9

147 5 0
                                    

Magelang tampak bersedih malam ini. Hujan turun membasahi bumi. Rupanya hujan juga menetesi hati Amara.
Amara tengah bersedih bersamaan hujan yang turun malam ini. Pelatihan khusus Datas akan terlaksana besok. Yang berarti jarak akan kembali menyelengi rindu mereka berdua. Jarak akan kembali mengelabuhi rindu. Dan tentu saja jumpa akan jadi hal yang sangat dinantikan.

"Semangat ya Bang!" pesan Amara sambil menatap lekat mata Datas.

"Siap, Sayang!" Datas membalas. Sembari menabur senyum manis miliknya.

Datas tau betul ada air mata di hati tunagannya itu. Ucapannya barusan hanya untuk membuat dia seolah terlihat baik-baik saja.

Mereka kembali terdiam untuk beberapa detik. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga akhirnya Datas memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

"Dik, abang cuma dua minggu kok. Jangan sedih gitu...."

"Tetapi ini bukan pelatihan biasa, Bang. Amara takut...."

"Ini pelatihan khusus bang, lebih bahaya dari pelatihan-pelatihan biasa. Amara...." Amara tak bisa lagi meneruskan perkataaanya.

Kali ini matanya tak bisa lagi menahan bendungan air mata, yang sejak tadi ditahannya, untuk tidak keluar membasahi pipinya. Tetapi apa daya hatinya terlalu rapuh untuk menahan air matanya.

Datas menggenggam tangan Amara. Memberi sentuhan hangat untuk menguatkan Amara, sekaligus mencoba membuat Amara tenang.

"Abang akan baik-baik saja. Percaya, abang pasti akan pulang Sayang...."

Amara langsung menenggelamkan kepalanya di dada bidang Datas. Pelukan perpisahan untuk dua minggu kedepan. Cairan hangat terus saja mengalir di pipi Amara. Amara benar-benar bersedih.

***
"Fokus-fokus!! Bidik yang benar! Pastikan tepat sasaran!! perintah  kapten Bimo dengan wajah sangarnya.

Kapten yang terkesan paling sangar. Dadanya yang bidang serta kepalanya yang botak semakin memberi kesan sangar.
Suaranya juga terdengar sangat tegas.

"Ini baru dilapangan! Besok kalian akan turun ke hutan! Kalau kalian disini saja kurang fokus bagaimana di hutan nanti!!" ketus kapten Bimo.

Kapten Bimo mulai geram sebab, sejak tadi bidikan salah satu peserta pelatihan khusus ini meleset terus.

Dengan langkahnya yang gontai , kapten Bimo melangkah mendekati Datas. Bimo ingin mengetahui kemampuan Datas rupanya. Secara Datas adalah pemimpin pasukan dari teman-temannya disini.

"Datas!" panggil kapten Bimo.

"Siap kapten!" balas Datas sembari memberi hormat.

"Itu temanmu,  yang satu itu ajarin cara membidik yang benar. Dari tadi bidik nggak tepat-tepat," ucap kapten Bimo memberi perintah.

"Siap kapten! Laksanakan!"

Dengan telaten Datas mengajari teman satu lettingnya itu. Mengajari bagaimana mencari titik fokus  senapan, dengan benar dan pastinya tepat sasaran. Berulang kali peluru meleset jauh dari titik sasaran. Datas tetap sabar dan masih terus mengajarinya.

"Izin, maaf Bang. Lagi kurang fokus hari ini," ujar Bima mengakui ketidak fokusannya.

"Minum dulu" Datas memberi sebotol air meneral.

Bima langsung meneguk sebotol mineral pemberian Datas. Rupanya Bima memang betul-betul butuh air meneral, untuk memberi pasokan air ditubuhnya.

"Ada apa?" tanya Datas.

"Lagi rindu bang" jawab Bimo jujur.

Rindu hanya satu kata. Hanya terdiri dari lima huruf. Tetapi bisa membuat hati siapapun yang merasakannya rapuh. Pikirannya juga terganggu, menjadikannya kurang fokus dalam kegiatan-kegiatannya. Yah begitulah rindu yang menginginkan jumpa.

"PENGGANTI" [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang