23. Tidak Bersalah

1.9K 278 18
                                    

  Entah siapa yang menyebarkan berita berakhirnya hubungan Mark dan Micha, mereka pun tidak tahu. Yang terjadi keesokan harinya adalah orang-orang membicarakan hubungan mereka. Banyak yang bersyukur atas berakhirnya hubungan Micha dan Mark.

  Sejujurnya, Micha sudah tidak peduli.

  Dia bisa mendengar para gadis menertawakannya. Dan para lelaki mengasihaninya. Micha diam saja. Lagipula, dia bisa berbuat apa?

  "Sudah kubilang, mereka akan putus," kata seseorang kepada temannya.

  "Aku juga sudah menduga," sahut temannya.

  "Aku senang sekali akhirnya Mark sudah bebas," timpal temannya yang satu lagi. "Aku tidak bisa membayangkan betapa tersiksanya Mark saat bersama dengan gadis itu."

  Sakit? Tentu saja rasanya sakit. Seolah-olah orang bahagia atas penderitaannya. Dan memang begitulah adanya. Sehingga Micha tak terkejut lagi.

  Pada dasarnya, hati Micha sudah mati.

  Orang-orang menatapnya dengan prihatin dan mengejek. Micha hanya tersenyum pada mereka. Dia tak perlu marah-marah. Karena, Micha memang tidak marah. Dia pikir dia pantas diperlakukan begitu.

  Micha pikir, dia memang tidak ada gunanya.

  Tak ada sepatah kata pun dari Mark untuk membela Micha. Saat di kelas tadi pagi pun Mark duduk bersama teman-temannya. Hanya Aera yang bertahan di sisi Micha.

  "Apa lihat-lihat?!" tanya Aera dengan galak ketika orang-orang memandangi Micha.

  "Aera, sudah," kata Micha dengan tenang.

  Aera menatap Micha dengan kesal. "Kamu itu terlalu tenang, Micha!"

  "Lalu, aku harus apa?" tanya Micha.

  Aera memegangi kedua bahu Micha. "Harusnya kamu menangis. Harusnya kamu marah. Atau mengamuk saja sekalian, sampai gedung fakultas kita roboh. Apa pun itu, ekspresikanlah! Hal itu wajar. Melihatmu begini malah terasa tidak wajar."

  Micha hanya tersenyum.

  "Aku benci melihat senyum itu!" pekik Aera. Sementara Micha kemudian terkekeh.

  "Aku tidak bisa menangis, Aera," kata Micha. "Memang air mataku yang tidak bisa keluar. Aku sudah lama tidak menangis."

  Sebenarnya, Aera juga tidak mengerti dengan kondisi psikologis Micha. Aera bingung mengapa Micha bisa-bisanya tidak menangis atau mengamuk. Kalau Aera jadi Micha, sudah pasti dia akan mencakar wajah Mark sampai berdarah.

  Micha hanya merasa hampa. Dia pendam seluruh perasaannya dan tak pernah dia keluarkan. Seluruh amarah, kesedihan, kekecewaan, semua dia pupuk dalam hati. Hingga hati Micha hancur lebur.

  "Dasar Mark Lee kurang ajar!" seru Aera. "Aku jadi takut Lucas sama seperti Mark."

  "Aera, hanya karena mereka berdua bersahabat, bukan berarti sifat keduanya sama," kata Micha. "Aku yakin, Lucas benar-benar mencintaimu. Aku sebagai sahabatmu bisa melihatnya."

  "Lalu, kamu mencintai Mark, kan?" tanya Aera.

  "Apa itu penting?" Micha bertanya balik.

  Aera mengerutkan keningnya tanda heran. "Memangnya tidak penting?"

  Micha tersenyum. "Karena cintaku tidak cukup untuk membuat Mark bertahan."

  Micha berhenti sebentar, lalu melanjutkan. "Dan jangan salahkan Mark, karena dia memang tidak bersalah. Semua orang ingin bahagia, termasuk dirinya. Aku tidak bisa memberikan kebahagiaan itu. Bukan salahnya jika dia tidak mencintaiku lagi."

  "Micha ... " Aera menggantungkan ucapannya karena tak tahu bagaimana harus melanjutkannya.

  "Aku mengerti mengapa dia merasa seperti itu. Terkadang, perasaan cinta memang bisa hilang dengan sendirinya. Tapi, tidak ada yang bisa disalahkan dari hal itu. Kamu paham kan, Aera? Ini bukan salahku atau pun Mark."

  Micha benar. Tidak ada yang salah di sini. Tuhan tahu Mark sudah berusaha untuk mengembalikan perasaannya lagi. Akan tetapi, dia tidak bisa. Perasaannya memudar begitu saja, mungkin karena perasaannua juga muncul terlalu cepat. Micha yang memilih untuk menerima pernyataan cinta Mark. Dan Mark memang mencintai gadis itu pada awalnya.

  Mark tidak pernah berbohong tentang perasaannya pada Micha. Dia tahu, dia pernah mencintai gadis itu. Hanya saja, apakah salah jika dia tidak bisa mencintai Micha lagi? Lagipula, itu haknya untuk memilih. Dan Mark tidak bisa disalahkan. Karena pemuda itu tidak pernah menduakan Micha. Selama ini, hanya ada Micha seorang.

  Jika Mark menyelingkuhi Micha, barulah Mark bersalah. Tetapi, Mark tidak menduakan Micha saat bersama gadis itu. Kekasih Mark hanyalah Micha.

  Jadi, apakah Mark masih bisa disalahkan?

  "Micha, kamu tahu aku menyayangimu, kan?" tanya Aera.

  Micha tersenyum sendu. "Aku tahu. Aku juga menyayangimu. Semoga kamu bahagia."

•••

menurut kalian gimana hubungan mark sama micha ini? aku pengen tau dong pendapat kalian. tolong comment ya. makasih

The Love We Had ▪ Mark Lee✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang