2

466 16 1
                                    

Amara yang malang, sarayu telah mengggodanya berulang kali lewat jendela kamarnya. Malam minggu yang terus menggodanya untuk keluar rumah. Sebagai seorang yang memiliki kekasih  pasti malam minggu adalah malam yang amat dinantikan. Kata mereka sih, malam minggu itu lebih romantis dari malam-malam lainnya. Namun kembali lagi, kekasih Amara adalah seorang abdi negara.

"Amara!" panggil papa keras dari bawah.

"Iya, pa. Bentar, Amara rapihin buku dulu."

Amara merapihkan buku-buku pelajarannya. Diletakannnya di meja belajarnya.

"Abang...." Amara bengong seketika. Sejak kapan manusia ini nongol.

Datas yang telah menyadari kehadiran kekasihnya, mendongakkan kepalanya lalu menyimpulkan senyum termanisnya. Tersenyum manis tetapi nakal . Baru saja Amara tertipu. Datas mengatakan malam minggu ini dia ada acara. Tetapi kenyataannya Datas malam ini hadir dihadapan Amara dengan senyum manisnya.

"Kok mau kesini nggak bilang-bilang sih bang? Katanya ada acara, hmmm..."sindir Amara merasa ditipu.

Gimana nggak kesel, kan jadi nggak bisa dandan rapihan dikit gitu. Nggak kaya sekarang, rambut Amara bak rambut harimau yang habis bertengkar ngrebutin satu pejantan gagah. Dengan baju piama kesukaannya yang udah kucel. Habis guling-guling galau si Amara sih.

Papa Amara hanya senyum-senyum. Melihat ekspresi kesal dan malu, anaknya. Tetapi  setidaknya Datas akan mengetahui bagaimana Amara yang sesungguhnya. Ya, Amara yang sering bertengkar dengan benda yang namanya kasur, guling, dan bantal.

"Gimana Datas, masih tetep mau jadi tunangan putri saya?" tanya komandan Suryo menggoda.

"Siap masih komandan! jawab Datas mantap. Bagi Datas Amara akan tetap cantik apapun keadaannya.

"Bener nih bang, aku jelek loh bang. Muka kucel, rambut kucel, baju pun kucel." timpal  Amara.

"Amara, dengerin abang ya. Abang sayang sama adik bukan dari wajah adik tetapi dari hati adik. Amara capersitku paham?" jelas Datas, sabar. Merasa dirinya sedang diuji mereka berdua.

"Udah gih, sana ganti baju. Udah ditunggu dari tadi juga." perintah papa Amara.

"Asiapppp komandan Papa!"

Tidak perlu menunggu lama seperti kebanyakan cewek-cewek. Amara hanya butuh waktu 10 menit untuk bersiap-siap. Amara termasuk orang yang tak gemar bersolek jadi wajarlah 10 menit cukup.

"Yuk bang!"

"Giliran diajak jalan aja, semangat baget." ucap Suryo menggoda putrinya.

"Ihhh papa...."

"Jaga anak saya ya Datas. Kalau nakal tinggal aja."

"Papa!"
Amara merengut. Memonyongkan bibirnya.

"Siap komandan.!"

Benar-benar malam yang indah. Sebaran bintang begitu menakjubkan malam ini. Kelap-kelip lambu pasar malam menjadi pelengkapnya. Jeritan-jeritan riuh ricuh para penikmat wahana semakin meramaikan malam ini.

"Ayo naik bianglala dik!" ajak Datas.

"Adik takut bang," ucap Amara sambil memegangi tangan kekar Datas.

"Capersit nggak boleh cemen. Ayo naik, entar nyesel loh nggak mau naik."

Perlu waktu beberapa menit untuk Amara berpikir.
Dengan keberanian penuh akhirnya Amara naik. Amara tak mau dikatakan cemen oleh Datas. Datas membukakan pintu wahana dan mempersilahkan Amara masuk dulu. Datas sengaja memilih warna biru. Warna yang sangat cantik seperti semburan  cakrawala malam ini, yang tersenyum ceria. Tetapi tidak dengan kekasihnya yang manyun ketakutan.

"PENGGANTI" [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang