bermaksud menyakitimu."

  "Tidak apa-apa," kata Micha sambil tersenyum. Dia menatap Mark dengan sayang. Sementara Mark menatapnya dengan bersalah.

  "Aku bersumpah tidak ada orang lain," kata Mark dengan jujur. "Selama ini hanya ada kamu."

  "Aku tahu," sahut Micha dengan tenang.

  "Micha, seharusnya kamu marah padaku," kata Mark. Air matanya masih mengalir. "Aku membuatmu tersiksa selama ini. Aku mengabaikanmu. Aku bahkan tidak pernah lagi menemanimu pulang di malam hari. Harusnya kamu marah."

  "Untuk apa aku marah?" tanya Micha. "Lagipula, aku paham. Orang-orang akan bosan jika berurusan denganku. Apa yang mereka katakan benar."

  Mark terdiam mendengarnya. Dirinya semakin merasa bersalah. Sedangkan Micha terlihat kelewat tenang.

  "Aku tidak akan membencimu," kata Micha lagi. "Kalau kamu bahagia tanpaku, maka lakukanlah. Aku juga akan bahagia melihatmu."

  Mark menutup matanya, sementara air matanya mengalir sangat deras. Setega ini dia menyakiti seorang gadis yang sangat tulus padanya.

  Micha mengusap air mata Mark, membuat pemuda itu menatap Micha. Gadis itu tahu, bahwa ini yang terbaik untuk Mark. Micha akan melepaskan Mark tanpa ragu agar pemuda itu bahagia.

  "Maafkan aku," lirih Mark.

  Micha hanya tersenyum dan tak menangis sama sekali.

•••

maafin aku guys

The Love We Had ▪ Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang